Pagi menghampiri, ternyata Kristan mengirim chat lagi,
"Hari ini, aku mau sendiri dulu. Jangan di ganggu."
Sontak aku langsung kaget, dan berbagai pertanyaan-pertanyaan pun langsung masuk menuju otakku.
"Apa yang aku buat semalam ?"
"Kenapa dia berubah seperti ini ?"
"Apa dia sebenarnya ingin putus ?"
"Apa ada cewek lain yang membuat dia berubah ?"
Aku pun mulai menyalahkan diri sendiri,
Mulai membuat drama sendiri
Pada akhirnya kacau sendiri.
Aku takut, aku marah, hanya saja aku menyimpan semuanya. Namun Jeni seolah tahu apa yang aku rasa. Tidak lama kemudian, Chat dari Jeni muncul.
"Ve. dia masih marah sama kamu, yah ?"
"iya nih Jen, pas dia jemput aku kemarin sambil ngajak makan. Aku pikir dia udah ga marah lagi. Ternyata dia masih marah. Jadi sepanjang jalan kemarin aku cuman di cuekin."
"Hm. Kalau menurut aku sih ,Ve cowok kamu itu sebenernya masih sayang sama kamu. Aku salah tanggap kemarin, aku pikir dia main-main doang sama kamu. Kayak mantan kamu yang lainnya. Tapi setelah aku melihat perilakunya kemarin, kayaknya dia sayang banget sama kamu. Karena dia kayak lebih peduli ke kamu, dia masih ngajak kamu makan, peduli kesehatan kamu dan lainnya. Udah diemin aja Ve, paling ntar dia sadar sendiri, terus kalian baikan deh."
Jeni terdiam sebentar, kemudian mengirim deretan chat yang berisi petuah lagi " Kadang yah, cowok juga gitu, kalau marah kayak cuekin kita tapi selama dia masih peduli sama kita. Berarti dia masih sayang. Aku maklum sih, kalau kamu kayak gini, kan kamu belum pernah pacaran lama kan ? jadi masih kacau kalau di diemin sama cowok kayak gini."
Aku terdiam sebentar, sambil membaca chatting dari jeni. Aku pikir jeni ada benarnya juga. Lalu ku perbaiki sifat dan sikapku dalam menghadapi Kristan. Dan karena aku sudah terlanjur lelah, aku lebih memilih untuk mendiamkan Kristan, dan tiriskan lalu aduk dengan bumbu yang tersedia dalam kemasan. Ujar ku dalam hati, Saking kesalnya aku dengan sifat kristan.
*****************
*tingggggggggggggggggg
"lagi apa?"
"udah makan belum?"
"kalau belum, kita makan yuk.!"
Deretan chat dari Kristan muncul, seperti kehilangan rasa bersalah.
Aku hanya terdiam saat itu. Diapit dengan rasa marah, kesal, kecewa, dan satu rasa yang seakan menghapus 3 dari rasa tadi. Yaitu, Bahagia.
Hanya bahagia yang lebih dominan aku rasakan saat itu. Karena mendapat ajakan dari Kristan.
Namun, saat itu aku masih menahan diri dengan hanya membaca chatting dari Kristan. Bukan karena tidak mau, tapi karena ingin melihat reaksinya yang lebih lagi.
Selang 15 menit, kemudian.
*tuk..tuk..tuk*
Ada seorang yang mengetuk pintu kamarku. Di selingi dengan suara.
"Ve, ke bawah dulu. Ada Kristan, mau ngajakin kamu makan katanya."
Ternyata suara dari ibuku.
"iya ma, ntar aku ganti baju dulu." Teriakku dari kamar, yang terdengar semangat karena ajakan makan dari Kristan.
YOU ARE READING
Mempertahankan yang disuruh lepas
Teen FictionSemua ini tentang Dia yang ku pertahankan mati-matian Namun yang lain menyuruh untuk lepaskan saja, Karena jatuh terjerembap dalam jurang nyaman Akhirnya aku memilih untuk tetap tinggal Tanpa kepastian di masa depan. Entah bagaimana nanti, Berikan...