Chap. 5

195 14 1
                                    







































“Kenapa kau diam saja, sweetheart?” Tanyanya santai dan masih fokus dengan elektronik lebar dan tipis miliknya. Jika dia mengkhawatirkanku seharusnya dia fokus padaku bukan pada tab sialan itu. Dan aku akan tetap menjalankan aksi diamku. Aku tidak ingin dia menggodaku seperti tadi saat di rumah sakit. Untung saja appa sedang keluar kamar saat itu.

“Kau marah padaku, hm?” Tanyanya lembut. Kini dia menutup tab sialan itu dan metakkannya di sebuah tas kerjanya yang terlihat sangat mahal. Tiba-tiba dia mengangkat tubuhku hingga yang awalnya kami duduk dengan jarak yang cukup jauh kini aku duduk di dalam dekapannya.

“Ceritakan padaku, kenapa kau menjadi pendiam seperti ini sweetheart? Apakah ada yang menjadi beban pikiranmu?” Tanyanya dengan merayu dan sialnya aku luluh karena pelukannya aku jadi menghangat dan aroma tubuhnya membuatku tenang dan nyaman.

“Kau menciumku, ahjussi mesum!” Jawabku kesal dan dia tertawa membuat tubuhku yang didalam pelukannya ikut bergoyang.

“Itu tidak ciuman. Itu hanya sebuah kecupan. Apa kau tidak bisa membedakan kecupan tersebut dengan ciuman pertama kita?” katanya sambil memalingkan wajahnya agar bisa menatapku.

“Tidak ada yang berbeda.” jawabku.

“Kau benar, sweetheart. Tidak ada yang berbeda dengan keduanya. Tapi, aku akan membuatmu merasakan ciuman itu.” katanya dengan wajah serius. Bola matanya mengunci mataku.

“Kau menpmmt...” ucapanku sekarang terputus. Di mataku, wajah ahjusshi ini sangat dekat. Bibirnya melumat bibirku dengan lembut dan mendecap dengan matanya yang tertutup. Membuatku melebarkan bola mataku dan beberapa kali berkedip karena tidak percaya.

“Akhirnya kau diam.” katanya tersenyum lalu melumat kembali bibirku. Entah kenapa aku mencoba menikmati ciuman yang diajarkannya padaku. Ya, seharusnya aku menikmatinya. Ini ciuman pertamaku diumurku yang sudah bukan remaja lagi. Walaupun aku tidak membalas, tapi aku menikmatinya dengan mendekatkan tubuhku dengan ahjusshi dan tanganku memeluknya.

“Itu baru ciuman.” katanya sambil tersenyum. Bibir tipisnya sedikit terlihat bengkak dan aku merasa bibirku terasa hangat. Lalu, tiba-tiba dia kembali mengecupku.

“Dan itu kecupan. Kau sudah bisa membedakannya?” tanyanya sambil mengelus rambutku dan aku mengangguk lemah. Aku tidak bisa berfikir. Aku begitu lemah seakan nyawaku tidak berada dalam tubuhku dan ahjussi kini memelukku lebih erat.

“Mau menciumku?” tanyaku setelah beberapa lama.

“Ya.” jawabnya sambil mengecup puncak kepalaku.

“Omo! Kau ahjussi mesum yang gila! Kita di mobil saat ini dan kita tidak hanya berdua ada tuan Cho yang sedang menyetir di depan.” protesku marah karena malu.

“Tidak apa-apa sweetheart. Tuan Cho memang sudah sangat tua sweetheart, tapi tuan Cho pernah muda dan dia bisa mengerti.” jawabnya santai dan mendekap wajahku didadanya. Aku sembunyi menahan malu di dadanya membuatku menikmati aroma tubuhnya yang memabukkan dan membuatku tenang.

“Bagaimana aku bisa menunjukkan wajahku?” tanyaku. Dan aku sadar ahjussi tua mesum ini sedang menahan tawanya.

“Dimana istriku yang tegas, mandiri dan galak itu? kenapa dia jadi begitu pemalu?” godanya.

“Diam kau ahjusshi mesum! Aku akan membalasmu.” balasku.

“Aku dengan senang hati mendapatkan balasan ciuman darimu. Aku sangat menantinya.”

Where Is The Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang