"Ji Na-ssi, apa yang terjadi?"
Untuk kesekian kalinya aku menanyakan apa yang telah terjadi padanya. Sejak kembali, ia hanya terdiam.
Aroma teh menyeruak memasuki indra penciumanku bersamaan dengan kedatangan Liu dengan nampan kayu berisikan dua cangkir teh dan sebuah poci kecil dari tanah liat. Liu meletakan nampan itu dihadapan kami dengan sudut matanya yang melirik kearah Ji Na sambil tersenyum.
"Kenapa wajahmu seperti itu? Seperti habis melihat hantu saja."
Ji Na menatap Liu dengan kesal.
"Liu, kau sudah mengerjaiku. Kau membuatku tersesat dihutan kabut. Untung saja aku tidak bertemu dengan Daryu. Jika aku sampai bertemu dengannya, tamatlah riwayatku."
Aku bisa mendengar tawa ringan Liu yang memenuhi tempat ini. Sepertinya ia sengaja mempermainkan Ji Na.
"Tenang saja, kau tidak akan bertemu dengan Daryu. Mereka sedang menemui Sharon."
"Benarkah? Wah, apa telah terjadi sesuatu? Kenapa Sharon sampai memanggil para Guardian?"
Ya, bukan Ji Na jika ia tidak memiliki rasa keingintahuan yang tinggi. Lihatlah! Bahkan ia sudah melupakan
kekesalannya.
Liu memukul kepala Ji Na dengan tangannya membuat wanita itu meringis kesakitan sambil memegangi kepalanya."Jangan mencampuri urusan para petinggi. Harusnya kau memikirkan dirimu sendiri. Sudah berapa lama kau berada ditempat ini dan kau bahkan belum menjadi seorang malaikat maut. Kau pikir Sharon akan membiarkanmu? Sebentar lagi dia akan menyeretmu kepada So Hee."
"Ah, kenapa semua orang menghujatku dengan kalimat yang sama hari ini. Aku mengerti. Aku juga sedang memikirkan hal itu."
Bahkan aku juga merasa aneh. Setiap orang yang kutemui selalu memarahi Ji Na dengan topik yang sama. Lalu apa yang dimaksud Sharon akan membawa Ji Na menemui So Hee?
"Maaf, aku tidak bermaksud menyela pembicaraan kalian. Hanya saja aku merasa penasaran. Kenapa Sharon membawa Ji Na kepada So Hee?"
"YAA! Bukankah aku sudah pernah memberitahumu So Hee adalah dewi api dan guardian penjaga pintu kelima. Jika melewati akhirat dengan pintu kelima, kau akan mengalami kesengsaraan yang tiada tara."
Ji Na meraih cangkir teh dan langsung meneguknya. Aku menatap Liu yang masih berdiri menatap tingkah Ji Na.
Walaupun aku belum tahu siapa Liu, namun sepertinya ia tahu banyak tentang tempat ini."Liu-ssi, apa kau juga seorang malaikat maut?"
Senyuman tipis menghiasi wajah pucatnya. Dari jarak dedekat ini, aku baru menyadari Liu memiliki bulu mata yang tebal dan lentik. Apa semua makhluk fana di tempat ini memiliki paras yang rupawan? Sejak pertama kali memasuki dunia kematian, aku tidak menemukan makhluk jelek ataupun buruk rupa. Semua terlihat sempurna, Cantik dan tampan. Bahkan iblis saja melebihi ekspektasiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grim Reaper
FantasyTidak semua yang kita pikirkan tentang mereka berakhir buruk. Bisa saja mereka juga terjebak didalam ruang dan waktu tanpa ingatan. Semua anggapan tentang Malaikat Maut berubah, saat aku telah menjalani hidup diantara mereka.