one

1K 131 5
                                    

It's you, it's always you
If I'm ever gonna fall in love I know it's gon' be you
It's you, it's always you
Met a lot of people, but nobody feels like you.

Lagu milik Ali Gatie berkumandang di kamar seorang gadis yang kini sedang membaca komik di sofa kamarnya. Kakinya menjuntai ke bawah dari tepian sofa sesekali bergerak mengikuti nada musik yang keluar dari speaker HPnya.

Ia menghembuskan nafasnya perlahan. Pegal rasanya berdiam diri di kamar seharian. Ia tipe orang yang membutuhkan gerak dibandingkan berdiam diri.

Akhirnya ia memilih untuk menutup buku bergambarnya dan melemparkannya kesembarang tempat. Ia beranjak dari sofa menuju kasur. Mengambil bola berwarna oranye yang selalu ia simpan di atas kasurnya.

Seringkali ia menjadikan bola keras itu sebagai alas kepala dari pada bantalnya sendiri.

Kepalanya menengadah. Memandang langit-langit kamarnya yang sudah dihiasi gambaran alam semesta.

Tangannya yang bertengger di atas perut mulai bergerak keatas, menggapai-gapai benda pipih yang diletakkan diatas meja belajarnya. Segera ia memencet aplikasi chating saat Hand Phone itu berhasil ia dapatkan.

Jarinya naik turun, dan segera memencet tombol telepon saat menemukan kontak yang dia tuju.

"Mau ngajakin basket diluar?" Seseorang yang sedang terhubung lewat panggilan suara itu tiba-tiba sudah muncul di pintu kamarnya. Tersenyum sambil melemparkan bola basketnya sendiri yang langsung ditangkap oleh perempuan yang kini sudah berada pada posisi duduk di atas kasurnya.

"Heem. Bosen dari tadi dirumah." Dia berlagak menguap sambil melemparkan kembali bola hijau itu kepada si pemilik.

"Besok lusa turnamen loh, Shan. Jangan dianggep remeh."

"Iya, Kak." Jawab Shani malas sambil berlalu mendahului Viny.

Sedangkan di lain tempat, tetapi masih di galaksi bima sakti, Gracia yang sedang bermain Play Station bersama Papa, kembaran serta adiknya nampak sudah menghabiskan 3 bungkus snack dalam satu waktu.

Ruang bersantai milik keluarga Harlan ramai sekali diminggu sore seperti ini, gelak tawa dari setiap manusia dan keributan menjadi satu.

"Papa denger besok lusa sekolahmu ikut turnamen basket ya, Gre?" Lelaki paruh baya itu menoleh pada anak perempuannya sekilas sebelum kembali menghadap monitor yang kini menampilkan salah satu game sepakbola. Tangannya sibuk berkutat dengan controller PS.

"Ho'oh." Jawab Gracia yang sedang makan keripik kentang saat Iker Cassilas milik Pak Harlan merebut bola dari Rooney yang dikendalikan oleh Jason. Membuat si bungsu berteriak kesal.

"Ikut turun lu?" Kali ini Aten yang bertanya. Dia hanya duduk disana menonton Papa dan adiknya bermain. Daripada tidak ada kerjaan, mending ngobrol sama kembarannya.

"Nggak lah," ia melahap satu keripik kentang lagi "Aku kan masih sebulan gabung di ekskul. Besok jadi tim cadangan aja-ih kuaciku, Aten!" Tangannya berusaha merebut bungkus kuaci yang diambil alih Aten. Padahal ia baru aja membukanya.

"Ya siapa tau? Kan dulu lo sering jadi pemain starter pas SMP."

"Belum waktunya aja." Jawab Gracia dengan malas mengingat bungkus kuaci yang kini sudah berpindah tangan.

Ngomongin soal basket, ia jadi teringat dengan Forwarder timnya.

Benar-benar brilian si Shani-Shani itu. Omongan Ci Desy waktu itu bukan bualan belaka. Pada latihan-latihan yang Gracia jalani sebulan ini membuat dia sulit mengalihkan pikirannya dari Shani.

Three [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang