... just give me a reason ...
... just a little bit enough ...
... just a second, we're not broken ...
... just bent ...
... and we can learn to love again ...... I never stop ...
... you're still written in the scars on my heart ...
... you're not broken just bent ...
... and we can learn to love again ...
(Pink-Give Me A Reason)
Frans mengurut lehernya yang terasa kaku. Hari ini terasa benar-benar melelahkan. Bukan beban kerja dirumah sakit yang membuatnya merasa sedemikian letih. Hari ini bahkan sama sekali tak ada pembedahan yang dilakoninya. Dia hanya berdiskusi dengan rekan sejawatnya, memberi konsultasi dan visite rutin.Tapi keletihan luar biasa yang melandanya lebih pada tekanan emosi yang dia rasakan.
Belum pulih batinnya dari gejolak akibat memergoki istrinya dengan lelaki lain, sekarang dia harus menghadapi kenyataan harus bekerjasama dengan Pramita.Entahlah apa yang sebenarnya melanda hatinya kini saat melihat wanita itu lagi. Memang sudah bertahun-tahun berlalu, namun bohong besar kalau dikatakan dia tak lagi memiliki rasa apapun padanya.
Terlalu panjang kisah mereka.
Dan wanita itu, meninggalkan terlalu banyak jejak dalam hidupnya.
Apa yang dipikirkan wanita itu tentangnya kini?
Untuk sepersekian detik muncul sebersit keinginan dalam hatinya untuk melihat wanita itu menyesali telah meninggalkannya dulu.Tapi untuk apa?
Apa yang akan didapatnya.
Apa itu akan dapat merubah sesuatu?
Apa itu akan mengembalikan sesuatu yang hilang darinya bertahun-tahun lalu?
Lagipula, apa sebenarnya yang hilang?
Harga dirikah?
Ego yang terluka kah?
Atau... cinta di hatinya dulu?Bila nyatanya yang terjadi justru dengan kehilangan itu menempa dirinya, membentuk kepribadiannya menjadi seseorang yang berbeda, seseorang yang sama sekali baru. Seorang Frans Sumapradja yang dikenal orang sekarang. Sosok dirinya kini, yang berbeda dengan dirinya yang dulu.
Jadi apa yang patut disesali?
Jadi apa yang diharap kembali?Ataukah justru, itu lah harapan yang sejatinya tertanam di dasar hatinya...
****
Beberapa jam sebelumnya...
"So?" Pramita mengangkat alisnya tersenyum pada Frans saat mereka telah duduk bersama di cafetaria rumah sakit.
"How's life?" balas Frans. Wanita itu tertawa.
"Sudah berapa lama sih, sejak kita disumpah?"
"Bertahun-tahun sepertinya,"
"Kamu... nggak pernah bilang pengen jadi dokter bedah," Frans hanya mengangkat bahu. "Bukannya kita dulu pengen ke obstetri aja ya? Biar kamu bisa grepe grepe istri orang?" Pramita terkekeh.
Seketika ketegangan yang melingkupi mereka mencair. Frans tersenyum menatap Pramita yang masih terkekeh mengingat-ingat masa lalu mereka.
Dulu mereka memang merencanakan mengambil spesialisasi bersama, tentu pemikiran itu diambil ketika mereka masih berhubungan. Saat berpisah, tentu sudah lain cerita.
"Masih setia di pilihan awal?" tanya Frans. Pramita mengangguk.
"Aku suka menjadi orang pertama yang jadi saksi munculnya kehidupan baru." Pramita tersenyum dengan mata menerawang.
Frans mengangguk-angguk.Lalu keduanya lama terdiam.
Saling pandang dengan jutaan emosi yang tersimpan di hati, saling menatap mencari cari rasa yang berpendar dalam kilau iris mata masing-masing.
Pramita menghela napas pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNFORGETTABLE CHEMISTRY
Romance"Jika dia pernah dengan santainya menyatakan cinta dan menawarkan sebuah hubungan pada pria yang sudah beristri, maka sepertinya kali ini aku ingin melakukan hal yang sama." -sindu mahendradatta- "Karena jika diumpamakan keping dvd, dia adalah produ...