Kakiku gemetar.
Setelah sekian lama, akhirnya aku turun kembali ke lapangan dalam pertandingan resmi. Sudah lama sekali rasanya aku tidak merasakan sensasi ini.
Teriakan dari pendukung SMA Nusa yang tak lain SMA-ku sendiri terdengar menggema.
Setelah 35 menit lamanya menunggu, akhirnya aku diturunkan oleh pelatih untuk menggantikan Anin.
Aku tahu, tadi Kak Viny sempat berdebat dengan pelatih karena memaksa untuk menurunkanku yang termasuk siswa baru. Tolong ingatkan padaku untuk berterima kasih pada kak Viny setelah pertandingan usai nanti.
Aku menyadari sesuatu saat aku melepas baju tanda pemain cadangan, dan mulai menginjakkan kakiku di area lapangan.
Ini mommentku.
¤¤¤
Waktu pertandingan tersisa 1 menit, tidak ada yang aku pikirkan selain mencoba keluar dari defense SMA Raven yang sangat ketat.
Kakiku memutar, keluar dari area pertahanan menuju area Three-Point, dan ya! Aku terlepas dari penjagaan para pemain SMA Raven. Harus ku akui, meskipun postur tubuh mereka tidak terlalu besar kecuali center mereka, offense-defense mereka sangat stabil membuat tim kami kerepotan.
"Nggak ada waktu, Shani. Oper bolanya." Suara kak Viny terdengar, aku melihat pada Shani yang dikepung oleh dua pemain tim lawan memang hanya memiliki sedikit celah untuk mencetak poin.
Saat itulah, dia memandang ke arahku dengan bermuka masam. Tentu saja aku tahu bahwa mengoper di saat ia sudah berada di area lawan bukan tabiatnya, dan dia benar-benar harus merendahkan egonya untuk kemenangan tim. Untuk suara kak Viny sebenarnya.
Dia akhirnya melepaskan bolanya dengan bounce pass yang lewat dari bawah kaki lawan, bola oranye itu langsung kutangkap. Aku melihat situsi dengan cepat, kurasa tidak aman jika langsung menembakkan bola dari sini, maka aku melakukan gerakan mundur 2 langkah lalu menembakkan bola tersebut pada ring lawan dengan melompat ke belakang.
Fade-away. Teknik yang sudah kukuasai sejak SMP. Namun kali ini aku merasa bahwa ini kulakukan dengan sangat mulus sehingga bola itu masuk ke dalam ring dengan sama mulusnya dengan pendaratanku di detik terakhir.
Sorakan penonton dan teman satu tim langsung menggema. Aku berdiri kaku sambil menggaruk belakang telingaku yang tidak gatal.
Aku berhasil melakukannya!
"Nice shoot, Gracia!" Suara itu datang disusul rangkulan teman-teman lain. Mereka berteriak gembira sambil mengusap kepalaku, merangkul juga mengajak tos.
Saat itu, aku melihatnya. Si nomor punggung 05. Forwarder SMA Nusa yang merupakan pencetak 25 gol kemenangan dan membuat heboh dengan dunk hebatnya di awal pertandingan berdiri diam menatap ke arahku.
Baru saja aku akan tersenyum kepadanya namun dia membuang muka dan berjalan menuju bangku cadangan.Skor 45-42 untuk kemenangan SMA Nusa.
¤¤¤
Setelah makan bersama, seluruh tim SMA Nusa mulai kembali menuju bus satu persatu. Suasana bahagia ini sangat membuat Gracia bersemangat.
"Kapten Viny." Panggil Gracia ketika melihat kaptennya berjalan sendirian menuju bis. Kapten charming itu menghentikan langkahnya untuk menoleh ke belakang, pada Gracia yang nampak berlari untuk menyamakan langkahnya.
"Kenapa, Gre-eh?" Ia terkaget saat Gracia berhenti di depannya dan langsung memeluk tanpa aba-aba.
"Gracia?" Tanya Viny kembali setelah melepas pelukan Gracia dan malah melihat wanita di depannya berkaca-kaca.
![](https://img.wattpad.com/cover/210267507-288-k140138.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Three [Completed]
Fanfiction"Kalau lo cuma jago di Three-Point, lalu bagaimana lo bisa menembak di area pertahanan lawan?" "Kan ada kamu."