Seharusnya Momo tahu, mempercayai ucapan Shouto adalah hal buruk. Pemuda itu membuatnya hampir jantungan pagi ini. Dia memang mengajak untuk bertemu didepan asrama jam setengah tujuh, dalam rangka mendekatkan diri karena mereka satu tim untuk mengerjakan tugas dari wali kelas mereka. Tapi pemuda itu sudah memerhatikannya bahkan dari saat semua orang baru bangun.
"Selamat pagi Todoroki-san."
Apa-apaan wajah datar yang menatapnya penuh sangsi saat jam menunjuk pukul setengah tujuh lewat empat menit.
Bukannya menjawab sapaan pagi darinya, Shouto malah cemberut--walaupun terlihat seperti triplek dan mengatakan hal diluar dugaan.
"Apa ini jam setengah tujuh tepat Yaoyorozu? Kau telat empat menit lebih dua puluh tujuh detik." Kenapa otak si pemuda triplek berquirk ganda mirip Tenya?
Katakan kau Iida Tenya, kau yang telah mencekoki Shouto dengan kedisiplinan dan tata krama juga norma kan! Dia berakhir mengumpati sang ketua kelas. Dia menuduh secara kotor kalau ini semua adalah ajaran sesat sang ketua kelas.
"Todoroki-san aku kan tidak menjajikan aku tak akan telat, kau tahu aku harus mengurus beberapa hal dulu." Dia tersenyum berusaha menahan sikap ingin menggampar wajah kelewat datar Todoroki Shouto. Apa-apaan ekspresi marah yang terlihat membuat emosi meninggi--karena sama saja tanpa ekspresi.
Terus sifat sensian yang Shouto tunjukan padanya juga sangat beragam, biasanya pemuda itu tak pernah merengek, dia beneran merengek kemarin pada Momo. Hanya karena belajar kelompok mereka diundur hari Minggu. Hell, Momo meminta maaf dengan amat sangat bersungguh-sungguh sampai sujud-sujud setelahnya.
Terhitung seminggu Momo dibuat ketar-ketir dengan tingkah absurd pangeran es yang kini beralih julukan--menurutnya menjadi pangeran absurd.
"Pokoknya aku marah padamu." ucapnya seraya meninggalkan Momo berjalan dengan langkah lebar.
Sudah diputuskan, sepertinya otak Shouto sedang mengalami reparasi, tak mungkin Shouto yang kalem dan kebanyakan terlihat keren menjadi sangat aneh dan penuh tingkah absurd begini kan?
"T-tunggu Todoroki-san, aku sungguh minta maaf."
Ah berakhir sudah rencana mengajak berjalan damai sambil menanyakan tips memiliki pemikiran cepat tanggap. Momo keburu dongkol oleh sifat tak terduga lain dari seorang Shouto Todoroki.
...
Shouto kira rencananya berjalan sukses. Terbukti Momo tak pernah lagi terlihat cuek padanya, bahkan sering membujuknya untuk menanggapi dan memberinya atensi lebih.
Kenapa dia bisa berpikiran begini? Alasan apa Shouto sampai out of character begini--pengecualian pada mimik wajah yang tak bisa disetel semudah itu.
Mudah jawabannya. Shouto merasa atensi dan interaksi bersama Momo begitu berbeda, bahkan membuat jantungnya kadang berdebar sangat bar-bar. Saat ia menceritakan hal ini pada Denki, yang dia dapatkan adalah umpatan, walau Shouto sendiri tak menanggapi, tapi kesimpulan dari umpatan Denki yang isinya mengolok ia akan merebut sumber incaran hobi mesumnya bersama Minoru adalah kalau ia sedang dimabuk cinta.
Demi sempak hijau polkadot Izuku, Shouto sama sekali tak paham apa yang dikatakan Denki. Karena secepat kilat pemuda kuning itu mengatakan cara menggebet perempuan dengan kilat swag twinkling-twinkling. Entah dari mana, Shouto mendadak jijik dengan kata terakhir, teringat Yuuga.
Denki hanya mengatakan kalau ingin menggebet perempuan, dia harus mendapat perhatian terus menerus, mencuri perhatian sang pujaan hati dari mulai cara normal yang cool atau cara alay yang mirip too cool.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kocar-Kacir
FanfictionShouto bersikap aneh, membuatnya merasakan gladi bersih menghadapi All Might versi villain. Jadi ada apa sebenarnya yang terjadi pada Shouto? Story by @diesdiary TodoMomo | Kocar-Kacir