Part 1

23 2 2
                                    

"kring kring kringgg......."
Bunyi alarm berdering dan melihat jam yang didekatnya yang menunjukkan pukul 05.00 pagi ia segera bangun dan kekamar mandi untuk sikat gigi dan berwudhu kemudian shalat subuh. Setelah shalat ia mengaji. Ya tidak sealim itu, tapi biasanya ia memang menyempatkan untuk mengaji paling tidak sehalaman.
Biasanya ia tidak melanjutkan tidur setelah subuh, ia lebih memilih memainkan ponselnya sampai mager nya selesai. Oh ralat sampai jam masuk.

Sekarang wanita itu sudah berada dikerumunan banyak manusia lainnya, dikantin kampus. Tanpa mempedulikan keramaian dan keriuhan ia terus menatap langit yang bersih, entah kenapa hari ini hanya ada sedikit awan. Jadi langit begitu indah,menenangkan, ia sangat menyukainya. Lah kenapa jadi bahas langit sih.

Sebenarnya ia memang tidak terlalu menyukai keramaian hanya saja baginya jika terlalu sunyi juga menakutkan, ia dia sedikit aneh. Dia tidak menyukai gelap tapi saat tidur ia mematikan semua lampu. Apa hanya dia satu-satunya wanita yang rumit? Aku rasa tidak.

Wanita itu bernama Laura Sinthia, bisa dipanggil Sin, Lau, Uya, Rara atau sayang. Eh ga gitu juga yaa. Tapi biasanya orang terdekatnya laura lebih memilih panggilan Sin. Gak pakai cos dan tan yaa.

Sesekali ia mengecek ponselnya, heran. Padahal ga ada notifikasi sama sekali. Apa saat ini ia sedang menunggu pesan dari operator untuk masa aktif kartu nya? Entahlah sepertinya hanya dia yang tau.
Ia kembali meneguk es susu vanilla yang sebenarnya es nya sudah mencair dari tadi, bisa diperkirakan sudah berapa lama ia duduk disana. Kali ini ia sendirian tapi biasanya ia selalu bersama 1 orang manusia ter-cringe nya. Dia sedang bimbingan, you know lah manusia yang berada disemester akhir. Sebenarnya Laura punya 3 temen dekat sejak SMA hanya saja 2 manusia lainnya berada di Universitas lain tapi masih satu daerah. Diktha Sari dan Mulina Ningsih.

"chat siapa sih Sin? Kayak ada yang nge-chat aja" ia itu salah manusia ter-cringe yang disebutkan tadi.
Natasha Zahra dan biasa dipanggil Nata de coco, eh engga lah.

"Ini lagi balesin chat mama minta pulsa,puas?" dengan suara agak meninggi.
"Aelah gitu aja baperan, santuy dong" dan Laura cuma bisa menaikkan satu keningnya.
"Udah bimbingannya? Gimana?"
"Ya gak gimana-gimana masih disitu-situ aja".
Tiba-tiba seketika suasana menjadi hening. Hanya degup jantung Laura yang terdengar begitu keras dan kencang.

"Dedeman lo tuh lewat" sentak Nata membuat Laura kaget.
"Iya tau" jawab Laura dengan nada jutek.
"Sampai kapan sih Lau?"
"Sampai waktu mengatakan kalau sudah saatnya"
"Kalau enggak?"
"Yaudah sih, berarti gak jodoh" dengan senyuman lebar.
"Dih berarti yang tadi bunyi dentuman keras banget jantung lu yaa? Kayak mau meledak"
"Apaan sih ta?" cetus Laura.

Siapa yang tau dari sekian banyak manusia yang ada dikampus dan matanya hanya tertarik dengan manusia yang pernah berpapasan dengannya disemester 2 dan sekarang dia udah semester 7.

Wanita emang selalu hebat perihal memendam rasa.

Lelaki itu ialah Fatih Dwi Putra. Ia satu angkatan dengan Laura namun beda jurusan tapi satu fakultas. Entah apa yang membuat Laura begitu menyukai Pria tersebut. Baginya Fatih adalah sosok manusia sempurna dan luar biasa. Memang terdengar berlebihan namun begitulah nyatanya dimata Laura.

Notifikasi hp Laura berbunyi ia sudah tau tanpa harus melihat dari notif-nya saja bukan pesan pribadi melainkan grup. Iya grup gak jelas yang beranggotakan empat manusia yang gak jelas juga.

Maul: Dimana guys?

Diktha: Masih dikampus, pulang bareng  ya ul. Biar nantik bisa kekos Sin atau Nata.

Nata: Iya, aku juga free hari ni.

Anda: Ngapain sih, bosen banget lihat kalian tiap hari. Ujung-ujungnya berantakin kos lah pasti plus ngabisin jajan acu.

Diktha: Pelit bgt sih Lau

Nata: Tak mau tau, pokoknya nantik kita main kekos

Maul: Ok gass, otw

Anda: Yaudah sih main-main aja sini gak usah banyak bct

Nata: Jemput aku dulu dikos guys

Maul: Ok

Jam sudah menunjukkan 3 sore dan mereka sudah berada dikos Laura. Gak ngapa-ngapain cuma tiduran terus ghibah. Iya gitu aja gak penting. Dan itu berakhir saat toa masjid mulai terdengar orang mengaji sebagai tanda sudah mendekati maghrib. Mereka pamit pulang, karena meski gak jelas begitu mereka tetap taat shalat 5 waktu dong. Salut gak tuh?

"Satu hari terlewati lagi, Huft." Laura menghela nafas agak panjang.








Ini pertama kalinya aku bikin cerita, jadi masih penulis amatiran. Aku mohon supportnya buat aku, dengan ngevote cerita ini yaaa. Aku bakalan post setiap seminggu sekali. Jadi sabar yaaa

Thankyou so much yang udah mau baca

Dark CloudsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang