Chapter 2: What Can I Do?

684 86 20
                                    

Dowoon menunggu di rumah sakit sementara tim forensik memeriksa kapan tepatnya ayahnya meninggal dunia. Selang 20 menit setelah Dowoon mengirimkan pesan berupa lokasinya saat ini ke Younghyun, Younghyun pun tiba di rumah sakit. Lalu reflek Dowoon berdiri dan memeluk Younghyun.

"Ayah gue..... hiks." Dowoon menangis lagi. Younghyun mengelus-elus bahu Dowoon pelan untuk menenangkannya. Lalu tangannya berpindah ke kepalanya dan mengusapnya pelan. Tak lama Dowoon melepas pelukannya lalu mengelap air mata di pipinya. Mereka berdua pun duduk di kursi ruang tunggu. Menunggu hasil pemeriksaan keluar, biasanya kalau jenazah yang belum lama meninggal, tidak perlu di autopsi dan dapat dideteksi waktu meninggalnya tanpa memerlukan waktu yang lama.

Younghyun meraih tangan Dowoon, lalu mengelusnya pelan, menenangkan Dowoon yang masih terisak. Younghyun tahu persis bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang sangat di cintai. Seperti yang dia alami saat SMP dulu. Mamanya meninggal karena mengidap kanker.

Sekitar 30 menit. Para dokter keluar, lalu memanggil Dowoon dan ikut ke ruangan dokter. Younghyun mendampingi Dowoon.

"Berdasarkan pemeriksaan kami, waktu kematian ayahmu pukul 15.40. Ayahmu meninggal karena gantung diri. Beliau juga banyak meminum alkohol sebelum meninggal. Jadi, saya menduga kalau ayahmu meninggal dibawah pengaruh alkohol yang ia minum. Tapi semuanya kembali ke pihak polisi yang akan menginvestigasi kronologi kematiannya nanti." Dokter itu menerangkan panjang lebar. Dowoon mengangguk-angguk, wajahnya sangat sedih. Younghyun masih menggenggam tangannya.

"Apakah kamu kakak dari Dowoon?" Tanya dokter tersebut. Younghyun kaget karena dari tadi melamun. Mencoba mencerna kejadian saat ini karena ia tidak mungkin bertanya kepada Dowoon apa yang terjadi. Kondisi Dowoon saat ini tidak cukup baik untuk di tanyakan.

"Ah, bukan. Saya teman satu sekolahnya, dok." Jawab Younghyun. Tak lama Dowoon angkat bicara.

"Saya anak tunggal, hanya memiliki ayah saya sebagai anggota keluarga di sini. Saya tidak memiliki saudara baik paman atau bibi karena kedua orang tua saya juga anak tunggal."

Dowoon makin menguatkan genggaman tangannya di tangan Younghyun, mengisyaratkan bahwa dia butuh seseorang untuk membantunya.

"Nak, saya yakin, kamu adalah anak yang kuat. Kehilangan seseorang yang sangat berharga dan sangat kita cintai di dunia ini merupakan hal yang sangat berat bagi semua orang. Tetapi, bukan berarti kamu juga kehilangan semangatmu untuk melanjutkan hidup. Semua orang merasakan kepedihan yang sama seperti kamu saat ini ketika kehilangan seseorang yang mereka cintai. Tapi, kamu tidak boleh kehilangan sinarmu, senyummu, semangatmu. Tunjukkan pada ayah dan mama mu kalau kamu bisa membuat mereka bangga." Tutur dokter itu memberikan petuah kepada Dowoon, Dowoon hanya mengangguk sambil mengusap air matanya yang terus lolos dari kedua mata indahnya itu.

Mereka pun keluar dari ruangan dokter, sementara proses penguburan jenazah ayah Dowoon akan dibantu oleh pihak kepolisian setempat. Rumah Dowoon masih ditutupi police line dan masih belum bisa kembali di tempati.

Pihak kepolisian pun datang ke rumah sakit dan menemui Dowoon, untuk memberikan kontak keluarganya, yaitu neneknya.

Dowoon belum pernah bertemu dengan neneknya sejak kecil. Sebab neneknya berada di Busan, dan Dowoon beserta keluarganya berada di Seoul. Ayahnya tidak pernah membawanya pergi kesana.

Dowoon pun mengetik nomor telepon di ponselnya, lalu memanggilnya.

"Tuuuut"

"Halo, dengan siapa disana?" Terdengar suara lirih seorang wanita tua di sebrang sana.

"Ha-halo. Nama saya Yoon Dowoon, putra dari Yoon Dojoon dan Kim Yura, cucu nenek." Jawab Dowoon canggung, dia tidak pernah berbicara pada neneknya ini yang menurutnya sangat terasa asing baginya.

"Yo-yoon Dowoon? Nenek sudah mendengarnya tadi dari pihak kepolisian. Nenek minta maaf nak, nenek tidak bisa mengunjungi mu karena kamu terlalu jauh di Seoul. Kondisi nenek sekarang tidak bisa berjalan jauh, nenek tinggal berdua dengan pembantu nenek di Busan. Kau bisa mengunjungi nenek, jika tidak ada uang transportasi, akan nenek suruh pembantu nenek transfer ke kamu. Nenek kirimkan alamatnya ya." Ujar nenek panjang lebar, terlihat dia sangat khawatir dengan Dowoon.

"I-iya nek. Aku akan kesana mungkin selama beberapa hari. Aku takut sendirian di Seoul nek."

"Baik, akan nenek kirimkan alamatnya, esok pagi kamu bisa langsung pergi ke sini."

"Selamat malam nenek, selamat tidur."

Tuuut

"Lo mau ke Busan?" Tanya Younghyun. Dowoon mengangguk.

"Gua ga punya siapa-siapa lagi di sini, dan nenek gua berada di Busan. Gua akan berada disana selama beberapa hari dan melakukan upacara penguburan jenazah ayah gua disana." Jawab Dowoon. Younghyun mengangguk.

"Yaudah, lo butuh istirahat kan? Sementara jenazah ayah lo di urus sama pihak kepolisian, lo istirahat yuk. Biar besok bisa fit. Ke rumah gue aja ya?" Ujar Younghyun, merangkul Dowoon. Dowoon mengangguk.

Mereka berdua pun masuk ke dalam mobil Younghyun dan Younghyun menyuruh supirnya untuk berjalan.

Dowoon yang sangat kelelahan, tertidur di bahu Younghyun, sekarang sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Sebelum berangkat ke rumah sakit, Younghyun sedang tertidur pulas dan terbangun saat tiba-tiba Dowoon menelponnya sambil menangis. Ternyata hal buruk terjadi.

***

Younghyun merebahkan tubuh Dowoon di atas kasurnya setelah menggendongnya kedalam rumahnya, bersyukur kamarnya berada di lantai dasar. Jadi tidak perlu encok menggendongnya di tangga.

Setelah menyelimuti tubuh Dowoon, Younghyun pun tidur di space kosong samping Dowoon tertidur. Mengelus kening dan rambut Dowoon pelan.

"Bagaimana bisa gue gak sedih liat anak seimut dan seinnocent Dowoon mengalami hal yang segini beratnya."

"From now on, gue bakal jagain lo Woon. Apapun yang terjadi, I'll keep u safe. Trust me." Ujar Younghyun lalu kemudian ikut terlelap disamping Dowoon.














TBC :)

Maaf kalau gak seru. I'll try my best to make an amazing story for them both.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Book of Us | A BriWoon Brotherhood StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang