Salah satu hal yang sangat dia banggakan dari dirinya sendiri adalah pengendalian emosinya yang terbilang sempurna. Maka dengan langkah tegas, namun tenang dan tak tergesa, berkebalikan dengan emosi dan amarah yang bergemuruh di dadanya, dihampirinya sepasang manusia yang masih saling menempel erat ditengah hall bersama puluhan pasangan lainnya.
"Ehhmmm..." dehamnya menarik perhatian sepasang manusia itu.
Keduanya menoleh.
Pelan-pelan Anna melepas pelukannya dari leher Prof. Sindu. Raut kaget sekilas menghiasi wajahnya, namun segera hilang berganti seulas senyum manis."Maaf menganggu, tapi sepertinya saya sedang perlu bicara dengan istri saya." Kata Frans ramah. Sedikit terlalu ramah hingga membuat Anna malah mengernyit. " bolehkah?" lanjut Frans, masih tersenyum sambil memandang lurus tepat di manik mata Prof. Sindu.
Lelaki itu terdiam, menatap balik Frans dengan tatapan menilai. Meski Frans masih saja memasang senyum di wajahnya, sementara Prof. Sindu memasang wajah datarnya, Anna dapat merasakan ketegangan diantara mereka.
"Tentu saja, silakan." Akhirnya Prof. Sindu yang angkat bicara, menyerahkan kembali Anna pada suaminya.
"Terima kasih, ayo Ann." Ajaknya mesra sambil menggenggam tangan Anna dan berlalu.
Anna lagi-lagi mengernyit merasakan genggaman tangan Frans yang terlampau erat, hingga serasa meremukkan jari-jemarinya.
Saat Anna berusaha melepaskan diri, Frans menoleh dan ia terkesiap mendapati lelaki itu memberikan senyuman yang terlihat janggal dimatanya.Dan bukannya melepaskan genggamannya Frans mengubah posisi tangannya hingga memegang pergelangan tangan Anna erat-erat.
Mereka berjalan menuju pintu keluar di samping hall--tempat Frans keluar dan menerima teleponnya tadi, sambil melempar senyum pada tiap orang yang menyapa mereka disepanjang perjalanan.
Anna sesekali masih mengernyit merasakan kesakitan di pergelangan tangannya. Tapi dia tak ingin memberontak, demi menghindari jadi pusat perhatian manusia yang berada di hall itu. Jadi meski terasa sakit, dia diam saja mengikuti kemana langkah kaki Frans akan membawanya.
Frans terus membawanya berjalan hingga mereka telah sampai di luar hall itu, di sebuah koridor panjang yang dihiasai pilar-pilar raksasa yang menopang atap rumah itu. Mereka terus berjalan lagi hingga sampai di pilar terjauh dari pintu hall.
Anna nyaris memekik ketika Frans membanting tubuhnya hingga menempel di salah satu pilar di teras yang sepi, dan menatapnya penuh amarah...
bersambung ke versi novel...
Halo haloo halooo...
Ada yang mau satu copy novel "Unforgettable Chemistry" gratis?Bisa kok.
Caranya gampang.Kalian cukup bikin satu bab cerita minimal seribu words.
Isinya?Kalian bikin twist ending cerita ini, dimana Anna akhirnya pilih bersama Prof. Sindu 😊😊😊
"Aduh, Mbak, aku benciiii banget sama Prof. Sindu. Kenapa malah disuruh bikin ceritanya dia?"
Nah, justru itu.
Namanya juga challenge 😆😆😆Satu copy novel "Unforgettable Chemistry" + pulsa 50K untuk satu peserta terpilih. Tenggat sampai 30 Oktober 2016 yah.
Berani?
Posting cerita kalian dan mensyen saya di kolom komen bab ini yha!
Saya tunggu... 😚😚😚😚😚
KAMU SEDANG MEMBACA
UNFORGETTABLE CHEMISTRY
Romance"Jika dia pernah dengan santainya menyatakan cinta dan menawarkan sebuah hubungan pada pria yang sudah beristri, maka sepertinya kali ini aku ingin melakukan hal yang sama." -sindu mahendradatta- "Karena jika diumpamakan keping dvd, dia adalah produ...