Part 2

8 1 0
                                    

Sekarang seluruh fakultas sedang rusuh-rusuhnya untuk menyambut pemilihan Presiden Mahasiswa. And then kalian tau Fatih Dwi Putra mencalonkan dirinya. "Ngerti gak sih, saat kamu bukan siapa-siapa saja bahkan aku belum bisa bicara denganmu. Lah sekarang pakai acara mencalonkan diri segala jadi Presma. Aku mah apa atuh, sarok-sarok kuaci." Iya itulah yang ada dipikiran Laura saat ini.

Hari itu Laura ngampus seperti biasa dan kampus tentu saja ramai. Saat ia masuk depan fakultas ia melihat baleho besar ditempat parkiran, terlihat disana foto dua orang manusia yang bakalan jadi rival-nya Fatih.
"Akan kupastikan lelakiku yang jadi pemenang, biar apa coba pasang baleho segede iklan indomie gitu Dih" bisik Laura pelan.

Laura menaiki lantai dua, saat ia berada dipertengahan tangga ia melihat baleho kecil yang hanya berukuran 60cmx80cm. Ia dibaleho itu ada Fatih dan calon wapresma. Meski terlihat kecil dimata orang lain tapi dimata Laura Fatih begitu besar "dihatinya".
"Kamu bisa gak sih jadi lelaki yang biasa-biasa saja? Jadinya kan memiliki tak hanya mimpi" Rutuk Laura dalam hati.
"Tapi kalau dia jadi lelaki yang biasa saja bisakah aku tetap menyukaimu. Ah sudahlah, kebanyakan mikir. Skripsi lu kelarin Sin Sin."
Iya Laura emang suka ngomong sendiri, segitu serunya kah?

Sekarang wanita itu sudah berada didalam kelas seperti biasa, aktifitas kampus lancar. Kelas pun selesai, teman-teman Laura pun mulai keluar satu per satu begitu juga dengan Laura. Saat Laura keluar kelas dan menuruni satu anak tangga ia melihat sesosok lelaki yang sepertinya tidak asing dimatanya. Sudah lama sekali rasanya Laura tidak melihat sosok itu. Lelaki yang tingginya kurang lebih 175cm, dengan berat badan kira-kira 60 kg dan mata coklat gelap. 
Saat itu Laura merasa waktu seperti melambat. Langkah Laura terhenti begitu juga dengan lelaki itu "eye contact" bisa dibilang gitulah selama beberapa detik. Bahkan mata mereka seperti tidak mengatakan apapun, Laura tidak bisa melihat apakah ada tatapan kerinduan dimata lelaki itu atau justru dimatanya terlihat ada kemarahan ataupun kebencian disana Laura pun tidak tau persis. Dan untuk pertama kalinya bagi Laura tidak memahami tatapan pria itu.

Ternyata lelaki itu langsung memutar balik arahnya dan memilih tidak menaiki tangga yang berhadapan dengan Laura. Ia waktu  berlalu begitu saja.

Lelaki itu adalah Fahzri Wahfy. Lelaki yang dulunya pernah punya tempat spesial dihatinya Laura dan mungkin saja sekarang ia masih punya tempat itu. Perihal hati tidak ada yang tau kan.

Hati manusia itu seperti laut. Kita tidak pernah tau seberapa dalam sampai kamu berani untuk menyelami.

Sekarang ia berbaring dikasurnya sambil merentangkan tangannya. Hari ini tidak terlalu melelahkan. Tapi setelah pertemuan tadi siang ia terus saja kepikiran, ia memikirkan apa arti dari tatapan Fahzri. Jika memang dalam tatapan itu ada kemarahan, kenapa?
Kenapa kau yang marah?
Bukankah pada saat itu kau yang meninggalkanku? Kenapa seolah olah aku yang bersalah?

🍃🍃🍃
Keesokan paginya Laura tidak kekampus karena lagi kosong jadwal jadi ia memilih untuk dikos saja. Dan lebih memilih untuk memasak. Sebenarnya ia bukan tipe yang rajin dan pintar masak cuman kalau untuk sebatas menahan lapar gak buruk-buruk amatlah skillnya dalam mengolah bahan. Hari ini ia masak sop bakso dan telur dadar. So simple. Karena hanya masak sedikit ia melihat jam baru pukul 10.00 kemudian ia berpikir sejenak.
"Ngapain yaa, masih pagi lagi. Apa ke perpus aja? Iya deh." Apa untungnya sih tanya sendiri dan jawab sendiri? Heran.

Ternyata di perpus lumayan ramai hari itu. Ia menaiki lantai 3 tempat berkumpulnya manusia-manusia tingkat akhir karena di lantai 3 hanya tersedia skripsi. Ngertilah ya. Saat ia melihat-lihat skripsi yang tersusun rapi disana tanpa tersadar sepasang matanya menangkap sosok yang begitu ia senangi. Disana ada Fatih yang sedang duduk sambil membaca salah satu skripsi. Laura mengamati Fatih dari sela-sela rak disana, matanya begitu nyaman memandang sosok itu, sosok sempurna. Sampai pada akhirnya mata Laura ditangkap oleh mata Fatih. Laura kaget dan langsung bergegas mengalihkan pandangannya dan sok sibuk mencari-cari skripsi. Percayalah saat itu degup jantung Laura sangat kencang sampai-sampai ia seperti kehilangan tenaga.
"Huft, hampir saja. Ngapain sih Sin Sin."

Hingga jam istirahat siang Laura pun memilih pulang ke kosnya untuk makan siang dan tidur siang pastinya. Laura itu tipe manusia yang hobi banget tidur siang. Ralat deh, kayaknya dia hobi tidur tiap ada kesempatan. Dia bisa tidur bahkan tanpa bantal sekalipun, asalkan tempatnya bersih nyaman. Matanya emang mudah banget buat tidur. Munkin itu alasanya mata nya sipit. Enggaklah, sipit emang udah dari lahir kali.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Maaf banget yaa uploadnya jadi telat beberapa hari. Soalnya penulis lagi banyak kegiatan. Terimakasih masih mau baca. Jangan lupa vote dan komen

Dark CloudsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang