The Place Where Lost Things Go.

46 5 2
                                    

Hari itu hanya satu malam biasa di Oletus Manor, waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam, penghuni kediaman pun seharunya sudah mengistirahatkan tubuh mereka.

Beda hal dengannya, Rinka memutuskan untuk mengembalikan buku bacaannya sebelum pergi ke dunia mimpi.

Ia mengetuk pintu perpustakaan sebelum akhirnya masuk, suara heels 3cm disertai senandung merdu bergema digelapnya lorong perpustakaan.

Disana hanya terdapat beberapa lampu penerangan yang dibantu dengan sinar rembulan.

Wajar saja, toh sudah tidak ada siapapun disini, kan?

Namun, senandunya berhenti ketika ia merasakan jantungnya berdegup kencang. Wow, ia tak mengharapkan ada yang lain di jam seperti ini.

Siapapun itu, ia harus berhati-hati, detakan di jantungnya menandakan kedatangan hunter dan sejujurnya ia tidak ingin bertemu mereka di jam seperti ini.

Detakannya semakin kencang ketika ia mendekati tempat yang ia tuju, siap dengan konsekuensinya, Rinka menghela napas pelan sebelum mengintip hunter yang berada di balik rak buku.

Disana, berdiri sang fotografer, bersandar di rak sembari membaca buku, tanpa mengenakan luaran dan dasi, hanya kemeja dan rompi.

Huh, malam ini Rinka menemukan sisi Joseh yang lain, pikirnya.

"Ohh, tuang Desaulniers, tidak kusangka aku akan bertemu denganmu disini."

Entah ada dorongan apa, Rinka memutuskan untuk menyapa ketimbang berbalik badan dan kembali ke ruangannya.

"Tidak kusangka juga kau masih terjaga, nona Kurobane."

Balasnya tanpa melepas pandangan dari buku yang dibaca.

Ya, sejak pesta natal beberapa bulan silam, keduanya menjadi semakin dekat.

"Biar kutebak, insomnia?"

"Kami para hunter tidak perlu tidur. Lagipula kami sudah mati."

"Benar... tapi Michiko-san pernah bilang padaku sesekali para hunter pun tidur."

"Sejak kapan kau menjadi dekat dengan si penari Jepang itu?"

"Well, kami mempunyai darah yang sama. Tidak heran kalau sewaktu-waktu kami bisa menjadi dekat meskipun kami ini musuh, kan?" balasnya.

Joseph hanya menggumamkan mungkin pelan, masih asyik dengan bukunya.

"Okay, aku rasa kau memang sedang kesulitan tidur." terka Rinka.

Tanpa berpikir, ia menarik tangan Joseph menjauh dari rak kemudian duduk di salah satu sofa besar, Joseph yang tangannya masih dipegang pun mau tak mau ikut duduk.

"Sekarang, beritahu alasannya."

Joseph mengernyitkan dahi, pura-pura bodoh dengan pernyataan yang Rinka ajukan.

"Oh ayolah, aku tidak sebodoh itu, dan akan kurahasiakan dari siapapun." balasnya.

Joseph menghela napas, baru berbincang beberapa kali dan gadis ini seperti yang sudah kenal dengannya selama bertahun-tahun.

Tapi dia tidak membencinya, Joseph merasa seperti memiliki seseorang yang memperhatikannya dan peduli padanya.

Ia rasa bercerita sedikit tidak apa-apa, kan?

"Hanya mimpi." ujarnya.

Rinka tak membalas, masih menunggu sang fotografer melanjutkan ceritanya.

"Aku hanya bermimpi tentang, seseorang, yang telah lama tiada, um, kakak kembarku. Dia pergi karena penyakit yang dideritanya."

Joseph menghela napas, tangannya bergetar dan wajahnya terlihat sayu, sudah jelas mimpi yang ia dapat bukanlah mimpi indah.

"Kau merindukannya?"

"Dengan segenap hati."

"Hu-uh, begini, aku juga punya masalah dengan kehilangan seseorang yang kusayangi. Tapi kau tahu, aku pernah dinyanyikan lagu tentang tempat singgahnya segala suatu yang hilang."

Joseph menoleh pada gadis disebelahnya. Sebelum dapat mengatakan apapun, Rinka menarik pelan kepala sang hunter dan memposisikannya diatas pahanya.

"A-apa yang kau lakukan bodoh?! Lepaskan!"

Rona merah muncul di wajahnya. Tak menyangka akan mendapat perlakuan seperti itu.

"Shhh, kau perlu tidur. Biarkan aku membantu."

Digenggamnya tangan hunter itu, sementara tangan lainnya mengelus pelan surai perak tersebut.

Ia berdehem pelan, kemudian menghela napas.

'Do you ever lie awake at night?
Just between the dark and the morning light
Searching for the things you used to know
Looking for the place where the lost things go'

Joseph melirik keatas, melihat Rinka menyanyikan sebuah lagu sembari memejamkan mata.

'Do you ever dream or reminisce?
Wondering where to find what you truly miss
Well maybe all those things that you love so
Are waiting in the place where the lost things go'

Joseph tahu profesinya memang seorang aktris opera, nyanyiannya memang sudah seharusnya merdu.


'Memories you've shed gone for good you feared
They're all around you still though they've disappeared
Nothing's really left or lost without a trace
Nothing's gone forever only out of place'

Namun tak disangka suaranya bisa menjadi seindah ini, rasanya ia ingin mendengar senandung itu seharian, tanpa perlu memikirkan hal lain.

'Time to close your eyes so sleep can come around
For when you dream you'll find all that's lost is found
Maybe on the moon or maybe somewhere new
Maybe all you're missing lives inside of you'

Bagaikan mantra, lagu yang dinyanyikan gadis itu membuat Joseph mengerjap beberapa kali, belum lagi sentuhan lembut yang didapatnya.

'So when you need his touch and loving gaze
Gone but not forgotten is the perfect phrase
Smiling from a star that he makes glow
Trust he's always there watching as you grow'

Rinka mengelus pelan tulang hidung Joseph dengan kelingkingnya, efeknya membuat mata sang fotografer semakin terasa berat.

'Find him in the place
Where the lost things go'

Dan dengan itu, Joseph pun akhirnya tertidur, dengkuran pelan bahkan terdengar darinya. Menandakan tidurnya nyenyak.

"Huh, sudah tidur? Cepat sekali. Jadi benar insomnia?"

Bodohnya Rinka, ia tak memikirkan apa yang harus ia lakukan setelah Joseph tertidur, yang tadi ada dipikirannya hanya bagaimana cara membuat Joseph tertidur.

Dan sekarang ia merasa tak tega meninggalkan Joseph sendirian di gelapnya perpustakaan.

Oh baiklah, ia rasa malam ini ia dapat tidur di perpustakaan. Dikelilingi dengan hal kesukaannya.

---------------------------------------------------------

Note : lirik dia perempuan sengaja diganti dengan dia laki-laki.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Winter MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang