mereka bilang, kita cocok.
mereka bilang, udah kita jadian aja.
aku bilang, kamu mengerti segalanya tentangku
kamu bilang, aku adalah wanita yang kuat dan membuatmu nyaman
Tapi, apa?--
Kasih menatap laki-laki didepannya itu. Ia memanyunkan bibir sembari melanjutkan kembali tugasnya yang belum selesai. Laki-laki didepannya itu melirik sesaat kearahnya kemudian mendengus geli melihat tingkah laku Kasih
"Bentar lagi ya, kamu itu kalo didiemin dikit aja langsung marah" kata Rius kepada Kasih
"Habis kamu lama banget sih ngerjain tugas, katanya mau jalan-jalan habis ini"
"5 menit lagi selesai deh aku janji"
"Benar ya? Oke!" Kasih seketika langsung tersenyum cerah sambil mengerjakan tugas kembali dengan semangat. Rius pun hanya dapat tertawa kecil melihat tingkah laku teman didepannya itu.
Rius menepati janjinya. Mereka kemudian keluar dari perpustakaan kota dan menembus kelap kelipnya kota malam itu dengan motor matic kesayangan Rius. Rius bukanlah tipe laki-laki penyuka motor 'laki-laki', karena katanya susah kalo mau bawa barang banyak apalagi dia kan anak fotografi dan desain.
Malam itu, Kasih dan Rius berjalan- jalan di salah satu taman kota. Mereka menikmati waktu dengan bermain di tempat permainan maupun jajan di berbagai gerobak makanan.
Kasih amat menikmati waktu itu. Entah mengapa, hatinya terasa sangat bahagia. Kasih suka sekali jalan-jalan dengan Rius, karena menurutnya Rius adalah sosok tepat yang mampu mengisi hidupnya.
Kasih juga hanya bisa senyam senyum saja selama ini apabila ditanya tetangga maupun teman mama dan papanya
"Kas, si Rius sama kamu udah berapa lama pacaran? Langgeng banget sih"
"Kita cuman temen kok"
Setelah itu banyak kalimat heboh yang menyatakan tidak percaya.
Mau bagaimana lagi? Itulah kenyataannya
Mereka pun melanjutkan perjalanan ke Bukit Bintang. Daerah itu sedang ramai oleh muda mudi yang asyik menikmati malam mereka. Mereka kemudian duduk bersama diantara ramainya orang. Cerahnya malam pada saat itu membawa gemerlapnya bintang yang tertabur indah di angkasa
"Kas, bintangnya indah banget ya" ucap Rius tersenyum memandang langit
"Iya Ri, bagus banget ternyata dari atas sini"
"Aku tiba-tiba kepikiran aja sih Kas, aku ingin menjawab segala pertanyaan entah darimu ataupun orang lain" sontak Kasih menoleh ke arah Rius.
"Kau tau bukan selama ini orang selalu menganggap kita pacaran. Padahal ya kita itu cuman temen sejak SD sampai kuliah sekarang kan"
"Iya, terus?"
"Aku juga tau bahwa tidak mungkin tidak ada rasa diantara kita. Aku tau Kas kamu daridulu memendam rasa padaku" mata Kasih tak bisa mengelak terhadap suasana yang amat mendadak ini. Kedua bola matanya meredup seolah ia tau apa yang akan terjadi sehabis ini
"Maaf Kas, aku gamau merusak pertemanan kita hanya karena perasaan. Namun tidak baik juga kan kalau kita hanya makan hati selama ini. Aku ingin menegaskan sesuatu Kas sebelum semuanya terlambat dan terlanjur jatuh amat dalam. Maaf Kas, aku tak bisa membalas perasaanmu. Aku sudah memiliki orang lain yang cocok untukku" dengan perlahan kata-kata yang mengalun dari mulut Rius menghancurkan hati dan jiwa Kasih.
"Udahlah Ri gapapa santai aja, kaya kamu gapernah kenal aku aja" selanjutnya mereka pun memutuskan pulang ke rumah.
Diatas motor, diam diam Kasih menangis mengeluarkan rasa sesak di hatinya. Tak ia sangka cinta bertepuk sebelah tangannya akan kandas setelah sekian lama ia memendam. Entahlah, mungkin Kasih merasa terlalu percaya diri dengan keadaan ataukah memang ia dan Rius tak tertakdirkan bersama
Diam diam Rius pun menahan rasa sesak yang sama.