2.

6 0 0
                                    

Fanesa masih saja marah dengan Dewa, malas sekali rasanya untuk membalas pesan dari Dewa, apalagi menerima panggilan dari Dewa.

Fanesa jengkel sekali, 'uhhh menyebalkan' batin Fanesa.

Telepon Fanesa berdering untuk kesekian kalinya, dan tertera nama seseorang yang disayang namun sangat menyebakalkan.

Dewa is calling

'Huft menyebalkan' batin Fanesa. Hatinya namun merasa tak tega, sedari tadi sudah banyak Dewa menelponnya.

Akhirnya Fanesa mengangkat telepon dari Dewa dengan muka yang cemberut.

"Hallo?"

"Eh fanesa, kenapa ga bales WhatsApp dari aku hm?? Marah?"

"Apa sih? Penting ga ini telponnya, kalo ga gua matiin"

"Haha marah beneran, engga engga, nanti malem siap siap ya, dandan yang cantik, pake baju bagus, kita pergi jalan jalan"

"Oke"

"Nanti aku jemput jam 7, harus udah siap"

"Ya"

Beep

Tak terasa senyum merekah di pipi Fanesa, dia sangat senang Dewa memperhatikannya.

Jam sudah menunjukan pukul 18.00 Fanesa segera bersiap siap untuk pergi bersama Dewa.

Setelah mandi Fanesa menuju lemari baju dan memilih baju yang pas dengan arahan acara yang diberi tau Dewa.

"Pake baju yang mana yaa" gumam Fanesa.

Setelah menemukan pakaian yang cocok Fanesa langsung memakainya, tak lupa ia memoleskan sedikit makeup agar wajahnya tidak terlihat pucat.

"Sip, cantik!" Semangat Fanesa.

Fanesa langsung keluar kamar karena jam sudah menujukkan pukul 18.50, artinya sebentar lagi Dewa akan sampai dirumahnya, dari pada harus menunggu lebih lama lagi lebih baik Fanesa keluar dan menunggu di teras rumah.

"Kok anak mama dandan cantik gini mau kemana sayang??" Tanya marisa.

"Mau pergi dulu ma"

"Pergi? Sama siapa?"

"Biasanya"

"Biasanya siapa?? Emang kamu biasanya pergi sama siapa?"

"Dewa ma"

"Sama Dewa terus, awas hati hati nanti suka lho"

"Gatau ah ma Fanesa males"

"Loh kok malah males??"

"Nanti aja ya ma ceritanya, kalo ga besok besok aja Fanesa cerita, sekarang Fanesa mau pergi dulu"

"Iya sayang, jangan pulang larut malam"

Fanesa berpamitan pada mamanya, papanya sedang pergi bersama nenek dan kakeknya, jadi di rumah hanya ada Marisa.

Fanesa berjalan menuju teras, baru saja ingin duduk dan menunggu Dewa, ternyata Dewa sudah sampai.

Dewa turun dari mobilnya lalu menghampiri Fanesa.

"Udah siap?"

Fanesa hanya menangguk sebagai jawaban.

"Aku mau pamit sama orang rumah dulu, mau ngajak kamu pergi"

"Gausah aku tadi udah bilang, lagian didalem cuma ada mama"

"Oh yaudah, yuk berangkat"

Dewa berjalan menggandeng tangan Fanesa menuju mobil, lalu membukakan pintu mobil untuk Fanesa.

"Silahkan tuan"

Fanesa hanya membalas dengan tersenyum. Setidaknya Fanesa sudah tidak se-badmood tadi.

Tak ada perbincangan diantara keduanya, hanya suara lagu yang dimainkan di radio mobil Dewa.

Setelah 20 menit diperjalanan, sampailah mereka pada suatu Cafe, ya Fanesa mengakui Dewa pandai memilih tempat, ini tempatnya sangat estetik, dan instagramebel, cocok buat makan dinner dan berfoto.

Fanesa dan Dewa langsung keluar mobil, dan berjalan bersama.

Dewa ternyata sudah memesan tempat untuk mereka berdua, cukup romantis ternyata hehe.

"Duduk" ucap Dewa.

Fanesa hanya menangguk, dia masih berpikir untuk apa Dewa sudah repot repot menyewa tempat seperti ini.

"Sambil nunggu makanan dateng aku mau ngomong sama kamu" Ucap Dewa lembut.

Jujur jantung Fanesa seperti lari maraton di tempat, deg degan, gugup, dan bingung pastinya.

"Mau ngomong apa?" Jawab Fanesa Gugup.

"Fanesa kamu masih marah soal alin?"

"Enggak"

"Alin bagian dari hidup aku di masa lalu, kamu yang ada disini buat nemenin aku, aku cuma berharap kita bisa memiliki hubungan yang baik pastinya. Ga usah marah marahan kaya gini, aku ga mau kaya anak kecil"

Fanesa hanya menangguk sebagai tanda bahwa dia mengerti apa yang dibicarakan Dewa.

"Aku minta maaf untuk semua hal yang mungkin aku salah lakuin ke kamu, sekarang kamu mau ga jadi pacarku?"

Deg! Apa maksudnya ini?? Kemarin dia bilang sodaraan, sekarang nembak jadi pacar? Maksudnya apa?.

Fanesa sangat bingung dengan apa yang dikatakan oleh Dewa barusan.

"Maksud kamu? Kita pacaran emm pacaran??"

"Iya, kenapa kok ragu?"

Fanesa blushing, pipi nya merah matanya panas ingin menangis bahagia sekarang juga, ini yang dinantikan bukan dari semua yang ditunggu.

"Emm ya aku mau" jawab Fanesa malu malu.

"Beneran??" Tanya Dewa dengan mata berbinar.

Fanesa menangguk seraya tersenyum, hatinya sangat bahagia sekali, banyak kejutan yang diberikan di hidupnya.

"Makasih yang hehe" ucap Dewa sembari tersenyum.

Makanan datang dan mereka makan malam bersama.

Dapatkah Ini Terjadi 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang