[4] Suatu Saat Nanti

348 21 4
                                    

"Kak David ganteng banget, deh!"

"Kak David lucu banget!"

"Masyaallah, senyumnya manis banget!"

"Ih gila gila, pasti keringetnya wangi banget!"

"Gemes banget rambutnyaaaa!"

"Yang pernah jadi pacar Kak David beruntung banget pasti!"

Semua ocehan memuja untuk seseorang itu berasal dari gadis berumur lima belas tahun. Ia sedang berada di pinggir lapangan dan memperhatikan para sekumpulan siswa sedang bermain basket. Namun, gadis ini hanya tertuju pada seseorang yang sangat ia kagumi, David.

Lelaki ini adalah kakak kelasnya. Lelaki yang bisa membuat ia tidak berhenti mengoceh. Apapun yang lelaki ini lakukan, akan selalu di puja oleh gadis itu.

"Ayasha, jangan berlebihan deh!"

"Cewek cewek lain pada ngeliatin lo sinis tau!"

Kedua teman dari gadis yang bernama Ayasha ini menggerutu sebal. Pasalnya, Ayasha hanya merespon dengan tatapan dan kembali memuja David.

"Lagian, percuma lo muji Kak David terus. Respon dia cuma senyum doang, Sha."

Ayasha menyimpan tangannya didepan dada.
"Ya biarin, dong! Senyum juga artinya Kak David menikmati semua pujaan gue." Katanya percaya diri. Kedua teman Ayasha hanya menggeleng lalu kembali melihat pertandingan basket itu.

Setelah empat puluh lima menit berlalu, akhirnya pertandingan basket itu selesai. Ayasha dengan senyuman lucu di bibirnya itu berlari mendekati David dengan sebuah air mineral di tangannya. Namun, lagi lagi ia kalah cepat dengan perempuan lain.

"Kenapa nggak jadi dikasih?"

"Telat, lagi."

Kedua teman Ayasha, Salsa dan Aliya melihat ke arah dimana David sedang di kerumbuni oleh siswi lain. Salsa menepuk pundak Ayasha, mencoba untuk menenangkan. Pasti, hati Ayasha kini sedang di selimuti rasa cemburu.

"Kasih aja sih, Ay." Ayasha menatap Aliya dengan tatapan anehnya. "Pasti Kak David terima air itu, kok." Lalu seperkian detik Ayasha sudah menghampiri David.

Ayasha sudah berdiri didepan David, dan kini David hanya memandang Ayasha aneh. Namun, tidak dengan Ayasha. "Kak David, ini buat Kakak! Oh, ya, tadi Kak David mainnya keren banget, nggak kuat aku! Hahaha."

David tersenyum tipis, sangat tipis. Berbeda pada siswi lain, pasti senyumnya akan sangat lebar. "Hm, makasih."

Hanya itu. Tapi, Ayasha menutupi kesedihan nya dengan senyum. Ia mengangguk lalu berlari dari sana, tidak peduli Salsa dan Aliya berteriak memanggilnya.

Respon David selalu sama, hanya tersenyum tipis dan mengucapkan terimakasih. Tapi, berbeda ketika itu adalah pujian dari siswi lain, David akan tersenyum lebar. Ayasha sudah sangat kebal dengan sikap David yang berbeda. Tapi, bagaimana pun juga hatinya masih tetap ingin mengejar David. Walaupun, logikanya sudah berteriak memintanya untuk berhenti.

"Ay, lo nggak apa apa?"

"Ayasha?"

Ayasha terisak di sudut kelas. Bagaimana pun juga, hatinya tetap sakit melihat respon David yang selalu saja seperti itu.

"Kak David." lirihnya.

"Iya, gue tau. Lupain dia ya, Sha? Banyak cowok yang lebih baik dari Kak David."

"Nggak bisa, Salsa. Gue udah cinta sama Kak David." Aliya hanya diam. Ayasha memang keras kepala, ia ingin mendapatkan apa yang ia mau, sebelum berhasil mendapatkannya Ayasha akan terus berjuang dengan cara apapun.

One ShotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang