PROLOG PRESIDEN TAMPAN'S

62 10 1
                                    

Hujan menggerutu kesal, Sejak kapan buku biologi kelas sebelas diletakan di rak paling atas perpustakaan? Jika saja Gaby tidak lari Dan lebih memilih mengejar Daniel yang Katanya mirip dengan oppa-oppa Korea.

Hujan mungkin akan berjanji untuk tidak memasuki ruang perpustakaan seumur hidupnya!

Bukan karna ruang perpustakaan yang memiliki bau khas layaknya gudang terbengkalai, melainkan sosok cowok penunggu perpustakaan  yang selalu berpatroli di jam istirahat seperti ini.

Cowok itu dengan percaya diri menyebut dirinya sebagai stok terakhir Cowok tampan dimuka bumi, Alias..

Presiden tampan.

Tampan apanya?

-Raja bolos.

- lejend nya krimminal.

-Nomaden antara rumah sama ruang bk.

- Penghuni tetap wc cewek tiap pagi senin.

- playboy cap kudanil.

- anggota kementrian hutang piutang kantin.

-tersangka utama atas hilangnya  cireng mpok neneng(Jablay kantin).

Dan masih banyak lagi, jika bukan salah satu murid berprestasi di sekolah ini, mungkin saja guru-guru disini sudah lama menendang cowok itu keluar dari sekolah.

"Sejak kapan sih, buku biologi di taro di atas sana, nyusahin orang emang!" dumelnya penuh penekanan.

Hujan mengedarkan pandangannya, menilisik setiap sudut perpustakaan demi memastikan cowok itu tidak sedang berada disekitar sini.

Dan  Benar saja, mungkin cowok itu tengah meliburkan diri untuk berpatroli hari ini, bahkan aroma parfum yang biasanya cowok itu pakai tidak tercium disekitar sini, hanya ada aroma khas buku-buku baru yang sedari tadi masuk ke rongga hidungnya.

Hujan bernafas lega, perlahan ia berjingkat, Mengangkat sebelah tangan, berusaha keras meraih buku itu walau pada akhirnya pun ia tetap saja mendapati kegagalan.

Terdengar derap langkah kaki perlahan berjalan kearahnya namun, siapa peduli?

"Gue tau siapa yang bisa bantu lo."

Hujan berdecak,terus berusahan menjangkau buku itu. "Siapa?" tanyanya, tanpa menoleh pada orang yang mengajaknya berbicara.

Cowok itu tersenyum puas lalu membisikan sesuatu "Presiden tampan."

Sontak Hujan menghentikan aktivitasnya. Heh tunggu! Siapa tadi dia bilang?  Presiden tampan? Ah ya, ia mengenali suara ini, suara yang tidak ingin ia dengar seumur hidupnya kalau bisa, tapi nyatanya, ia mendengarnya kembali saat ini.

Hujan menggigit bibir bawahnya, dengan hati-hati berbalik, Cowok itu tengah menatapnya lalu tersenyum, wajahnya mendekat, mengikis jarak diantara mereka, sangat dekat hingga hujan dapat melihat rona abu-abu yang memancar indah dimatanya dengan jelas.

"Lo ga mau gelar karpet merah gitu?"

Hujan menatap cowok itu bingung.

PRESIDEN TAMPAN ' STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang