📝 🌃

266 93 17
                                    

"Aku ikut!" Gadis yang tadi sempat sedih tiba tiba terlonjak kaget saat mendengar adanya lomba puisi itu, gadis itu yakin kakaknya juga mengikuti lomba ini.

"Namanya siapa kak?"

"Ranu Griana Galih." Gadis itu tak henti hentinya tersenyum saat menghampiri gerombolan anak anak yang tengah menulis nama nama siswa siapa saja yang akan ikut.

"Kakak ngertikan pengumuman tadi?" Ranu mengangguk lalu kembali berjalan menuju kursinya.

Ranu Griana Galih, siapa orang yang tidak mengenal gadis itu? Seorang gadis yang selalu berpakaian rapih dengan ciri khas rambut yang tidak pernah di gerai itu.

"Sadar ya, lo itu cuma gadis miskin yang di kasih wajah cantik." Ranu melihat tulisan yang tertulis rapih di bukunya, tulisan lama yang membuat Ranu merasa sangat senang dan tersentuh.

Berkat tulisan itu Ranu sadar posisinya.

Ranu menatap kotak bekal makanan yang tadi pagi dia masak hanya tersisa tempatnya saja, dia mengambil uang dari sakunya yang hanya berisi uang bernilai lima ribu rupiah itu.

Ranu tersenyum kecil, "gak papa, yang penting punya uang." Ranu tidak minder. Dia hanya terkadang memiliki sikap iri terhadap temannya yang sering menghamburkan uang tanpa berpikir ini itu seperti dirinya.

"Oy Nu, lo ikut dong?" Ranu menatap Cira yang berstatus sahabatnya sejak kecil itu, "iya, kamu?" Cira duduk do atas meja kaki ya dia tarus di atas kursi. "Males gua, ga bisa bikin puisi juga." Ranu hanya tersenyum kecil sembari menatap tulisan itu lama.

"Ya elah Nu, jangan di pikirin kali." Ranu menatap Cira sebentar lalu menggejala nafas panjang, "iya Cir,"

"Gimana kalau sekarang kita ke kantin, gua yang traktir!"

"Serius?" Cira mengangguk lalu menarik lengan Ranu berjalan menuju kantin.

"Telat 10 menit." Elio menatap dingin pada ketua anggota yang Elio minta datang ke kantin, "but, ga papa lah."

Dery meminta kertas yang mereka bawa, "dikit ya yang ikut, coba deh kalau mereka tahu lo jadi salah satu jurinya." Aira mengebrak meja kantin. "Banyak yang ikut lomba pasti!."

"Makasih buat kalian, sekarang kembali ke kelas nikmati detik detik membahagiakan sebelum esok hari yang penuh kebosanan." Mereka bertiga mengangguk setelah mendengar ucapan Elio, lalu pergi begitu saja meninggalkan mereka bertiga.

"Ra, lo catet buru." Elio mengeluarkan buku dan pulpen dari dalam tasnya, Aira dengan senang hati menulis nama nama yang ada di daftar sana.

"Berapa orang yang ikut?"

"Dua puluh orang." Ujar Dery sembari membantu Aira menulis nama nama.

"Jangan lupa kelasnya."

"Hmm." Dery dan Aira menjawab ucapan Elio serempak, lalu kembali melanjutkan menulis nama nama yang belum selesai.

Matanya melirik kanan kiri hingga terpaku pada seorang wanita yang tadi membuat keributan dengannya, Elio melihat kertas bertulisan kelas 11 itu dengan seksama, hingga tidak sadar senyum tipis muncul di bibirnya.

Ya, dia menemukan nama itu.

"Ihhh Ranuuu! Coba deh, nanti jangan di kuncir dua kayak gini, di gerai atau di iket satu aja gitu." Cira menarik salah satu tali rambut sahabatnya itu, tangannya bergerak mencapai tali rambut lainnya, "maluuu!"

All I Want [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang