*yang di mulmed itu Sarah, ya? ☝
Happy reading ;)
###
Jodoh emang gak pernah kemana ya? Buktinya kita selalu ketemu.
—Jonathan Alexander Pranata—
•••
Author POV
Kini telah sampailah Jonathan di depan kelasnya. Segera ia ngacir ke bangkunya yang terletak di pojok kiri depan dan mengeluarkan buku serta alat tulis untuk pelajaran hari ini.
“Weh, Paijo?! Tumben, lo rajin, Jo?” tanya seseorang di belakang bangkunya. Ialah Krisan Abraham, atau yang lebih kerap dipanggil Santoso oleh kawan se-perkoplakannya.
“Kayak lo gak kenal gue aja, sih, San? Sekarang ‘kan pelajarannya Bu Enar. Bisa mati gue kalo sampe diceramahin tuh orang. Apapun yang dia bilang, pasti selalu dianggap benar. Kalo enggak? Bisa-bisa disuruh jadi guru dadakan setiap jam pelajaran bahasa Indonesia.”
“Oh iya, lupa gue,” ucap Krisan sembari menepuk jidatnya yang lapang.
“Yaudahlah, emang udah nasib. Terima aja dengan hati lapang, jadi bukan Cuma jidat aja yang dilapangin, tapi hati juga, hahaha.” Jonathan tertawa pelan, karena takut mengganggu kegiatan membaca komik siswi galak di samping kanan bangkunya.
Krisan yang merasa tersindir pun hanya menatap Jonathan dengan sebal. Jonathan yang mengerti arti tatapan tersebut lama-lama merasa tidak enak sendiri, akhirnya tawanya yang riang pun jadi tawa garing.
“Ha ... ha ... ha ... Ehem! Gausah gitu juga kali. Muka lo serem, tau, gak? Ngeri gue liatnya,”
“Makanya, mulut tuh dijaga. Jangan asal ceplas-ceplos, gue ‘kan jadi ngerasa kesin-“ Ucapan Krisan terpotong.
“Woy! Woy! Bu Enar dateng, Bu Enar dateng,” ucap Bram buru-buru memasuki kelas.
Seketika seluruh penghuni kelas 11 IPS 1 duduk di bangkunya masing-masing dan melipat kedua tangannya di atas meja selayaknya murid yang baik.
Tak, tuk, tak, tuk.
Suara langkah kaki seorang guru yang tengah berjalan di depan kelas terdengar nyaring di setiap sudut ruangan 11 IPS 1.
“Assalamu’alaikum.” Bu Enar memberikan salam singkat.
“Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakaaatuh.” Jawab murid-murid kompak.
“Gimana kabar kalian hari ini?”
“Baiiik.”
Grakk!
Jonatan tiba-tiba berdiri dengan kondisi siap.
“Ahamdulillah, berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, saya Jonathan Alexander Pranata sehat wal afiat, dan siap mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia yang dibimbing oleh Bu Enarsih Kusuma. Terima kasih, Wassalamu’alaikum We’er Webe.” Jonathan mengucapkan dengan lancar, membuat seisi kelas tertawa. Kebiasaan Jonathan saat sebelum pelajaran dimulai, ia akan laporan terlebih dahulu. Bahkan guru pun sudah tak heran dengan tingkah laku aneh Jonathan.
“Sekretaris, hari ini siapa yang tidak masuk?”
“Nihil, Bu,” ucap seorang siswi manis yang menjabat sebagai sekretaris. Namanya Lina Fransisca, ia duduk dibangku tengah paling depan.
“Baik, sebelum kita memulai pembelajaran pada hari ini, Ibu akan memperkenalkan pada kalian seorang siswi pindahan dari Jepang. Ayo, silahkan masuk.” Panggil Bu Enar pada seseorang di luar.
Di antara kericuhan yang terjadi di kelas, dikarenakan adanya seorang siswi pindahan dari luar di tengah semester, terdapat pula yang terheran-heran.
Tak lama masuklah seorang siswi blasteran berparas cantik.
“Nah, nak. Perkenalkan dirimu.” Bu Enar tersenyum lembut.
"Buset, cantik juga." ucap Adiwira, kapten basket terpopuler se-SMA.
"Swiwit!" Siul Samuel.
"Wah, calon gebetan nih!" Krisan tak mau kalah.
"Woy! Lo pada bisa diem kagak sih? Tuh cewek udah gue klaim, jangan coba-coba lo pada." Amuk Jonathan pada para sahabatnya.
Sedangkan Ardi, sahabat paling normal Jonathan membatin, 'Punya temen gini amat, elahh ....'
Gadis itu terlihat sedikit gugup, lalu mulai memperkenalkan dirinya setelah membungkuk memberikan salam.
“Hajimemashite.” Sapanya (Apa kabar? [Jepang]).
Jeda sesaat, lalu gadis itu melanjutkan. “Watashi wa Sara Minako desu. Yoroshiku onegai shimasu.” (Saya Minako Sarah. Senang bertemu anda).
Krik ... Krik ... Krik ....
Sepi. Sarah baru sadar bahwa ia sekarang sudah tidak di Negara Sakura, melainkan Negara tempat Tanah Airnya.
Ia berdeham. “Ehem. Maaf, saya ulangi.” Ia mengatur nafas sebentar. “Selamat pagi! Perkenalkan, namaku Minako Sarah. Seperti yang kalian tahu, aku pindahan dari Jepang karena ada urusan pribadi di sini. Salam kenal!” Lanjutnya.
“Minako ... Sa ... Sa ... ah, ribet! Gue panggil Sayang aja, gimana?” Sahut seseorang di pojok kiri depan, yang tidak lain adalah Jonathan.
"Si Raja gombal mulai beraksi guys." Bram memanasi.
"Tabrak terus! Pantang mundur!" sahut Adiwira.
Deg!
Gadis itu terkejut. “Elo?! Lo kan cowok yang tad-“ Ucapannya terputus karena sadar bahwa ia tengah diperhatikan seisi kelas termasuk guru bahasa Indonesia yang kini mengisi jam pelajaran di kelas ini.
“Wah! Seneng banget diinget sama cewek cantik,” ujar Jonathan riang.
“Jonathan! Sudah, jangan bertingkah lagi. Ibu lagi pusing.” Tegur Bu Enar tegas.
"Loh, kalo pusing minum obat dong, Bu. Nanti kalo Ibu sakit siapa dong, yang hukum Jo lagi? Kan Jo jadi sedih Bu ... Hiks! Hiks!" Ucap Jo sembari mengusap matanya yang tidak menangis.
"Bocah gila, malah seneng dihukum," tanggap Krisan.
"Diem lo, Santoso."
“Sudah-sudah, hentikan drama gaje ini." Lerai sang guru, "nah, nak Sarah. Ibu minta maaf ya, soalnya bangku yang kosong tinggal di samping anak yang barusan berulah. Bagaimana? Kalau kamu tidak mau, kamu bisa pindah kelas.”
Jo menyahut sangat guru cepat. “Ibu apa-apaan sih? Dia udah menginjakkan kaki di wilayah kami, berarti dia sudah menjadi bagian dari kami. Kenapa malah diusir?” sanggah Jonathan tidak terima. Jiwa anehnya keluar lagi.
"Bocah gaje." Adiwira tertawa terbahak-bahak.
Sekali lagi, Ardi membatin, 'Bukan temen gue, bukan temen gue, bukannya temen gue'
"Ibu hanya menyarankan, karena Ibu kasian sama Sarah. Ketemu mereka, nanti kamu kena penyakit aneh mereka." Sarkas sang guru.
Sarah tampak menimbang sebentar. “Emm ... gak papa deh Bu, lagian saya juga malas mengurus prosedurnya lagi.
“Baiklah, kalau begitu. Silahkan duduk, kalau anak itu mengganggu, laporkan pada guru, ya? Kita segera mulai pembelajarannya, nanti materinya kamu menyusul, ya,” ujar Bu Enar. “Iya, Bu," jawab Sarah mantap.
Akhirnya Sarah melangkah menuju ke sebelah bangku Jonathan dengan malas. Sedangkan Jonathan senyum-senyum sendiri sejak Sarah datang.
“Dih. Bu? Saya beneran harus sebangku sama makhluk stress ini?” tanya Sarah tak yakin. “Sayangnya, iya,” jawab Bu Enar pasrah.
“Buuu!!” teriak Jonathan tidak terima.
“Hahahaha ....” Seketika seisi kelas tertawa terbahak-bahak.
Sepertinya, teman baru mereka ini akan menyenangkan. Pikir mereka.
Untuk saat ini, mungkin masih damai.
•••
TBC_
KAMU SEDANG MEMBACA
Cewekku Bar-bar
Teen FictionJonathan Alexander Pranata, itulah namaku. Coba tebak! Apa nama panggilan yang pas untukku? Nathan? Alex? Ah.. panggilan itu terlalu mahal untukku. Tolong garis bawahi kata "Mahal". Lalu, siapakah nama panggilan ku? mau tau? Coba baca cerita ini da...