Hujan sudah reda, suara alunan si katak yang indah sudah tidak lagi terdengar dikuping, matahari kembali memantulkan cahaya sinarnya dipagi hari untuk memberi kehangatan bagi sipenduduk bumi, awan putih kembali menyelimuti langit biru dan suara burung ikut mewarnai pagi yang cerah. Ini adalah waktu terbaik untuk keluar menghirup udara yang segar, batinku dalam hati. aku menyaksikan para petani yang sedang berjalan menuju kesawah tersenyum ramah dan memberi salam kepadaku, serta ibu-ibu yang sedang membeli sayuran di tukang sayur keliling pun ikut menyapaku dengan raut wajah yang bahagia.Aku bergembira sekali melihat pemandangan yang begitu indah dipagi yang cerah. Sungguh, Pemandangan ini tidak bisa aku dapatkan ditempat kediamanku diperkotaan, kota yang dipenuhi bangunan-bangunan bertingkat, polusi udara yang tidak sehat, dan pusat perbelanjaan yang berkembang pesat serta suara deru mobil dan raung sepeda motor setiap harinya tanpa henti, debu dan asap dijalan kerap kali membuat nafasku sesak dan mataku memerah.
Aku memanfaatkan masa libur sekolahku disini, ditempat dimana aku dibesarkan, didesa nenekku. sudah lama aku tidak beradaptasi dengan lingkungan disini. keadaan telah menjauhkan aku dari alam, sahabatku.disini aku ingin kembali bercengkrama dengan alam, yang tak boleh siapapun menghalangiku. Aku menelusuri jalan menuju sawah bersama para petani, dan aku berbincang-bincang dengan mereka. Sampai disana akupun duduk melihat para petani memanen sawah dan anak-anak kecil yang bermain layang layang dipinggir sawah.
"Shofiya,, shofiya!!!"
Aku merasa ada ada orang yang sedang memanggilku, ternyata itu adalah suara yang berasal dari bukit yang jaraknya tak jauh dari sini. Aku mengarahkan penghilatanku kesana, dia terus berteriak menjerit namaku dan melambaikan tangannya. Akupun mengampirinya, ternyata orang yang berteriak itu adalah Alia sahabat lamaku.
"A..Aliaa?!" Ucapku dengan agak sedikit keheranan melihatnya
"Iya ini aku Alia, kau lupa?" Katanya.
Dia mengira bahwa aku melupakannya, aku sedang tidak melupakannya tetapi aku sedang terheran melihat penampilannya yang mengenakan gamis dan khimar lebar. Penampilannya sangat berbeda denganku.
"Oh, tidak. aku hanya terheran melihat penampilanmu, sungguh kamu sudah berbeda dari yang dulu" kataku sambil tersenyum.
"Iya karna kita sekarang sudah hidup dimasa kini, bukan dimasalalu. bukan begitu?" Katanya sambil menepuk pundaku.
"Haha kau selalu benar".ucapku sambil tertawa.
"Shofia, bagaimana keadaan ayah dan ibumu? Tanyanya.
"Alhamdulillah ayah baik-baik saja".
Ucapku."Ibumu?".
"Entah" .
"Loh kok kamu gak tahu keadaan ibu kamu sendiri fi?"
"Sudahlah, aku tidak ingin membahas wanita itu"
"ibu kamu masih dikampung halamannya?"
"Ya begitulah, sudah cukup jangan lagi bertanya tentang dia, sekarang giliran aku yang bertanya, kamu disini ngapain?". Aku mengalihkan pembicaraan, dan tidak memberi kesempatan kepada Alia untuk terus bertanya tentang ibu, dia hampir saja menangkap ekspresi wajahku yang kurang senang saat ia bertanya tentang ibu.
"Aku disini ingin mengambil layangan yang sedang tersangkut di atas pohon" kata Alia yang sedang menunjuk sebuah pohon yang tinggi.
"Sepertinya layangan itu milik sibocah yang tadi menangis" kataku.
"Iya aku tahu" ucap Alia
"Oh yasudah ayo kesana, aku juga in
Buka pintu kritikan:) setiap ada kesalahan pada kepenulisan ini tolong dikomentar yah. Syukran teman-teman^^
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU BANGGA MENJADI HAFIDZAH!
Ciencia FicciónBismillah. Sebuah cerita fiksi, yang menceritakan perjalanan hidup seorang remaja yang terus mengejar karier menjadi Flight Attendant (pramugari) . Namun, impiannya itu tak terwujudkan, karna manusia bisa merancang tapi Allah lah yang menentukan. D...