Jejak kelam

57 1 0
                                    

" Naya....bangun...bangun dong sayang udah jam 12 nih...." Oma mengentuk pintu kamar Jingga tapi tak juga ada tanda-tanda penghui kamar.

" NAYA....nanti kamu telat kebandara....ketinggalan pesawat loh..." kali ini Oma mengetuk pintu itu untuk kedua kalinya dan kali ini lebih keras.

" KANAYA..." kal ini Oma benar-benar kesal karena cucunya tak kunjung bangun.

" Iya Omaaaa..." jawab suara dari dalam kamar. Oma tersenyum, akhirnya.

" Cepat bangun, jangan tidur lagi." Ujar sebelum penghuni kamar itu sempat memejamkan matanya lagi.

Ternyata benar apa yang dipikirkan Oma. Penghuni kamar yang bernama Kanaya itu masih mengeliat malas diatas ranjang. Ia menarik selimutnya menutupi muka, beberapa menit kemudian ia beranjak bangun dan mengacak rambutnya. Membuka matanya perlahan lalu mengenyit saat sinar matahari dari sela gorden membuat matanya silau.

KOREA...ia lupa kalau siang ini ia harus berangkat ke Korea. Bukan, bukan untuk berlibur....semua pasti akan memikirkan liburan yang indah dan menyenangkan bila mendengar nama negara itu. Tapi bagi Naya, ia tak perlu pergi ke tempat-tempat yang jauh hanya untuk berlibur. Ia yakin masih banyak tempat di Indonesia yang belum pernah didatanginya dan Indonesia tak kalah indah.

Naya memaksa tubuhnya turun dari ranjang. Tubuhnya serasa berat. Yah, wajar saja tubuhnya meronta untuk dibiarkan istirahat lebih lama, semalam Naya pulang jam 2 malam dan baru tidur jam 3 karena dipaksa Oma mencicipi brownies asam jawa hasil karya terbarunya. Hasilnya Naya mules dan bolak-balik WC selama 30 menit. Setelah minum obat diare baru ia bisa merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Seandainya acara mulesnya masih berlanjut Naya memutuskan tidur di WC.

Naya segera mandi dan bersiap-siap untuk sarapan atau lebih pantas disebut makan siang. Perutnya sudah meronta dari tadi. Menginggat betapa rajinnya ia ke WC semalam pantas kalau perutnyaa minta jatah diisi lebih awal.

" Oma masak apa???" Naya berdiri dibelakang Oma. Menggagetkannya.

" Naya...kenapa kamu selalu datang tiba-tiba. Kemana suara langkah kakimu?" Oma terus mengomel sambil mengangkat ikat di pengorengan.

" Kakek dan Nina mana?" Naya memperhatikan sekeliling. Ia mencari-cari sosok kakek dan kakak perempuannya.

" Kakek pergi mancing sama Bagus. Kalau kakakmu sudah berangkat dari pagi ke kantor, katanya ada rapat. Mungkin sebentar lagi dia pulang. Nina pasti tak akan lupa kalau kamu akan berangkat hari ini."

Naya menatap Omanya takjub. Naya jarang ada dirumah, ia selalu berada diluar negeri untuk bekerja tapi ia selalu merindukan suasana rumah. Rumah yang terang disinari matahari dikala siang dan suara gemerisik air dan suara jangkrik yang membuat nyaman di malam hari. Seperti rumah, orang-orang yang tinggal didalamnya pun membuat Naya sangat rindu dan selalu ingin pulang. Oma yang sangat pintar memasak, apapun yang dimasak Oma pasti selalu bisa membuat Jingga mengelus perutnya yang membuncit tiba-tiba. Kakek yang ramah dan penyanyang selalu mendampingi keluarganya dan kakak perempuan yang baik. Karenina Febriani Wijaya pemimpin W-corporation. Direktur dari semua perusahaan, hotel, dan jasa penerbangan milik keluarga Wijaya. Oh...jangan mengira aku adalah wakil dari W-corporation. Tidak...tidak...aku memilih jalan sendiri. Kurasa satu Wijayasaja cukup untuk memimpin seluruh kekuasaan. Tak perlu ada dua Wijaya. Hal yang membuat Naya sangat bangga menjadi bagian dari keluarga ini bukan karena kakayaan yang tak akan pernah habis tapi karena cara berpikir yang terbuka dan bebas. Kakek tidak memaksakan kehendaknya pada kedua cucunya, semua diserahkan pada keputusan masing-masing. Masa depan kalian maka kalian lah yang harus memutuskannya.

" Pesawat nya jam berapa,sayang?" Oma meletakkan tumis kankung lalu heran melihat Naya yang melamun sambil mengigit roti.

" Naya?" Oma menyentuh pundak Naya pelan namun membuatnya tersentak.

"Ada apa sayang? Kenapa melamun?"

Naya menangkap kecemasan diwajah Oma. Naya segera menggeleng. " ngak,ngak ada Oma. Cuma lagi mikir, kalau nanti Naya tinggal di Korea pasti kurang gizi. Soalnya ngak ada yang makanan seenak ini. Apalagi tumis kankung ini, Naya suka banget..." Naya menyendok tumis kankung ke piring dan langsung makan dengan lahap.

Oma tersenyum senang. Tapi ia merasa cemas. Apa yang kamu pikirkan Naya...

HANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang