"Halo, kenalin, aku Akbar."
Aku hanya bisa terdiam memandangi tangan putih itu didepanku. Tangannya yang mulus dan aku bisa melihat ada urat biru yang menonjol saking putihnya. Dia tersenyum kepada ku, aku sadar, dan langsung menerima tangannya.
"Alisia."
"Nama yang indah."
Aku hanya bisa tersenyum tipis dan mencoba untuk menetralkan degupan jantungku. Berdekatan dengan seseorang yang kita suka seperti ini ya? Ah, ya, aku menyukai Akbar sekitar enam bulan yang lalu. Pada waktu itu, aku sedang berada di kampus, mengerjakan tugas yang begitu banyak. Lalu, aku melihat dia berjalan di lorong yang lumayan sepi. Aku mengikutinya, dan ia tersenyum padaku. Senyum yang teramat manis.
"Alisia, kamu memang selalu bengong ya?" Katanya, sembari tertawa kecil. Aku tersenyum lalu menggeleng. "Ah, nggak. Banyak tugas akhir akhir ini." kataku berbohong.
"Sama. Capek sekali rasanya mengerjakan tugas. Bahkan, aku sampai pernah tidak makan dua hari, loh!"
Aku dan dia tertawa. Menceritakan bagaimana cara mengerjakan tugas yang tidak membosan kan, membicarakan dosen, dan hal hal lainnya.
"Alisa, kamu—"
Aku menengadahkan kepalaku melihat teman satu kampusku memandangku dengan sedikit aneh. Aku hanya tersenyum manis, dan ia langsung pergi begitu saja.
"Alisia, aku pulang dulu ya?" Akbar mengambil tasnya lalu tersenyum. Rasanya aku masih ingin terus bersama Akbar di kantin kampusku. Akbar benar benar membuat aku jatuh cinta sejatuh jatuhnya.
"Iya, hati hati di jalan."
"Dah, Alisia!"
Aku melambaikan tanganku ke arahnya. Saat aku akan membereskan buku yang berantakan, dengan tiba tiba saja musuh besarku datang.
"Gimana? Seneng udah ngobrol sama Akbar?"
Aku menatapnya sinis, dan mencoba untuk menghiraukannya. Lagi lagi, dia menarikku paksa dan aku harus bertatapan dengan wajah yang sangat aku benci.
"Gue lagi ngomong!"
"Berisik! Gue mau pulang." Bentakku. Aku berjalan dengan cepat meninggalkan dia yang sedang tertawa. Sungguh, aku benci!
"AKBAR NGGAK AKAN SUKA SAMA LO!"
"DIAM!" Aku berbalik dan musuhku sudah tidak ada disana. Mahasiswa lain memandang ku aneh. Aku berlari dan langsung meninggal kan kampus dengan rasa amarah.
🖤
"Gimana, mau jadi pacar aku?"
Aku mengerjapkan mata beberapa kali. Memang, aku dekat dengan Akbar sudah hampir dua minggu, dan sekarang ia menembakku untuk menjadi pacarnya. Ah, yang aku tunggu tunggu ternyata datang.
"Mau."
Akbar berteriak kesenangan dan memelukku. Aku membalas pelukkannya dan ikut tersenyum. "Makasih, Alisia. Aku sayang kamu." katanya tepat di telingaku.
"Aku juga sayang sama kamu, Akbar."
Aku tertawa ketika dia sesekali membuat lelucon. Ah, sepertinya aku sudah sangat jatuh cinta pada Akbar. Akbar benar benar laki laki yang membuat aku semangat untuk pergi ke kampus dan berlama lama disana.
Aku melihat, dua temanku datang dengan muka aneh dan takutnya. Aku tidak memperdulikan itu, yang terpenting aku akan bercerita pada mereka.