Sejak saat itu Jaehyun seolah-olah menghilang dari kehidupan Taeyong, Taeyong merenung dalam mobil rumah sakit yang membawa mereka pulang ke apartemen.
Hari ini Mingyu sudah boleh pulang dari rumah sakit, bersama Ten dan suster Seulgi mereka pulang ke apartemen. Suster Seulgi memutuskan untuk tinggal sementara membantu Taeyong, dan Ten sudah berjanji akan berkunjung setiap hari untuk mengecek kondisi Mingyu dan melakukan terapi rutin.Kata Dokter Ten, Jaehyun memutuskan mengambil tugas perjalanan ke Canada dan mungkin akan kembali dalam waktu yang lama.
Dada Taeyong terasa nyeri, ketika sekali lagi mengakui kenyataan itu kepada dirinya sendiri, Oh ya, dia merindukan Jaehyun, sangat merindukannya. Ternyata cinta memang bisa tumbuh tanpa direncanakan. Taeyong mencintai Jaehyun. Dia tidak tahu kapan perasaan ini bertumbuh. Dia hanya tahu dia mencintai Jaehyun, itu saja.
"Aku tidak menyangka bosmu yang kelihatannya sombong itu bisa begitu baik, meminjamkan apartemennya." Mingyu memecah keheningan, menatap Taeyong dengan sedikit menyelidik, dia bertanya-tanya karena akhir-akhir ini Taeyong begitu murung.
"Aku yang membujuknya." Ten yang duduk di kursi depan cepat-cepat menjawab, tahu bahwa Taeyong pasti kebingungan dengan pertanyaan Mingyu itu. "Jaehyun adalah sahabat suamiku, aku bilang merawatmu penting bagiku, karena kamu adalah salah seorang yang selamat dari kecelakaan yang menewaskan suamiku. Jadi Jaehyun mau meminjamkan apartemen itu, toh apartemen itu tidak terpakai." Diam-diam Taeyong dan Suster Seulgi menarik napas lega mendengar kelihaian dokter Ten menjawab.
Mereka sampai di apartemen, dan Taeyong mendorong kursi roda Mingyu memasuki ruangan itu. Begitu mereka masuk tanpa sadar Taeyong mengernyit, semua kenangan itu seolah menghantamnya. Di sini, di apartemen ini dia menghabiskan waktu berdua dengan Jaehyun, makan malam bersama, bercakap-cakap bersama...
"Apartemen yang sangat bagus, kita beruntung Taeyongie, bos mu sangat baik." Mingyu mendongakkan kepalanya ke belakang menatap Taeyong sambil tersenyum, Mau tak mau Taeyong memaksakan senyuman di bibirnya. Kuatkah ia berada di sini? Apalagi di kamar itu... Taeyong melirik kamarnya, tempat Jaehyun juga menghabiskan sebagian besar waktunya di sana. Tidak! dia tidak mau masuk lagi ke kamar itu!
Dengan cepat dan efisien mereka menyiapkan segalanya sehingga Mingyu selesai di terapi dan beristirahat di kamarnya. Suster Seulgi menjaganya sebentar, lalu berpamitan untuk kembali ke rumah sakit, berjanji akan pulang dan menginap di sini nanti malam.
Setelah memastikan Mingyu tertidur pulas, Ten menyeduh teh dan mengajak Taeyong duduk di ruang depan.
"Dia sudah kembali dari Canada." Ten membuka percakapan, menatap Taeyong dari atas cangkir kopi yang diteguknya. Seketika itu juga hati Taeyong melonjak, tahu siapa yang di isyaratkan sebagai 'dia' itu.
"Apakah dia baik-baik saja?" Tanya Taeyong pelan.
Ten tersenyum miring mendengar kelembutan dalam suara Taeyong. "Kau itu baik hati ya, sudah menerima arogansinya yang tidak tanggung-tanggung, tetapi masih saja mencemaskannya." dengan pelan Ten meletakkan cangkirnya. "Yah, dia baik-baik saja, sedikit kurus, terlalu memaksakan diri dan jadi pemarah seperti beruang terluka, tak ada yang berani menyinggungnya dan mendekatinya dalam radius 100 meter kalau dia sedang mengeluarkan aura pemarahnya, bahkan direktur keuangan memilih berhubungan dengannya via telepon." Ten terkekeh. Lalu wajahnya berubah serius melihat kesedihan Taeyong.
"Yah... dengan melupakan fakta kalau akhir-akhir ini dia lebih seperti mayat hidup daripada manusia, sepertinya dia baik-baik saja." Taeyong memalingkan wajahnya dengan pedih. "Dia menderita Taeyong..." desah Ten kemudian. "Aku tidak pernah melihatnya seperti ini sebelumnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
A ROMANTIC STORY ABOUT LEE TAEYONG [✔]
Fanfiction[REMAKE] Dua manusia yang seharusnya tidak pernah bersilang jalan ini pun dipertemukan oleh keadaan. Dua manusia yang saling membenci satu sama lain tetapi dikalahkan oleh hasrat dan kebutuhan. Hubungan mereka panas membara, luar biasa sampai merek...