Cuddle.

61 5 3
                                    

1:46 PM

Memang masih siang, namun suhu saat ini sudah mencapai 10°c, suhu pada musim dingin memang berbeda.

Kumiko menghela napas panjang, bertopang dagu sembari melihat ke luar jendela, melihat ramainya suasana luar sana.

Orang-orang berjalan di tengah dinginnya udara, bermain salju, bahkan tak sedikit juga terlihat pasangan yang sedang berduaan.

Enaknya, Kumiko juga ingin menikmati musim dingin.

Sialnya, Kumiko tidak bisa, bagi penderita asma seperti ia, tidak baik baginya berlama-lama di luar dalam cuaca seperti ini.

Bisa bisa asmanya kambuh, ia hanya akan merepotkan orang lain.

Pintu tiba-tiba terbuka ditengah kegiatannya melihat suasana luar, nampak seorang pemuda dengan rambut pirang memasuki ruangan.

"Lalu, tadi kau bilang mau apa kau kesini, Kumiko-chan?" tanya sebuah suara dari belakangnya.

"Aku hanya bosan diam terus di rumah, Masaomi-san. Shizu-nii ada janji dengan temannya dan Kasu-nii ada pekerjaan."

"Makanya kau memutuskan untuk datang kesini ya?

Kumiko hanya mengangguk pelan, yang dibalas dengan ohh dari Masaomi.

"Kau sendiri, tumben tidak bersama Saki-san." katanya tiba-tiba.

"Saki? Dia sedang jalan-jalan bersama temannya, katanya sih ada film yang ingin ditonton."

Kali ini gadis itu yang ber-ohh ria.

Keheningan sempat mendominasi keduanya, Kumiko tidak tahu mau bicara apa, sedangkan Masaomi? Jujur ia merasa kelelahan.

Tadinya dia ingin beristirahat sejenak sebelum akhirnya Kumiko datang berkunjung.

Dan mana mungkin gentleman seperti ia menolak perempuan? No no, bisa bisa image dia tercemari.

Maka dari itu, Masaomi pun memutuskan untuk meminum sesuatu, berharap bisa menghilangkan rasa kantuk.

Kumiko sedari tadi hanya melirik pemuda didekatnya. Tumben, biasanya Masaomi akan selalu memulai percakapan atau menganggunya.

Mungkin hari ini Kumiko yang harus memulainya duluan?

Tapi apa yang bisa ia katakan?

"Umm, Masaomi-san, aku.. mau main ke lua—"

"Ehhhh, tidak boleh, kalau penyakitmu kambuh bagaimana? Nanti aku dipukuli kakakmu!" larang Masaomi.

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya ia sudah ditolak duluan, Kumiko menghela napas kesal. Tiba-tiba saja mood-nya turun.

Padahal niat awalnya hanya untuk memulai percakapan, tapi malah keburu dilarang.

"Aaa— eng, lebih baik kita disini saja kan? Lebih hangat loh." ujarnya kemudian.

Kumiko hanya diam.

"H-hora, diluar kan dingin! Nanti kau kedinginan, bisa repot kan?" tambahnya sedikit terbata.

Kumiko masih diam, menatap kesal pemuda dihadapannya.

Ting, tiba-tiba sebuah ide brilian muncul dalam benak sang pemuda pirang.

"Pendiamnya Kumiko-chan beda dengan Anri ya. Kalau diamnya Anri lebih manis."

Okay, Kumiko semakin naik pitam dibuatnya. Masaomi sengaja membuatnya marah.

"Diamnya Anri karena malu malu, tapi kalau Kumiko-chan diam, sudah pasti kesal."

'sabar, Kumiko, sabar', batinya terus menerus.

"Kenapa? Kau marah karena kularang main keluar? Kau ini, seperti anak kecil saja, masih mau bermain bola salju."

'ya maaf saja kalau aku kekanak-kanakan', batin Kumiko lagi.

Seringai jahil terlukis di wajah Masaomi tatkala ia melihat raut kesal Kumiko, ya, dia berhasil menjahilinya, lagi.

Masaomi tak bisa menahan diri untuk mencubit pelan pipi Kumiko, yang dibalas dengan ringisan dari sang gadis.

"Nee nee, bagaimana kalau kita melakukan hal lain saja?" ajak Masaomi setelah puas menjahili.

"Oh ya? Contohnya? Melakukan permainan siapa yang bisa menbuat lawannya emosi terlebih dahulu?" sungut Kumiko kesal.

"Bukan, maksudku—"

Tanpa aba-aba, ditariknya lengan gadis itu kedalam dekapannya, ia bersandar di dinding dengan memeluk Kumiko erat.

"Aku benar kan? Lebih enak kalau hangat kan?" tanyanya.

Kaget, Kumiko itu tak mampu menjawab, juga tak mampu menyembunyikan rona merah di pipinya.

"A-a-apa maksudmu!? Tiba-tiba bicara seperti itu?!" Kumiko balas bertanya dengan nada dinaikkan.

"Tidak ada maksud apa-apa kok. Hanya ingin memelukmu." jawabnya dengan (sok) polos.

"......."

Kumiko menghela napas panjang, ia heran, kenapa dirinya bisa tertarik dengan orang seaneh Masaomi.

Kadang kelakuan pemuda ini sering membuatnya naik pitam, tapi Kumiko tidak bisa benar-benar marah padanya.

"Hehe, rambut Kumiko-chan memang unik ya." pujinya sembari memainkan rambut biru gadis itu.

"Rambut seperti ini tidak jarang loh, Masaomi-san."

"Tapi punya Kumiko-chan beda, entah kenapa, aku bisa merasakannya loh." godanya.

"Dasar orang aneh."

Masaomi hanya terkekeh pelan, nampaknya ia sudah terlalu kelelahan untuk menggoda Kumiko.

Keduanya hanya diam, merasakan nyaman dalam dekapannya.

Berselang sekitar 15 menit, Kumiko mulai merasa pegal dengan posisinya, ia pun memutuskan untuk memanggil Masaomi.

"Anu, M-masaomi-san, sampai kapan kau mau memelukku—?"

Ketika Kumiko menengadah, ia mendapati Masaomi sudah tertidur pulas, masih memeluk erat tubuh mungilnya.

Kumiko memutar bola matanya, setidaknya kalau mau tidur ia kan bisa bilang terlebih dahulu.

Takut nantinya Masaomi akan terbangun, Kumiko pun memutuskan untuk diam saja.

Ya, Kumiko rasa ia akan membiarkan Masaomi tidur sebentar.

Winter MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang