•Meyer #3•

30 5 0
                                    

Beberapa detik kemudian, Athala tersentak dan dia tersadar.

“Gue inget lo siapa!, eh maksudnya aku inget sekarang kamu siapa. Kamu anaknya tante Sarah kan, beberapa bulan yang lalu nganter mama kamu ke rumah ini kan?”
ujar Athala sembari menunjuk rumahnya.

“Iya bener, kenalin namaku Mahesa Pradipta panggil aja Mahesa. Kamu?” tutur Mahesa sembari menyodorkan tangannya

“A-aku Athalana Meyer panggil aja Athala”

“Lho Tha, kamu ngapain disini?” jawab Mahesa sembari meihat jalanan kompleks yang sepi

“Aku lagi nunggu kendaraan umum nih.”

“Kayanya ngga ada yang lewat juga dari tadi, mau aku antar? Lagian lima belas menit lagi bel..!”

Athala tidak percaya lelaki yang sempat jadi pusat perhatian dia selama ini yang selalu membuat dia melamun ternyata orangnya ada dihadapan dia sekarang.

“Gimana? Kok jadi melamun?”
ucap Mahesa membuyarkan lamunan Athala

“Y-ya udah deh.”

Kini Athala duduk diatas motor sport, pandangannya terus tertuju pada lelaki yang sekarang akan mengantarkannya ke sekolah.

Dihantam ribuan ketidak percayaan seperti takdir yang secara sengaja mempertemukan mereka.

Sepanjang perjalanan Athala hanya bisa diam, mulutnya terkunci, mendadak membisu, tidak ada obrolan apapun sampai akhirnya sampai depan gerbang sekolah Athala.

“M-makasih ya udah repot nganterin aku sampe sekolah.”
ujar Athala sembari menyodorkan helmnya kepada Mahesa.

“Besok aku jemput kamu, boleh?” tanya Mahesa

“B-boleh”

“Sampai bertemu besok kalau begitu.”

Athala hanya mengangguk setuju, lalu lekas pergi.

***


Suasana kelas memang tidak berbeda dari hari ke hari, masih tetap ramai sebelum bel masuk berbunyi.

Langkah Athala sempat terhenti ketika ke lima sahabatnya melihat tajam ke arahnya.

“Lo kenapa sih Tha mesem-mesem gitu, gue perhatiin hari ini ada yang beda dari lo?” tanya Naomi

“Gue ngga kenapa-kenapa.” ucap Athala lalu kembali tersenyum.

Senyuman yang berbeda dari hari sebelumnya yang menghiasi hidup Athala setiap hari.

Dan kini Athala duduk diposisinya lalu menatap ke lima sahabatnya yang tak kunjung lepas memandanginya.

“Dan lo kenapa hampir telat hari ini?” tanya Gabriella sembari melihat jam dinding dikelas.

“Jadi gini-

KRING... KRING... KRING..

Belum sempat Athala menjelaskan kejadian tadi pagi ke lima sahabatnya, bel masuk pun berbunyi dibarengi Bu Desi guru bahasa indonesia memasuki kelas Athala.

***

“Tha, waktu pagi mau bilang apa?” tanya Elsa membuka obrolan disela-sela makan siang dikantin.

“Kalian masih inget ngga waktu gue ngga fokus belajar matematika dikelas, terus kalian nanya gue kenapa ?” tutur Athala

“Gue inget dan lo jawab ngga kenapa-kenapa.” jawab Tifanny
“Hubungan sama lo hampir telat tadi pagi apaan?” lanjutnya

MeyerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang