Sampailah diriku dan Rena di depan rumah Besar Asha. Rumah yang besar bagi kami. Karena Asha adalah anak orang yang kaya. Meskipun begitu kami berteman bukan karena kekayaan keluarganya. Tapi kami saling nyaman untuk menjalin hubungan persahabatan
"Udah Chat Asha?" Tanyaku dan dapat anggukan dari Rena yang fokus pada ponselnya. Dan di depan pintu rumah besar Asha yang ada ornamen gold dan silver abstrak. Tiba-tiba pintu didepan saja terbuka dan menampilkan Asha yang memakai baju Modis untuk hang out. Maklum dia orang kaya, semua serba perfect. Kemis berdua memilih keluar dari mobil dan menghampiri Asha. Tidak elit juga jika kami menyuruhnya menuju mobilku. Mungkin saja di dalam ada Tante lisa dan juga paman Juan.
Apalagi ku lirik Rena yang merasa senang datang ke rumah Asha. Mungkin semata-mata melihat Kak Arkan
"Tante Lisa dan paham Juan ada didalam sha?" Tanyaku dan dapat anggukan semangat dari dia. Kami di seret Asha masuk kedalam rumahnya dan bergabung makan dengan keluarga besarnya. Rasanya tidak enak karena baru tau jika dia sedang ada perkumpulan keluarga. Padahal dalam Pesan tadi dia berkata jika dia lagi dikamar dan sedang bosan
"Salam Tante lis, salam paman juan" ujarku dan Rena sopan lalu kami di perintahkan oleh Si tuan rumah untuk duduk di kursi yang kosong. Kebetulan disini ada 2 kursi kosong yaitu di samping Asha dan di samping Arkan. Dan Rena memilih duduk di samping Arkan, yahh Moduss itu. Dan akhirnya aku memilih duduk di samping Asha tentang diriku dan Rena, sementara kami hanya menyimak saja. Karena, rasanya segan untuk berbicara dengan keluarga kolega kaya-raya
"Owww. Dua anak ini temen kamu" ujar wanita yang lebih tua dari Tante lis, Mungkin dia Neneknya Asha. Sambil menunjukku dan Rena dengan sinis dan juga menatap kami seolah kami adalah kotoran. Yahh mau bagaimana lagi. Derajat kami berbeda. Dan mungkin mereka menganggap kami menjijikkan
"Iyaa oma. Rena dan Tsay adalah sahabat asha. Mereka sangat baik. Mereka selalu ingatkan Asha harus makan siang karena Asha kan punya maag. dan Asha pernah bandel oma, asha nggak nurutin permintaan temen Asha. Alhasil Asha kena maag, dan Rena membawa Asha ke UKS dan Tsay belikan obat maag di apotik Deket sekolah. Mereka baik sekali. Mereka sahabat asha. Jangan pisahkan asha sama mereka Oma. Mereka nggak kayak temen asha sebelum-sebelumnya" ujar Asha dengan mata berkaca-kaca dan senyum manis.
Aku terharu ketika dia membelaku dan juga Rena. Kami tersenyum lembut pada asha, tak lupa aku mengelus Lengannya lembut berusaha menenangkannya. Karena aku yakin kali ini air matanya tumpah. Aku tidak ingin menghancurkan acara keluarga asha
"Okeyyy. Ini demi kebahagiaan cucu kesayangan oma. Oma mengizinkan kalian berteman. Tapi jika salah satu dari kalian membuat cucu oma menangis. Oma tidak bisa menjamin kehidupan kalian tenang" ucap oma Asha yang penuh dengan makna tersirat. Aku tau maksudnya dia masih belum sepenuhnya percaya pada kami. Tapi kami akan selalu membuat Asha bahagia, bukan semata-mata dia anak konglomerat tapi dia adalah sahabatku
"Oma jangan begitu. Adik sudah tau mana yang benar dan tidak. Biar dia memilih apa yang menurutnya baik" ujar kak arkan dan tersenyum manis pada asha. Asha yang mendapat dukungan dari sang kakak tersenyum lebar dan memelukku erat. Aku yang mendapat pelukan tiba-tiba merasa terkejut. Dan selanjutnya aku mengerti dan rileks. Aku mengelus punggungnya pelan karena merasakan tubuhnya bergetar dan bahuku basah. Benarkan maksudku. Dia adalah sahabatku yang harus ku lindungi karena sifatnya masih seperti kanak-kanak. Tapi, kami tidak mempermasalahkannya. Apapun sifat dia kami menerima dia apa adanya.
Kembali ke topik
Paman juan memintaku dan Asha berganti baju di kamar asha karena bahuku basah. Dan paman juan memintaku untuk sementara ini memakai baju Asha dan asha Menganti baju dan juga memoles wajah dengan make up yang luntur akibat menangis tadi
"Maaf, aku buat pakaian kamu basah" ujar asha dan menatap sedih diriku yang menaruh pakaian kedalam tas selempang ku. Mumpung aku membawa tas yang lumayan besar sehingga bisa menampung bajuku ini.
"Yauda deh. Ketimbang tambah lama kita pergi ajaaa. Apalagi kayaknya kamu nggak nyaman sama oma. Dia emang begitu, ucapannya pedes kayak sambal yang diulek" ujarnya dan aku mengangguk kecil. Memang benar Nenek Asha berkata dengan perkataan pedas penuh hinaan. Tapi aku tau itu demi mindungi Cucu perempuan dia
"Rena kemana?" Tanyaku ketika kami kembali ke Ruang makan tidak menemukan Rena dan akhirnya kami memilih bertanya pada salah satu pelayan disini. Tapi lebih tepatnya asha
"Maaf non. Teman non pergi keluar rumah dan meminta menunggu dalam mobil" ujar pelayan asha sambil menunggu. Asha hanya mengangguk kecil dan menyeretku keluar rumah menuju Rena yang mungkin menunggu kami lama. Aku juga rada sungkan karena belum pamit pada pelayan Asha
"Nggak sopan nggak pamit sama orang rumah kamu" ujarku membuatnya terkekeh geli. Apa yang lucu?
"Dia hanya pelayan. Buat apa s
Pamit, Emang dia paan?" Ujarnya sambil tertawa kecil. Aku yang melihat itu kesal, bisa-bisa dia berbicara se frontal itu dan para pelayan di sekitar kami. Aku harus mengajarinya sopan pada orang"Yah, nggak boleh gitu juga. Kalau kamu tanpa pelayan kamu nggak akan seperti ini. Dia yang membersihkan rumah kamu. Dia nurut pas kamu suruh. Mereka memiliki jasa. Kita juga harus menghormatinya karena mereka adalah orang yang berjasa apalagi mereka juga manusia. Mereka punya hati" Ujarku lembut biar dia nggak tersinggung dan menangis lagi. Sudah cukup aku tidak mau berganti pakaian lagi
"Iyaa. Maaf Tsay" ujarnya sambil menunduk. Aku memegang pundaknya pelan dan tersenyum manis padanya.
"Nggak perlu minta maaf ke aku. Minta maaf ke mereka yang mendengar perkataanmu tadi. Bisa jadi mereka sakit hati" Ujarku sambil mengusap kepalanya sayang. Dia masih seperti anak-anak
"Maaf yah yang lain. Aku tadi bilang yang membuat kalian sakit hati" ujarnya membuat para pelayan dan bodyguard di dekat kami tersenyum dan mengacungkan jempol. Dan Asha kembali lagi menjadi sosok ceria
"Yaudah. Kita ke rena yuk. Kasian dia nunggu lama" ujarnya dan aku mengangguk setuju. Kami berjalan menuju mobilku dan di dalam sana. kami melihat Rena yang menunggu sambil menatap kami kesal
"Lama" gumamnya ketika kami memasuki mobil. Aku tersenyum kecil dan mengemudikan mobil menuju kafe langganan kami tempat kami biasanya hang out
~~~~~~~~~~~~~~
Sampai ketemu di part selanjutnya. Cerita ini hanya bohongan. Selamat membaca. Saya akan berusaha membuat kalian nyaman dengan Jalan Cerita
Semangat kawan-kawan. Jangan lupa Part selanjutnya yang nggak kalah seru. Dengan berbagai banyak Rintangan dan Cobaan yang dilalui Tsania.
Salam hangat Dari Author.
@RobithaSay. PaypayyyJika ingin bertanya Sesuatu tentang Tsania atau Nazyla silahkan DM Saya
IG: robithasay22
FB: Thabitha22
G-mail: robithasayyi22@gmail.com
KAMU SEDANG MEMBACA
Tsania
Teen FictionKetika rasa sakit mengalahkan semua. Rasa kecewa yang menjerumuskan diri dalam kegelapan. Rasa rindu yang harus tertahan. Tangisan di setiap malam. Akankah aku bisa bertahan? _-_-_-_-_-_-_-_-_ Tsania Ayyida. Putri ke 3 dari 5 bersaudara. Seorang yan...