DUA PULUH EMPAT

2.5K 101 17
                                        

02 Januari 2020

DUA PULUH EMPAT

"Karma itu seperti hujan. Kita tak pernah tau kapan datangnya. Sekali datang akan membasahi hati dengan penyesalan"


.


.


.


Kedua pelupuk mata itu terbuka secara perlahan-lahan, kepalanya sangat terasa pusing hingga kedua tangannya memegangi kepalanya itu tapi saat sadar jika ini berada di kamar tamu rumahnya itu yang biasanya ia gunakan untuk tidur langsung segera memposisikan badannya untuk duduk.

Ia mengucek kedua matanya dan tak sengaja menatap jam dinding yang menunjukkan jika sekarang jam 12.30 siang hari. Seketika teringat kejadian tadi pagi dan itu membuatnya langsung berlari keluar dari kamar itu. Ia mencari semua orang yang ada di rumah sambil meneriaki ibunya dan yang membuat tubuhnya mematung seketika adalah semua keluarganya berkumpul di ruang makan.

"Ibu, Zena sama si kembar mana? "tanya Pandu panik, ia tadi sempat memimpikan jika Zena dan si kembar pergi jauh.

Di sana terdapat keluarga besar dari ibunya tengah memasang wajah datar ketika menatapnya sepertinya mereka telah menyelesaikan makan siang sebab dilihat terdapat beberapa makanan ada di atas meja makan itu.

"Kenapa kamu baru menanyakan mereka setelah mereka pergi! "sentak Anggun menatap nyalang pada anaknya itu. Area kedua mata Anggun terlihat memerah seperti sehabis menangis.

" Apa? Pergi? GAK ITU TIDAK MUNGKIN! "Teriak Pandu ketakutan, laki-laki itu langsung berlari menuju kamarnya dan seketika setelah pintu ia buka.

" Zena! "teriak Pandu berulang kali, ia mencari di setiap sudut kamarnya namun tak kunjung ia temukan.

Maniknya tak sengaja melihat adanya pakaian si kembar terlipat rapih di atas kasur.

" Gak gak mungkin dia pergi! Zena pasti ada di rumah! "Pandu keluar dari kamarnya dan mencari setiap tempat di rumahnya yang lumayan luas.

Napasnya memburu, dadanya terasa sesak dan sakit tapi tak membuat laki-laki itu berhenti mencari Zena sambil meneriaki nama istrinya itu.

" Percuma kamu mencari setiap ruangan yang ada di rumah itu tak membuat Zena kembali ke sini. "Ibunya tiba-tiba datang saat ia berada di halaman belakang rumah.

Pandu menggelengkan kepalanya tak mempercayai ucapan ibunya itu. Ia tetap mencari Zena di sekitar rumah itu hingga dua jam lamanya walau di tempat yang sama, napasnya tercekat membuatnya menghembuskan napasnya pelan beberapa kali.

"Gak gak mungkin! "itulah kalimat yang terlontar dari mulut Pandu berulang kali, Pandu menjambak rambutnya sendiri kini ia terduduk di depan pintu kamarnya.

Pandu meraungkan nama istrinya itu berulang kali berharap Zena mendengar suaranya dan menghampirinya. Ketika Pandu menundukkan wajahnya menatap lantai rumahnya tak sengaja matanya menatap sepasang sandal di hadapannya itu langsung ia mendongakkan wajahnya ke atas dan berteriak nama Zena namun ternyata harapannya pupus dan itu adalah pembantunya.

"Pak Pandu, ibu Zena memang sudah pergi dari rumah ini,"ucap pembantu itu, Vera.

Pandu berdiri dan menatap Vera.

"TIDAK! JANGAN SOK TAU KAMU! "Vera yang dibentak oleh Pandu itu pun langsung pamit pergi karena takut melihat kemarahan anak majikannya itu.

Pandu membuka pintu kamarnya secara kasar lantas langsung memegang pakaian si kembar yang tertata rapi dan ia hirup aroma bayi si kembar sambil meraungkan nama anak kembarnya itu. Selanjutnya ia menatap lemari pakaian istrinya dan segera ia buka. Ternyata sebagian pakaian Zena masih ada di dalam dan sebagian lagi sudah tidak ada. Tangannya bergetar mengambil salah satu pakaian Zena yang sering dipakai dengan alasannya dulu wanita itu mengatakan kalau baju itu bagus karena pilihannya. Kedua mata Pandu memerah mengingat Zena, istrinya yang telah ia sakiti hatinya serta fisiknya.

Because Of You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang