Mataku mencari-cari seseorang di dalam cafe. Satu jam yang lalu, pacarku mengirimkan pesan bahwa kita harus ketemu, mau bicara penting katanya.Ah, itu dia!
Aku segera menuju meja dimana pacarku duduk, terlihat sibuk dengan ponselnya.
"Hai, maaf ya, nunggu lama." Tanpa dipersilakan aku langsung duduk di depannya.
Suasana cafe lumayan ramai, mungkin karena masuk jam makan siang, banyak pekerja yang memilih menghilangkan penatnya di sini.
Dulu aku juga seperti itu. Iya, dulu. Sebelum aku dipecat. Kalo ingat itu, bawaannya ingin marah terus.
Ya gimana dong, tiba-tiba aku dipecat tanpa kesalahan. Yang aku sadar sih emang nggak buat salah. Sudahlah. Pusing banget jadi pengangguran.
"Aku mau kita putus."
Siapa yang ngomong? Pacarku?
Satu kalimat itu mampu membuat Aku yang sedang pusing menjadi syok. Putus katanya?
Aku tertawa pelan, lalu kembali ke mode serius. "Jangan becanda, please. Aku lagi nggak mood becanda."
Lalu aku menceritakan kejadian pemecatan yang secara mendadak itu.
Terlihat pacarku hanya diam, tanpa ekspresi. Dan nggak ada niat untuk menanggapi ceritaku.
Setelah beberapa menit kami diam, dia bersuara lagi.
"Ge, aku serius. Aku mau kita putus." Ucapnya sekali lagi dengan penuh keyakinan.
"But, why?" Suaraku pelan banget.
"Kamu terlalu baik untuk aku."
Aku tertawa keras mendengar pernyataan dia. Bodo amat dengan orang-orang yang pada liatin aku.
Lucu banget nggak, sih? Terlalu baik? Bullshit banget!
Jadi, setelah kemarin dipecat tanpa alasan, sekarang diputusin tanpa alasan. Entah kejutan apalagi yang akan mengahampiri aku hari ini atau besok, besoknya lagi.
My heart is broke.
"Sorry, Ge. Aku lagi pengin sendiri untuk sekarang." Jelas Niel, pacarku. Atau mungkin mantan lebih tepatnya.
Selama pacaran, tidak pernah terjadi masalah yang serius hingga menyebabkan putus.
Memang, akhir-akhir ini aku mendengar pernyataan temanku kalau dia pernah melihat Niel sedang bersama perempuan selain aku. Tapi aku mencoba berbaik sangka pada Niel, tidak memercayai omongan temanku sebelum aku melihatnya sendiri.
Tapi sekarang? Brengsek!
Aku hanya diam memerhatikan dia yang juga sedang melihat ke arahku. Mata kami saling menatap. Jujur, aku sedih. Sakit banget ini hati. Mungkin kalau bisa dilihat, hati aku udah nggak berbentuk.
Niat hati ingin memberi kabar buruk tentang aku yang dipecat, malah dia yang memberi kabar buruk. Wow!
"Aku Cuma mau say goodbye ke kamu." Inginku tampar mulutnya dulu sering mengeluarkan kalimat manis.
"Emang dasar, brengsek!"
Setelah mengucapkan itu aku memilih langsung pergi meninggalkan dia yang tetap diam di tempat, tanpa berniat mengejar aku.
Terserah!*
Pengangguran, jomblo, nggak punya duit lagi. Mantap sekali bukan?
Aku berjalan cepat, menghentak-hentakkan kaki tanpa memedulikan orang-orang sekitar yang menatap aku aneh. Bodo amat!
Mereka tidak tahu betapa kesalnya aku hari ini. Kehilangan pekerjaan sekaligus kehilangan pacar. Mungkin ini yang dinamakan bagai sudah terjatuh tertimpa tangga pula. Mengingat itu membuat hatiku kembali panas.
Aku terus berjalan cepat. Tidak jarang menenggor orang-orang yang berpapasan denganku. Alhasil aku mendapat pelototan. Sekali lagi, aku tidak peduli. Emang orang lain peduli sama aku?
Saat aku berjalan cepat, seseorang yang berlawanan arah juga sedang berjalan cepat sambil memerhatikan jam tangannya.
Dan akhirnya,
"Aduh! Apa sih nabrak-nabrak?"
See? Nggak usah lama-lama nunggu besok, sekarang juga aku ketiban sial lagi. Ya Allah, dosa apa aku sampai kayak gini?
Aku terjatuh, terjerembab di tanah aspal yang keras dan panas akibat teriknya matahari. Demi apapun bokongku terasa sakit banget karena aku jatuh menduduki bebatuan kecil.
Kini, aku kembali menjadi tatapan orang-orang yang meliat kejadian ini. Astaga,Mama, malu ya ampun .
Persetan dengan malu!
Masih dengan meringis kesakitan, tatapan aku tertuju pada laki-laki tinggi di depanku ini. Tersangkanya yang sudah membuat aku jatuh dan malu. Laki-laki tinggi dengan kemeja yang sudah digulung sampai siku. Lalu tatapanku beralih pada perempuan di sebelah laki-laki iyang juga sedang menatapku sambil terkikik geli menahan tawa.
Aku langsung tersadar
"Bantuin kek, malah pada bengong. Lo nggak lihat gue jatuh?" Sopan gitu?
Akhirnya laki-laki itu mengulurkan tangannya dan langsung aku sambut. Setelah berdiri, aku menepuk-nepuk celana bagian bokong yang kotor akibat menyentuh tanah tadi.
Sambil memberengut, aku berkata, "Kalo jalan itu lihat-lihat! Lo nggak tahu apa, gue itu lagi sedih, patah hati, broken heart! Lo malah nabrak-nabrak gue! Nggak punya perasaan banget sih?! Emang ya, semua cowok itu nggak punya perasaan. Brengsek!"
Tanpa sadar aku menyemburkan kekesalanku yang sudah memuncak. Benar-benar sudah tidak tahan memendam lagi.
Dua orang didepanku ini hanya menatap bingung, tiba-tiba marah-marah seperti ini tidak jelas.
"Mana kita tahu lo diputusin pacar lo. Nggak usah lebay deh jadi cewek. Lagi, nih, ya. Nggak semua cowok itu brengsek. Itu sih emang dasar pacar lo aja yang brengsek. " Kata perempuan itu menanggapai ucapan aku. Tatapannya sungguh meremehkan.
"Lo ya-"
Saat ini aku sedang tidak bisa mengontrol emosi. Sudah cukup aku menahannya. Kali ini kesabarannya habis. Aku bersiap maju untuk mendorong perempuan bermulut kurang ajar itu. Belum sampai mengenai rambut perempuan itu, laki-laki yang tadi menabraknya sudah memisahkan dengan berada ditengah-tengahnya. Sementara perempuan itu segera bersembunyi dibalik punggung lebar laki-laki itu.
Sekarang didepan aku adalah laki-laki itu.
"Lo," aku menunjuk wajah laki-laki itu, "bilangin cewek lo nggak usah sok tahu jadi cewek."
Perempuan itu melotot, "Enak aja, lo yang sok tahu."
Menyadari betapa banyaknya orang yang sedang menyaksikan dirinya berdebat dengan kedua orang ini--ralat--hanya dengan perempuan itu. Karena si laki-laki itu hanya diam saja. Tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Positif thinking saja, mungkin dia bisu. Batinku.
Tidak mau menjadi bahan tontonan orang-orang lebih lama lagi, aku segera pergi meninggalkan dua orang tadi. Saat lewat, aku sengaja lewat ditengah-tengah dua orang itu, dan menenggor si perempuan hingga perempuan itu jatuh seperti dirinya tadi.
Terdengar teriakan dan makian dari perempuan tersebut yang sama sekali tidak dipedulikan olehku. Aku sih cuek!
*
Hai, selamat membaca di cerita baru aku. Kalian suka yaaaa. Hehe;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovamart, Love and You
General FictionGeya merasa hidupnya sangat mengenaskan. Diputuskan oleh pacarnya dan dipecat dari pekerjaan dalam hari yang sama. Geya melamar pekerjaan kesana-kemari, tapi tidak kunjung mendapat jawaban. Hingga akhirnya Geya mendapat panggilan pekerjaan. Geya s...