The Truth

23 17 3
                                    

"Kalian cepatlah temui Sharon! Dia sudah menunggu kalian."

Aku masih menatap takjub bangunan menjulang tinggi yang tampak megah.
Apa karena gelapnya malam membuat lampu - lampu yang menghiasi gedung pencakar langit itu tampak lebih indah? Aku tidak menyadari jika bangunan seperti ini ada di Seoul sebelumnya. Bangunan itu bahkan lebih tinggi dari Namsan Tower.

Perasaan ambigu yang kurasakan saat tiba - tiba saja kami sudah berada ditempat berbeda saat wanita berambut blonde itu membuka pintu keluar rumah sakit seolah menghilang begitu saja saat melihat keajaiban ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perasaan ambigu yang kurasakan saat tiba - tiba saja kami sudah berada ditempat berbeda saat wanita berambut blonde itu membuka pintu keluar rumah sakit seolah menghilang begitu saja saat melihat keajaiban ini. Aku lupa jika aku sedang bersama dengan makhluk fana hingga logika tidak menjadi preoritas di alam kematian ini. Disini lebih aku menemukan banyak hal yang mustahil untuk dilakukan oleh manusia biasa.

"Hei!! Apa kau tidak mendengar ucapanku?"

Nada suara yang meninggi memasuki indra pendengaranku. Membuat khayalan semu yang bermain dikepalaku tersamarkan.
Kudapati tatapan tidak suka dari sepasang iris berwarna hitam pekat yang terlihat ingin menghabisiku.

Aku hanya menganggukan kepalaku karena jujur saja walaupun wanita dengan senjata itu memiliki tinggi sebatas pundakku serta terlihat berusia lebih muda dariku, namun tetap saja aku merasa terintimidasi dengan tatapannya. Lebih tepatnya karena dia seorang malaikat maut dengan senapan ditangannya.

"Ayo pergi, Nari-ah!"

Fakta jika wanita dengan senapan itu bernama Nari baru saja kuketahui saat wanita berambut blonde itu menyisipkan namanya dalam kalimat perintah dan berjalan pergi.

"Baiklah eonnie."

Ekspresi wanita bernama Nari itu berubah dengan cepat saat ia berlari mengikuti wanita berambut blonde yang belum kuketahui namanya. Raut wajah manis dengan mata yang berbinar. Apa dia sangat menyukai wanita blonde itu hingga ia bertingkah menggemaskan seperti itu?

"HEII!!"

Apa karena aku masih baru menjadi arwah hingga mereka bisa seenaknya membentakku? Kali ini Ji Hoo  mulai berani membuka suara setelah cukup lama ia membungkam mulutnya. Aku bahkan sempat berpikir jika ia sudah tidak dapat berbicara. Setelah keadaan mulai aman, ia kembali berkicau dengan nada menyebalkan.

"Apa kau tidak dengar? Kita harus pergi menemui Sharon."

Dengan gaya angkuhnya ia berjalan mendahuluiku seolah dia yang paling mengetahui segalanya. Jika kami bertemu dikehidupan sebelum kematian, aku pasti akan menghajarnya. Setidaknya melayangkan beberapa pukulan dikepala dan wajahnya. Membayangkannya saja sudah membuatku merasa senang.

"Maaf nona, kau harus mengalami kejadian seperti ini setelah kematianmu."

Berbanding terbalik dengan Ji Hoo, aku lebih menyukai kepribadian Ri Hyun. Walaupun ia memiliki ekspresi dingin, namun ia memiliki hati yang hangat. Ri Hyun bersikap baik dan ramah padaku. Harusnya Ji Hoo menjadi bagian dari para iblis daripada menjadi malaikat maut. Sifatnya sangat mirip dengan Baek Han.

Grim ReaperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang