3. Lipstik?

24 10 1
                                    

"Silahkan tunggu diluar, saya akan memeriksa tas kalian."

Manusia penghuni kelas 12A keluar dengan wajah cemas. Dengan ketelitiannya Pak Zulfi menggeledah seluruh tas, tak ada yang akan diampuni kali ini.

Rayya berdiri di samping Farel. Tersenyum merasa sebentar lagi penantiannya akan berakhir.

Tak lama kemudian, Pak Zulfi menyuruh seluruh siswa masuk ke kelas. Farel kaget ketika melihat Pak Zulfi memegang tasnya.

"Siapa pemilik tas ini?"

Farel mengangkat tangannya pelan, bingung memangnya ia membawa apa di tas nya?

Pak Zulfi mengambil lipstik dari tas Farel.

"Farel, kamu pakai lipstik?"

Kali ini Farel yang malu setengah mati, saat ini dirinya menjadi objek pembicaraan. Seluruh siswa menatapnya tidak menyangka.

"Bu..bukan pu..nya saya pak."

Beku, Farel sulit berkata. Tidak bisa menjelaskan apa apa.

Berbeda dengan Rayya, gadis imut itu tengah tertawa kecil melihat ekspresi Farel. Mencoba menahan tawa, namun tidak bisa.

"Mungkin punya mama saya jatuh di tas saya pak, beneran kok ini tidak seperti yang bapak pikirkan."

Farel mengatakan dengan gugup dan menahan malu. Ia sudah mengetahui dalang dari peristiwa ini.

***

"Nggak nyangka gue, lo udah berubah drastis ya semenjak libur."

Arya menyenggol tangan Farel, menatapnya dengan tatapan jijik.

Sedangkan Rayya? Sudah bisa ditebak. Ia duduk di bangkunya bersebelahan dengan Farel sambil menertawai tanpa henti.

"Jangan ngasal, tuh pelakunya." Tangan Farel menunjuk ke arah Rayya.

Rayya tidak menanggapi perkataan Farel, terus tertawa mengingat ingat ekspresi Farel tadi.

"Yah, nggak jadi bahan gosip dong."

Farel berdecak kesal.

"Lo nggak ada niat minta maaf gitu Ray? Lo bikin gue malu di depan kelas."

Farel menatap Rayya melas.

"Bagus dong." balas Rayya enteng.

"Perlu di ruqyah kayaknya si Rayya."

Devan memegang kepala Rayya, sok membacakan doa untuk meruqyah gadis imut itu.

"Enak aja, yang ada setan tuh takut sama Rayya."

Rayya menepis tangan Devan dari kepalanya.

"Makhluk di perut gue mulai demo nih."

Arya menghentikan ocehan ketiga manusia aneh yang berstatus sebagai sahabatnya itu.

"Kantin yuk."

***

Keempat manusia itu duduk dan memesan makanan.
Tiga mangkok bakso dan satu piring ayam goreng, yang pastinya untuk Farel.

"Eh rel, itu tuh cewek yang gue bilang tadi."

Devan menunjuk dengan dagunya ke arah perempuan yang sedang makan di meja depan mereka.

Farel mengangkat kepalanya, mengikuti arah pandangan Devan, tapi yang ia lihat bukanlah wajah seorang gadis.

"Mbak Lus, bisa minggir dikit nggak?"

Mbak Lusi, penjual di kantin sekolah yang sedang mengantarkan pesanan di meja depan mereka. Sehingga menutupi pandangan indah yang akan dilihat Farel.

"Eh bang Farel, kenapa minggir? Nggak mendekat aja?"

Mbak Lusi dengan tubuhnya yang sedikit gemuk semakin mendekat ke meja Farel, semakin menutupi pandangannya.

Farel mengusir Mbak Lusi, menyuruhnya untuk segera mengantarkan pesanan mereka.

"Rel, ceweknya pergi tuh."

Gadis itu pergi membalikkan badannya, padahal Farel belum sempat melihat wajah cantiknya. Farel hanya bisa melihat dari belakang, rambutnya yang panjang, ia membayangkan betapa cantik dan menawannya gadis itu.

"Gue bakal cari tau, Mr. Kepo akan segera beraksi."

Farel beranjak dari kursinya meninggalkan ketiga manusia yang tengah menunggu makanan datang.

"Rel mau kemana Rel?, Rayya ikut."

Rayya bersiap untuk berdiri, akan mengejar Farel.

"Nggak usah."

Farel langsung berlari meninggalkan area kantin.

Akhirnya Rayya tetap duduk di tempatnya, ia tidak kuat untuk mengejar Farel tanpa memasukkan makanan dahulu ke dalam perutnya.

Ada yang baca nggak ya? Maaf ya kalau jelek atau apalah wqwq. Ini hanyalah fiksi atau maaf, halu aku ya.

Yang baca tolong dong, boleh like, boleh comment, boleh share, boleh subscribe juga kok.

Bener nggak? Ya nggak? Ya kan? Ya dong?

Salam sayang dari Farel dan Rayya.

FaRa KepompongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang