[a date 2-nomin]

623 92 13
                                    

"Cie yang abis jalan sama Kak Jeno."

Jaemin yang baru masuk kelas mengerjap tak paham, terlebih saat Renjun—teman sekelasnya, merangkul tangannya dan mendudukkan ia di kursi depan.

"Jadi, kalian pacaran?"

"Apaan sih!" tepisnya dengan wajah bersemu.

"Eyy, nggak perlu malu. Bener nih pacaran?"

"Enggaklah Jun. Ngana pikir kita semurah itu?"

"Apa nih murah murah?" Haechan yang baru muncul, menimpali. "Eh, lo pacaran ya sama Kak Jeno?"

Jaemin mengembuskan napas jengah. "Kenapa sih pertanyaan kalian dari tadi pacaran terus? Enggak! Aku sama Kak Jeno nggak pacaran, oke."

Dahi Haechan mengerut, seolah memikirkan suatu hal yang berat. "Tapi kemarin Kak Jeno ngeposting insta story kalian lagi nonton."

"Chanie sayangku cintaku, emang nonton bareng harus pacaran? Berarti aku, kamu sama Renjun udah threesome dari kemarin."

Mendengar itu, sontak Renjun menjitak kepalanya, "Amit-amit jabang bayi. Ogah gue. Ogah lahir batin."

"Kamu pikir aku mau!?" sergah Jaemin cepat seraya melepas tas dari bahu. "Kita ketemu beberapa hari kemarin, terus ya itu dia ngajak jalan, yaudah aku kan single since fetus, siapa yang mau nolak coba."

"Bener sih," Renjun mengangguk membenarkan, "Lagian, orang bego mana coba yang mau nolak kak Jeno. Gue aja mau."

Haechan tertawa di belakang mereka. "Jadi kesimpulannya, lo lagi di pdkt-in kak Jeno?"

"Entah." Jaemin mengedikkan bahu, "Aku juga bingung nyebutnya gimana. Jalanin ajalah."

Teriakan ketua kelas membuat mereka membubarkan diri karena dosen mata kuliah hari ini sudah masuk.

***

Matahari hari ini mungkin sedang balas dendam. Sinarnya menghujam bumi tak main-main, membuat beberapa orang lebih memilih tinggal di dalam kelas kosong yang ber-AC atau duduk di pendopo yang tersebar di sepanjang boulevard.

Kalau saja Jaemin tidak punya janji untuk makan bersama Yangyang—teman SMA-nya yang juga berkuliah di tempat yang sama, sudah pasti ia bakal ikut Renjun dan Haechan pulang ke kost, rebahan di atas kasur bersama setoples keripik pisang sembari memanfaatkan wifi gratis dengan mendownload beberapa film di laptop.

Namun, semalam, Yangyang bilang ingin membicarakan sesuatu dengannya, membuat Jaemin mau tidak mau mengiyakan ajakannya untuk bertemu di kedai mi setan yang terletak tak jauh dari kampus.

"Awas aja kalau nggak penting, kepala Yangyang bener-bener kujadiin gulai."

Sembari bersungut-sungut, ia berjalan menyusuri trotoar yang ramai, menyelipkan dirinya yang kurus di antara mahasiswa yang bergerombol di bawah rimbunnya pepohonan atau sedang menunggu kendaraan umum.

Kedai mi itu sudah terlihat di depan mata, ia mempercepat langkah, tangannya yang tidak tertutup lengan kemeja terasa panas, salahnya sendiri lupa membawa jaket atau cardigan hari ini.

Sosok Yangyang sudah melambai di kursi dekat jendela, dua orang lainnya yang duduk di depan lelaki itu ikut menoleh, salah satunya membuat kerja jantung Jaemin meningkat.

Jeno dan senyumnya yang menawan.

'Mamaaaa, mampus!'

***

"Siang Kak."

Jaemin menundukkan kepala, sesekali melotot pada Yangyang yang menatapnya polos.

"Siang, Jaemin. Nggak nyangka kita ketemu lagi secepat ini."

poubelleWhere stories live. Discover now