02. IBU KEMBALI

76 5 0
                                    


Hari ini begitu indah, karna ini adalah hari libur sekolah dan tidak ada PR sekolah yang harus dikerjakan "lega"batinku dalam hati. Bagaimana tidak? Semenjak aku menjadi pelajar SMA, Aku tidak pernah bisa bernafas lega dan tidak bisa beranjak dari ruang belajar saat hari libur tiba, bagai burung dalam sangkar. selalu saja ada tugas sekolah yang menumpuk di meja belajarku, namun hari ini dia tidak muncul di meja belajarku, Aku bersyukur.

Pagi ini begitu cerah, aku menikmati secangkir kopi dikamarku, dan suara burung-burung yang berkicau ikut mewarnai pagiku. Eh tunggu dulu, aku bukanlah tinggal disebuah pedesaan tapi aku tinggal diperkotaan pinggir jalan. Burung-burung itu hanya terdengar dari sebelah rumah, tetanggaku yang memelihara burung itu.

"Kakak, ayo kita sholat dhuha kak" .
Suara yang terdengar dibalik pintu kamarku, itu adalah suara ayahku yang sedang melewati kamarku untuk menuju musholla. Ayahku tidak pernah meninggalkan sholat sunnahnya meskipun ia memiliki banyak kesibukan, namun kesibukannya itu tak menjadikannya lupa akan perkara yang lebih wajib yaitu beribadah. Beda denganku, aku hanya sholat 5 waktu saja namun sholat sunnah jarang aku lakukan, kecuali jika ayah mengajakku.
"Iya yah siap" jawabku yang sedang mencari mukena dilemari.

Aku pun bergegas menuju musholla dan sholat bersama ayahku. Setelah sholat, ayahku menyuruhku untuk membaca Al-Qur'an lalu aku menurutinya. aku membacanya dengan cepat-cepat meskipun bacaanku berbatu-bata tidak peduli tadjwidnya benar ataupun salah. Ayahku kemudian menyuruhku berhenti dan mengatakan. "Subhanallah, bacaanmu salah nak. Harus diperbaiki lagi, kamu harus mengaji kembali. Ini salah ayah yang tidak konsisten mengajarimu mengaji dulu. Kesibukan membuat ayah lupa akan membimbimbingmu." Kata ayahku yang menutup mushafku lalu menaruhnya diatas lemari.

"Sudah yah, jangan salahkan dirimu. Tapi salahkan ibu! Dia yang tidak membimbingku diwaktu kecil hingga sekarang aku menjadi begini."ucapku dengan perasaan kecewa.

"Cukup, Afifah. Berhentilah kamu menyalahkan ibumu, ibumu kesana karna ada udzur. Seandainya dulu kita ikut bersamanya kesana, apa kamu bisa jamin nak akan keselamatan kita? Sebab itu, hari ini kamu bisa begini karna ibumu tidak membawamu kesana. Berdamailah dengan kedaan nak". Kata ayahku yang sedang meneteskan airmatanya .

Setelah mendengar itu, aku pergi meninggalkannya dengan keadaan sedih bercampur kecewa. Apapun yang dikatakan ayah tentangnya, tetap saja tidak aku terima meskipun setengah hati. Lalu aku menelepon Farah, dia adalah teman dekatku Aku mengajaknya ke pantai.
Sesampainya disana aku menikmati es kelapa bersamanya.

"Afifah, kamu sebenarnya kenapa sih?" Tanya Farah .

"Nothing, I'm fine! Don't worry about me" (tidak apa2, aku baik saja. Jangan risau tentangku) ". Jawabku sambil tersenyum.

"It's oke" ucapnya.

Tak lama kemudian aku mengajak Farah pulang. Dan ketika hampir sampai dirumah aku melihat sosok wanita mengenakan pakaian hitam dan bercadar yang sedang berjalan. Aku tidak memperhatikan kemana arah wanita itu berjalan. Namun wanita itu meneduhkan mataku dengan gerak geriknya. "kok adem yah liat wanita itu." batinku dalam hati sambil tersenyum.

"Afifah, lu kenapa senyum-senyum sendiri? Tanya Farah.
Namun aku tidak mendengarnya.

Afifah!!!Sorak Farah dikupingku yang saat itu ia sedang menyetir mobil.

"Eh iya Far kenapa-kenapa?". Tanyaku yang saat itu dibuat terkejut olehnya.

"Turun lu." Ucap Farah

"Why? Kok tega banget sih nurunin aku ditengah jalan." Kataku.

"Ya Allah, Afifah liat toh didepanmu"
Jawab Farah sambil menunjukkan rumahku.

"Ehh ternyat udah sampai wkwkw, i'm sorry beb, thank you very much ya". ucapku sambil membuka pintu mobil.

"Iya sama-sama, yaudah masuk sana". Ucap Farah.

"Okey". Jawabku

"Assalamu'alamu'alaykum". Ucapku
Namun tampaknya tidak ada ayah dirumah. Lalu aku masuk dan aku mencium bau masakan lezat dari arah dapur. Aku bergegas menuju kesana dan disana aku terkejut melihat sosok wanita yang berpakaian hitam seperti wanita
yang aku lihat tadi. Aku langsung sorak dan melotot kearahnya.

"Hei! kau siapa??!!". Tanyaku
Lalu wanita itu memutar balikkan badannya dan menatapku dengan berkaca-kaca.
Dan berkata "Bunaiyya....(anakku)". Ucap wanita itu. aku tak mengerti apa yang diucapkannya. Lalu wanita itu langsung memelukku,aku terheran-heran dengan sikap wanita itu.

"Masya Allah kau sudah begitu besar... putriku" . Kata Wanita itu. Aku terkejut dengan sebutan terakhir yang dilontarkan wanita itu.

"Kau..?".

"Iya ini ibumu nak". Kata wanita itu . air matanya terus mengalir dipipinya.

Aku tak menyangka ibu kembali, perasaanku seakan-seakan bahagia namun perasaan kecewa akan tindakannya dulu membuatku jadi membencinya.

"Kenapa baru sekarang kau ada disini?". Tanyaku dengan perasaan marah.

"Putriku, maafkan ibu nak dulu ibu.."
Ibuku terus memberi pengertian kepadaku namun aku memotong pembicaraannya.

"Sudah, aku tak mau mendengar banyak alasan". Kataku.
Lalu aku menuju kamarku dan mengunci pintu.

"Afifah dengarkan ibu." Kata ibu

"Ummii, kenapa nangis? Tanya ayahku.

"Abi.. Afifah membenciku". Kata ibuku.

"Sudah mi gausah dipikirin, ayo  lanjutkan masaknya, abi rindu masakan ummi". Ucap ayahku.

AKU BANGGA MENJADI HAFIDZAH!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang