"Alyssa Kania, selamat ya kamu dapat kesempatan lolos SNMPTN." ujar Ibu Evi selaku wali kelas 12 MIPA
Wajah berseri gue langsung tercengang mendengar nya, nama gue masuk kedalam seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri tahun ini. Ucapan syukur tidak pernah lepas di hati gue kepada yang MahaKuasa.
Siapa yang nggak senang? Ini bagaikan durian jatuh yang rasanya sangat amat manis. Dan satu lagi, bukan hanya gue yang dapat kesempatan ini, 4 sahabat gue juga. Helen, Dira dan Vanya. Yak! Kita berempat akan berjuang untuk masa depan di masa perkuliahan nanti. Semoga saja!
"Gue pengen ambil kedokteran di UnDip." ujar Helen yang serentak membuat ketiga sahabatnya menoleh kearahnya
Dira yang langsung membalas Helen dengan nada tidak yakin"Len, itu jauh banget gila! Lo yakin?"
Helen mengangguk yakin sambil menscroll nama nama Universitas lainnya di laptop, kami berempat sedang kumpul di salah satu cafe dekat sekolah sekalian berdiskusi sebenernya membahas SNM ini.
"Gue ambis banget mau ambil jurusan itu, doain donggggggg?" Serempak Dira, Alyssa dan Vanya hanya mengaminkan ucapan Helen.
"Gue mau ambil teknik aja lah. Cocok nggak ya?" kini giliran Vanya yang buka suara,
"Cocok kok banget malah, badan lo kan badan preman."
"Sialan. Ih serius kata abang gue teknik keren kalo cewe ambil itu."
Gue sedari diam yang sedang menulis nama nama Universitas yang menurut nya terjangkau menjawab Vanya dengan nada santai, "Keren sih keren Nya, yang ngejalanin kan pikiran sama hati lo. Bukan gaya 'keren'nya." kata gue menekan bagian keren nya.
Sang empu nya hanya mengangguk angguk dan kembali memikirkan jurusan apa yang akan di pilih. "Huhu, ter love banget deh lo Al. Iya yaa nanti kalo gue gak sanggu emang gayanya bakal ngebantu, kan nggak?" katanya langsung berpikir. Berbeda dengan Helen dan Vanya, Dira dan Alyssa masih anteng anteng saja dan belum melontarkan apa apa.
"Lo berdua? Gimana?" tanya Vanya yang meneguk segelas coffe yang baru saja diantar waitress
Dira mengalihkan atensinya kepada Vanya bingung "masih bingung sih, gue kurang semangat kalo bahas kuliah gini, gue pengen bebas, gak mau di kekang terus, capek."
Dira ini emang termasuk orang yang cenderung bodoamat sama sekolah padahal dia ini pinter, lalu atensi nya mulai berbanding terbalik sekarang pandangannya setelah Lulus SMA Vanya pengen bebas kaya burung terbang di langit. Tanpa harus mikirin yang bikin pusing, pengen nentuin arah hidup sendiri mau kaya gimana. Egois sih emang, tapi itu pilihan hidup kan?
Berkali kali juga kita udah ngingetin Dira tapi sifat keras kepala Dira yang kuat ngebuat Gue, Vanya sama Helen nyerah.
"Al gimana sama nyokap lo?" kini gantian gue yang di tanya, huft..
"Hah? Nyokap nanti akhir bulan balik ko,"
"Udah dikasih tau kalo lo lolos SNM?"
Gue mengangguk pelan, singkat cerita --nyokap gue kerja di luar negri. Bukan jadi pembisnis, bukan juga pengusaha kaya yang kerjaannya bolak balik ke luar negeri. Nyokap kerja jadi TKI yang Alhamdulillah baik baik aja.
Agak sedikit susah ngejelasinnya gimana keadaan gue sekarang, tinggal jauh dari orang tua yang mana gak pernah kebayang di benak gue selama ini. Nyokap gue di negeri orang, bokap gue yang udah tenang di singgasana surga, ade gue yang tinggal di kampung dan gue tinggal sama orang yang bener bener gak tau siapa dulu nya. Ya, orang itu ketua yayasan SMA gue. Orang dermawan, baik hati yang bahasa kasarnya nampung gue yang nggak beliau kenal sebelumnya.
"Al, kamu jangan nganggep ibu orang lain, ibu disini gantiin mamah kamu. Kamu sekolah sama ibu ya, ibu nggak mau kamu putus sekolah gara gara ini."
Begitu kira kira ujarannya. Dan ya sekarang gue tinggal dirumahnya selama 3 tahun. Biaya sekolah beliau tanggung semuanya, sehari hari bahkan disaat liburan. Sampe sekarang hidup gue meskipun lagi di titik terendah yang udah gak bisa di selamatkan ibaratnya di sisi lain Allah ngasih jalan pintas buat gue harus survive ngejalanin hidup.
Sedih sih pasti, banget. Disaat itu gue udah pengen nyerah, dan malu. Tapi gue yakin dan percaya sama pepatah
'Semua akan indah pada waktunya.'
💮
"Mah, kaka lolos SNMPTN."
"Apa itu ka?"
"Itu tuh seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri mah. Jadi cuma beberapa siswa yang terpilih.. Seneng banget deh!" kata gue bercengkerama sama nyokap lewat telfon
Berbanding terbalik sama Ketua yayasan gue yang ngedukung banget gue kuliah, dan dia keukeuh banget menyuruh gue biar tinggal di rumahnya lebih lama dan ngebiayain gue lagi ke jenjang perguruan tinggi nanti. Tapi gimana sama nyokap? Semangat gue dalem hati perlahan meredup karna ngerasain hal yang nggak sesuai sama ekspetasi gue nanti.
"Mah ini kesempatan Al buat masuk ptn yang Al impiin," kata gue sambil ngeliat foto gedung universitas indonesia yang sengaja gue tempel di kamar, ini kali kedua gue telfonan sama nyokap
"Ngerti Al, mamah tau kamu pengen kuliah.. Tapi uang mamah nggak bakal cukup buat kedepannya. Belum biaya lagi biaya ade." kata nyokap mencoba bikin gue ngerti
"Ibu bakal ngebantu biayain kuliah aku," perlahan isakan gue terdengar
"Alyssa please, ini nggak segampang yang kamu bayangin nak. Kamu gak kuliah juga hidup kamu bakalan terus jalan." Gue nggak ngejawab dan masih ngebiarin nyokap ngomong wejangan wejangan, dan pikiran gue buyar seketika.
Entah sudah berapa lama nyokap ngomong panjang lebar dan enggak sama sekali gue jawab, batin ini kayanya udah kaya kena angin puting beliung yang gaktau arah nya kemana.
"Mamah pulang nanti kita pindah ke kampung dan mulai hidup baru disana." katanya final
"Mah,"
"Al.."
Panggilan akhir yang bikin gue, otak semuanya melemah. Dan gue gak bisa apa apa selain termenung menatap kilasan kilasan masa depan yang indah di Kuliah nanti.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.