Jatuh

7 3 0
                                    


Arin merasakan bahu kanannya serasa bertambah berat.
Wajahnya terlihat pucat dan berkeringat dingin tapi Ia tidak menghiraukannya dan terus menjalankan tugasnya sebagai bindam kelas.

"Lo kok bisa berubah pikiran sih yil?" tanya Ujo.

" Tentang apa?"

" Tampil di pensi, tumben Lo labil."

" Gara-gara temen Lo."

"Hah siapa? Gue?" tanya ibal dengan pedenya.

"Siapa? Gua punya banyak temen yil enggak kaya Lo ."

"Tuh cewe osis."

"Arin maksud Lo?"

Lail tidak menjawab.

"Wah Lo apain yil Arin." sahut Ibal.

Ujo geram " Salah balll, harusnya tanyanya Arin apain si Lail jadi bisa berubah pikiran."

"Akhirnya kita bisa tampil di pensi ya, famous dong gue nanti." Ibal cengengesan.

"Heleh tetap aja Lo jomblo bal." celetuk Ujo.

"Gua jomblo karena nungguin tuh cewe."

"Siapa?" tanya Lail.

"Arin duuung."

"Udah lah bal, Arin tau Lo hidup aja engga."

Lail tersenyum tipis.

Arin dan rombongannya melintasi meja kantin yang di duduki Lail.

Ujo menyapa Arin.

"Makan rin."

Arin tersenyum,
" Enggak jo, makasih duluan ya."

Arin tersenyum ke arah Lail dan Ibal, Ibal membalas senyuman Arin tapi tidak dengan Lail. Arin kemudian berlalu bersama rombongannya.

Rombongan cewe-cewe yang dibelakang Arin heboh karena baru pertama kali melihat Lail.

" ka ka itu tadi cowo yang mukanya datar itu siapa ka?" tanya salah satu siswi baru kepada Arin.

"Oh itu tadi namanya Lail, Dia kelas sebelas, kenapa?."

"Gak papa kak, cuman ganteng aja ka."

Arin tersenyum, mereka berjalan di selasar pinggir lapangan basket.

Lalu plukkk!!

Bola basket tidak sengaja menghantam kepala Arin. Arin yang sedari tadi sudah menahan sakit langsung ambruk.

Semua perhatian langsung tertuju ke Arin yang ambruk di lantai.

Lail dan teman-temannya keluar dari kantin lalu melihat orang bergerombolan.

"Ada apaan tuh?" tanya Ibal kepada siswi yang lewat setengah berlari.

"Itu si Arin pingsan." ucap siswi itu panik.

Mendengar hal itu Lail langsung berlari menuju gerombolan.

Lail masuk kedalam gerombolan dan melihat Arin yang sudah tidak sadarkan diri di pangkuan salah satu siswi.

Lail langsung mengangkat tubuh mungil Arin dan membawanya keluar dari gerombolan.

Semua orang yang ada disana sontak terkejut karena melihat pemandangan yang tak biasa. Seorang Lail yang terkenal dengan sifat dinginnya ke perempuan, kini sedang berlari dengan perempuan dipangkuannya.

Lail berlari menuju UKS diiringi dengan Ami yang khawatir dengan keadaan Arin.

Lail merebahkan tubuh Arin, Lail merasakan suhu tubuh Arin yang sangat tinggi.

"Ini petugas UKS nya mana woy.?" teriak Lail.

Ami masuk kedalam ruangan.

"Mereka kehabisan kompres yil jadi mereka ijin beli dulu tadi."

Lail menatap frustasi Arin yang terbaring dengan wajah pucatnya. Ia mengambil ponselnya dan menelpon seseorang.

Margaret sedang membersihkan tanaman saat ponselnya berdering.

Ia terkejut karena tidak biasanya Lail menelponnya.

"Iya halo nak."

"Bisa kirim dokter ke sekolah?"

Margaret panik."Bisa nak bisa, kamu gak kenapa-napa kan nak.?

"Arin pingsan." jawab Lail singkat lalu memutuskan panggilan.

Margaret segera menelpon dokter keluarga mereka.

Tidak berapa lama kemudian dokter sampai di UKS dan segera memeriksa keadaan Arin.

Lail duduk diruang tunggu UKS bersama Ami.

Ami dapat melihat kepanikan Lail yang coba Ia sembunyikan.

Dokter keluar dari ruangan dan Lail segera menghampiri.

"Demamnya sangat tinggi mungkin ini bentuk keterkejutan fisiknya karena kejadian kemarin dan juga karena Dia hanya membiarkan sakit memar dibahunya. Saya sudah memberikan obat penurun demam dan kompres dibahunya nanti kalo Dia sudah sadar sebaiknya kamu antar Dia pulang saja karena kondisinya tidak memungkinkan."

"Makasih dok."

Lail masuk melihat kondisi Arin di ikuti oleh Ami.

"Gue titip Dia ya, soalnya Gue masih harus ngurus PLS."

Lail hanya mengangguk.

Lail duduk sambil menunggu Arin sadar.

"Ini cewe bodoh apa gigih sih." gumam Lail.

Lail membuka ponselnya dan melihat chat di grup kelasnya yang sudah bejibun.

Lail membuka dan melihat topik yang sedang dibicarakan mereka adalah dirinya.








CANDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang