📝

85 19 4
                                    

☕☕☕

"Gua bukan cuma jadi penengah di antara mereka," tiba tiba Petir mengebrak meja lalu berjalan mendekat. Dan duduk di depan mereka.

"Ayo lanjut."

Dery menghela nafas panjang sambil menatap Petir erat.

"Lo Ferrel! Tega banget lo rebut Rara." Elio menunjuk wajah Ferrel yang sudah lebam dengan pukulan dari Elio.

Ferrel tidak melawan, dia bahkan hanya tutup mulut dan tersenyum manis sembari terbaring diatas aspal yang kasar.

Brug-

Elio kembali memukul kencang tepat di perut Ferrel yang membuat darah keluar dari mulutnya,Petir yang tidak sengaja melewati tempat itu membulatkan matanya, dia merogoh handphonenya dan menelpon seseorang.

Petir yang kaget melihat Ferrel terus di hajar tanpa perlawanan dengan kalap berjalan kearah sana.

"Udah El!." Petir menahan lengan Elio yang hendak memukul wajah Ferrel.

"Dia pantes nerima ini Tir!."

Plakk-

Tamparan nyaring terdengar disana, Elio meringis kecil.

"Lo mau bikin Rara makin ga suka sama lo!." Petir menarik Elio lalu menampar wajahnya, berharap temannya yang gila ini sadar dari tindakannya.

Tapi Elio tetaplah Elio, dia mendorong Petir dengan kuat lalu kembali berjalan kearah Ferrel yang tengah duduk bersandar di tembok sambil terengah.

"Udah El," Ferrel berkata lirih.

"Gua ga mau!."

"Udah El! Lo mau bikin Ferrel mati!." Petir berteriak kalang-kabut di ujung sana lalu berjalan mendekat, "lo maju kesini gua bikin dia mati!."

Petir diam di tempat, sampai suara cempreng milik seseorang menghentikan aksinya.

"Ferrel!!." Elio melepas cengkeraman tangannya pada kerah baju Ferrel. Tera menangis histeris disana dia datang dengan Dery juga yang ikut menghampiri Ferrel.

"Jangan nangis Ra,"

Petir berjalan mendekat lalu menahan lengan Elio sementara Dery hanya diam memperhatikan semuanya.

Tera tercekat mendengar suara orang tercintanya itu yang sangat lirih sembari menahan sakit. "Aku ga papa," lengan Ferrel mencoba meraih wajah Tera.

Tera makin menangis, "ga papa gimana!," Tera membawa kepala Ferrel dalam dekapannya. Tera tidak mau kehilangan Ferrel.

"Lo! Mending lo pergi dari sini!." Tera berteriak histeris pada Elio yang diam mematung.

"Aku ga papa Ra, cuma rada sakit aja." Tera memperhatikan wajah Ferrel, dia sakit. Jantungnya sakit menatap Ferrel seperti ini.

"Ayo! Ayo kita kerumah sakit." Ferrel tersenyum kecil, "ga usah Ra, mahal aku kan ga punya uang, hehe. Shhhs." Ujar Ferrel sembari terkekeh kecil, lalu meringis setelahnya.

"Jangan pergi Rel!,"

"Tapi aku cape Ra, mau istirahat dulu. Jaga diri kamu ya Ra," Ferrel mengambil dua buah kalung dari saku celananya.

"Ini buat kamu Ra, dan ini tolong beri pada Ranu," Tera mengambil kalung itu lalu mengangguk.

"Aku- Ra, jaga diri baik baik ya." Ferrel mengusap kecil hidung Tera, sebelum semaunya benar benar lemas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

All I Want [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang