•Meyer #4•

46 1 0
                                    

Kita untaian kata tak berfrasa.

-Mahesa Pradipta-
  

~~~~

Pagi ini cuacanya benar-benar cerah, entah bagi Athala saja atau mereka yang juga melenggang dijalanan.

Yang jelas suasana hatinya benar-benar senang, sampai perjalanan ke sekolah terasa sangat cepat.

Mungkin karena Athala menikmati angin yang berhembus kencang dipagi hari juga alunan burung yang berkicau begitu merdu bertengger diatas ranting pohon pinggir jalanan kota.

“Nih helmnya.” ucap Athala seraya menyodorkan helm itu ke Mahesa.

Karena hari ini Athala pergi ke sekolah terlampau pagi, tidak banyak pasang mata yang melihat keberadaan Mahesa.

Namun tak disangka ke lima sahabatnya datang bebarengan dari arah halte sekolah, sontak membuat Athala terkejut juga panik ketika ke lima sahabatnya datang menghampiri Athala dan Mahesa.

“Tumben Tha datang pagi?” tanya Tifanny dengan tatapan yang terus melihat lelaki dengan perawakan tinggi itu

“Ah iya gue dianter sama Mahesa, pake motor jadi cepet Nny.” balas Athala kaget

“Ohh... jadi ini yang namanya Mahesa!” ujar Husna dengan tatapannya yang tidak suka.
“Lo anak mana? Sekolah dimana? Ada maksud apa lo nganterin sahabat gue?” lanjut Husna

“Ngga ada maksud apa-apa, aku cuma nganter aja.
Ya udah Tha, semuanya aku pamit” jawab Mahesa bergegas pergi

Deruman motor sport sudah melenggang jauh dari halaman sekolah.

“Ya udah lah Na, Mahesa kan cuma nganter doang. Kok lo sensi amat sih?” celoteh Elsa

“Tapi Elsa, kita cuma mau Athala ngga salah pilih!” ucap Gabriella

“Bener tuh, dari kejauhan aja gue liat dia  udah beda auranya.” sambung Naomi

“Dia itu baik, pliss percaya sama gue. Ngga enak gue jadinya sama Mahesa Baru ketemu sama kalian aja udah dapet kesan buruk, tadinya gue mau kenalin dia ke kalian tapi kalau udah kaya gini mending ngga usah!!!” ketus Athala lalu pergi menuju kelasnya.

Setelah Athala pergi begitu saja meninggalkan ke lima sahabatnya, namaun sahabat-sahabatnya masih mempertanyakan siapa lelaki itu sebenarnya ?

***


Suasana kelas Athala tidak berbeda
dengan kelas lainnya, ribut, rusuh, bahkan banyak dari mereka melarikan diri ke kantin padahal guru mereka masing-masing sudah memberikan tugasnya, karena semua guru sedang mengadakan rapat untuk menentukan malam puncak ajang kreasi seni dan olahraga.

Dikelas seperti ada dua kubu yang sedang berseteru, ketika teman-temannya ribut membicarakan soal lomba yang nyatanya dapat bocoran kalau jadwalnya diganti jadi minggu depan namun Athala hanya bisa diam.

Pikirannya jauh memikirkan lelaki yang mengantarkannya ke sekolah tadi pagi, dihantam rasa bersalah atas perbuatan sahabat-sahabatnya.

Melihat Athala yang terus melamun akhirnya ke lima sahabatnya datang menghampiri meja Athala dan mencoba meminta maaf.

“Tha, kita semua disini sayang sama lo. Kita Cuma ngga mau lo salah pilih” jelas Husna.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MeyerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang