1 ✔

2.8K 102 3
                                    

“Buku lo ada sama Daffa,” ucap Noval. Nesa meninggalkan Noval dengan perasaan kesal. Lalu Nesa berjalan menuju Daffa.
“Daf, buku matematika gue mana?” tanya Nesa pada Daffa.

“Kayaknya tadi diambil Farel deh,” ucap Daffa. Nesa sekarang berjalan ke arah meja Farel.

“Rel, buku gue mana?” tanya Nesa pada Farel. “Buku lo diambil Arkan tuh,” ucap Farel.

Nesa beralih ke meja Arkan.
“Arkan! Buku gue mana?” tanya Nesa pada Arkan dengan sedikit berteriak. “Bentar dulu, gue belum selesai nyalin,” ucap Arkan dengan santai.

“Udah, siniin buku gue, bentar lagi upacara,” ucapku. “Bentar, udah tenang aja. Lagian lo kan udah ngerjain,” ucap Arkan tanpa mengalihkan pandangan dari bukunya.

Teman kelompok Arkan pun sama, mereka menyetujui ucapan Arkan. Karena mereka juga sedang menyalin jawaban Nesa. Begitupun dengan temannya yang lain.

“Tapi——” Belum selesai Nesa mengucapkan kalimatnya, Anya memanggilnya. “Anesa!” teriak Anya dengan sedikit nada jutek dan membentak di dalamnya.

Nesa berjalan ke arah Anya. Dia tahu, sekarang Anya pasti sedang menunggunya. “Udah? Sekarang buku kamu mana?” tanya Anya dengan menyodorkan tangannya.

“Bukunya lagi ke pake. Jadi, aku ajarin kamu aja yah.” Tanpa menjawab, Anya langsung kembali duduk di kursinya. Nesa pun duduk di samping Anya.

Nesa mengajari Anya. Tapi, Anya tak pernah paham hingga Nesa lah yang mengerjakannya di buku Anya. Begitulah Nesa. Melakukan apapun demi sahabatnya, Anya.

                        *****

“Anesa, kantin yuk,” Ajak Anya pada Nesa. Nesa mengangguk, dia membereskan semua buku-buku nya lalu memasukannya ke dalam tas.

“Yuk.” Mereka berjalan beriringan menuju ke kantin. Mereka duduk hanya berdua. Selalu seperti itu dan hanya akan seperti itu. Sebenarnya banyak yang tidak suka akan persahabatan Anesa dan Anya. Anesa terlalu sempurna untuk menjadi teman Anya. Anesa gadis pintar, baik, ramah, penyabar, tinggi, dan cantik lagi berbanding dengan Anya yang sikapnya judes dan semaunya sendiri.

“Anesa,  kamu liat nggak pas Salma marah-marah nggak jelas cuman gara-gara Noval yang ngelawan dia,” ucap Anya saat mereka sedang makan pesanan masing-masing.

“Iya, aku liat. Mereka itu udah kayak kucing sama tikus.” Mereka berdua tertawa hal yang sebenarnya tidaklah lucu. Tapi, itulah persahabatan Nesa dan Anya. Penuh dengan kegembiraan dan keindahan. Meski di hujat dengan berbagai pandangan.

“Eh, aku udah selesai. Masih ada sepuluh menit lagi, mau ngapain yah,” ucap Nesa.

“Gimana kalau kita ke perpus aja. Cari novel,” ucap Anes.

“Oke, yuk kita ke perpus.” Nesa dan Anes pergi ke perpustakaan.
Mereka melihat-lihat novel yang berada di perpustakaan.

“Aku udah nemuin,” ucap Nesa saat dia tertarik pada buku dengan judul 'My psycopat boy friend' karya Bayu Permana.

“Aku juga udah nemuin,” ucap Anya dengan menunjukan sebuah buku dengan judul 'hujan' karya tere-liye.

“Yaudah yuk kita pinjem.” Mereka berdua pergi menemui bu Irna selaku penjaga perpustakaan. Dia wanita baik dan ramah. Bu Irna tersenyum saat melihat Anesa dan Anya. Dia sudah sangat kenal mereka sejak mereka kelas sepuluh.

Setelah Nesa dan Anya meminjam buku, mereka berlalu pergi menuju ke kelas. “Ada Salma sama Najwa tuh. Kita duduk di sana aja yuk,” ajak Anya pada Nesa. Nesa hanya mengangguk.

“Kalian dari mana?” tanya Salma saat Nesa dan Anya sudah duduk bersama mereka. “Abis dari perpus, minjem buku,” jawab Anya sambil menunjukan bukunya.

“Anesa, coba gue liat buku lo,” ujar Salma. Nesa memberikan buku itu pada Salma.

“Bagus, keknya. Gue pinjem yah,” ucap Salma. “Nggak, yang pertama minjem kan gue. Lo tinggal beli aja Sal, banyak kok di toko buku,” ucap Nesa dengan nads ramahnya

“Gue males kesananya, dan lagian kalau beli sendiri kan cuman sekali baca. Buang-buang duit doang tau nggak,” ucap Salma.

“Iya deh terserah lo,” ucap Nesa, dia selalu mengalah pada akhirnya.

Selalu saja seperti itu. Sama seperti satu minggu yang lalu dan minggu-minggu lainnya.

Flashback on

Nesa dan Anya kembali ke kelas setelah meminjam sebuah novel dari perpustakaan. Memang, mereka sering ke perpustakaan. Karena, setiap minggu perpustakaan pasti menyediakan buku baru.

Novel yang Nesa pegang adalah novel dengan judul ' kakak kelas'. Sementara Anya memegang novel dengan judul 'Pangeran kelas'.

Mereka berdua kembali ke kelas. Ada Salma serta Najwa yang sedang duduk di kursinya. Tanpa sengaja Salma melihat Anesa membawa sebuah buku. Salma termasuk orang yang gemar membaca namun dia bukanlah kutu buku.

“Eh, Anesa. Kamu bawa buku apa?” tanya Salma.

“Oh, ini buku yang baru dari perpustakaan,” jawab Nesa apa adanya.

“Gue boleh pinjem nggak?,” tanya Salma.

“Entar kalau gue udah selesai baca,” jawab Nesa.

“Ya elah Sa, lo kan tau gue minjem cuman sebentar. Dalam semalam aja gue selesai baca itu novel kok,” rayu Salma.

Nesa hanya menghembuskan napasnya, lalu memberikan novelnya pada Salma.

Flashback end

“Hahaha, ya udah deh, yang sabar aja Nes,” ucap Najwa pada Nesa. Nesa hanya mengangguk. Lalu Salma hanya fokus pada dunianya. Itu lah Salma, orang yang tak mau mengalah dan yah dia sedikit egois, Nesa akui itu, walaupun dia gadis pintar.

_________________________________________________________________________________

Best Friends [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang