Marah itulah yang selalu di tahan oleh seorang Xiao Zhan selama sebulan ini. Ia sebisa mungkin untuk tetap tenang dan tersenyum, Membiarkan hatinya merasakan kesal yang tiada tara. ketika menemukan pujaan hatinya selalu mendiamkanya.
Namun, hari ini Xiao Zhan tak mampu menahanya. Ia telah di ambang batas. Rasa kesal itu kini membumbung tinggi. Hingga untuk pertama kalinya, ia membentak terlebih lagi kepada kekasih sehidup sematinya.
"Apa yang kau inginkan sebenarnya Wang Yibo. Bicara kalau kau marah, jangan selalu bersikap layaknya anak kecil. Kau sudah 24 tahun."
Yibo mengepal tanganya. Ia berusaha berdiri dengan tetap menatap Xiao Zhan sebisa mungkin. Berharap lelaki tinggi itu tau bahwa kini hatinya terluka.
"Ya aku marah. Aku marah apa kau puas."
Dinginya cuaca atau dinginya ruangan ber Ac itu tak mampu membuat kedua makhluk itu untuk berhenti. Mereka seolah merasa tak ada yang salah. Dan mereka merasa benar.
"Kenapa kau marah? Katakan, biar aku tahu isi kepalamu. Biar aku bisa memahami. Aku bukan cenayang Wang Yibo. Yang menurutmu mengurusmu. aku juga punya batasan."
Xiao Zhan tak mampu lagi merendahkan ucapanya. Bahkan, ia sendiri cukup terkejut bisa berteriak kepada orang yang paling ia cintai.
"Kau egois Xiao zhan. Aku membencimu." Jawabnya dengan mata memerah, bahkan jika Yibo berkedip sedikit saja. Di pastikan pipinya akan basah.
Xiao Zhan yang melihat itu sungguh tak tega. Ia yang selalu menjaga agar mata itu tetap cerah tapi ia juga yang membuat mata itu mengeluarkan cairan air mata. Tapi Xiao Zhan harus kuat, ia harus mengatakanya. Ia muak dan ia lelah. Bagaimana pun pria yang berstatus pasangan sah nya kini sungguh keterlaluan.
" Aku egois katamu? Lalu kau sebut apa dirimu. Kau selalu semaunya. Pernahkah aku terlintas di pikiranmu. Atau jangan-jangan kau tak mencintaiku lagi. Ah salah kau tak pernah mencintaiku."suara Xiao Zhan mulai parau, Matanya kini mulai memerah ketika kalimat itu lolos begitu saja di bibirnya. Ia tahu kini batas kesabaranya sudah berada pada titik terlemah. Membuat akal pikiranya menjadi gamang. Dan bodohnya pertanyaan itu keluar dari mulutnya.
"Zhan Ge." teriak Yibo marah. Bagaimana bisa ia mempertanyakan hal konyol seperti itu. Bukankah, hal itu tak perlu di pertanyakan. Yibo sangat mencintainya.
"kita sudahi ini, aku ada perkerjaan." Yibo hendak berlalu. Tapi Xiao Zhan malah menariknya lalu menjatuhkanya ke sofa. Untuk kemudian ia tindih.
"aku belum selesai Wang Yibo. Kita selesaikan sekarang. Aku sudah tak tahan. Aku muak, Berapa lama lagi aku harus menunggu? Berapa lama lagi aku harus jadi begini? Aku benci dengan kondisi kita yang begini." bentak Xiao Zhan.
Yibo membuang muka terlalu lelah menatap Xiao Zhan sekarang. "jadi, gege mau apa?"
Xiao Zhan merasakan ulu hatinya tertancap ketika mendapatkan jawaban mengerikan itu. 'mau apa katanya.'
"Gege mau penjelasan. Gege mau Yibo mengatakan apa yang ada di otakmu. Jangan hanya diam dan mengangapku tak ada. Apa kau paham?"
Yibo masih enggan menatap Xiao Zhan. Rasa kesal atas kejadian sebulan lalu terngiang di kepalanya. Membuat hatinya kesal dan pikiranya marah.
"Jawab Wang Yibo."teriak Xiao Zhan membuat mata Yibo kini memerah dengan aliran deras di pipinya. Ia merasakan lemah oleh teriakan itu.
"Berdiri."Ucap Yibo dingin menatap Xiao Zhan dengan wajah kosong. Tetapi lelaki tinggi itu hanya menautkan alis, ia masih menindih Yibo.
"kenapa kau tak suka aku sentuh." Xiao Zhan sudah terpancing sekarang.
"Aku bilang berdiri."Sentak Yibo mendorong Xiao Zhan hingga tubuh lelaki itu oleng dan jatuh ke lantai. Terang saja, amarah Xiao Zhan kini semakin parah. Ia berjalan cepat menarik pergelang Yibo yang ingin masuk kamar.
"Mau kemana? Berhenti melakukan hal seperti ini. Aku belum selesai bicara."
Yibo berusaha melepaskan pegangan erat Xiao Zhan. Tapi kekuatan itu hilang dan mendorong Yibo dengan air mata yang terus mengalir.
"Lepaskan Aku Zhan ge. Aku lelah. Aku muak. Jadi tolong jangan begini."
Xiao Zhan yang memang berada di fase kemarahan tertingginya tak luluh. Ia tetap menatap Yibo dengan amarahnya.
"muak katamu. Lelah. Aku juga lelah dan aku juga muak. Lalu apa kau ingin pisah denganku?"
Yibo merasakan jantungnya berhenti berdetak. Ada begitu banyak pertanyaan di otaknya. Ada begitu banyak yang menjanggal di hatinya. Tapi satu kalimat haram yang keluar dari mulut pria tampan ini. Membuat ia merasakan dunia terasa hancur. Semudah itukah kata pisah untuk di ucapkan. Lalu kemana kata-kata cinta Xiao zhan selama ini.
Mereka diam. Mereka menyelami pemikiran masing-masing. Jika Yibo terkejut mendengarnya. Maka Xiao Zhan pun menyesali apa yang barusan ia ucapkan. Sehingga ia pun tak mampu berpikir. Ia menatap Yibo berharap lelaki itu tak mendengar ucapanya. 2
"Oh, bagaimana bisa kata-kata itu begitu mudah di ucapkan." suara Yibo sangat parau. Ia meremas ujung kemeja birunya yang telah berantakan keluar dari pinggang celananya.
" baik! Kita lakukan, jika itu yang gege inginkan."lanjutnya. Membuat Hati Xiao Zhan tercekat. Tenggorakanya kering dan nafasnya memburu. Ia menatap Yibo tak percaya. Bagaimana bisa ia langsung setuju. Apakah memang selama ini, tak ada cinta di ikatan pernikahan mereka.
Tapi bukankah mereka telah hidup bersama dua tahun.
TBC.
Dapat gambaranya. Hehehhe
Jangan protes ya. Kalau bilang, ah author baru chap awal kok begini.Tenang bebi. Ini hanya prolog untuk melanjutkan cerita. Nikmati saja ya.
Btw, jangan lupa vote dan coment
Makasih
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL]The Little husband 2(M-preg) √
Fanfictionkehidupan rumah tangga kini berlanjut, ketika ada orang ketiga kesalahpahaman yang membuat bahterai itu di ambang kehancuran. lalu mampukah Xiao zhan dan Wang Yibo bertahan.