Chap 01

2.3K 197 1
                                    

Aku seorang kakak yang buruk, adik laki laki ku sangat membenciku dan menganggap aku sampah yang menjijikkan. Dulu sewaktu masih kecil, aku sangat senang melihatnya. Dia begitu kecil dan manis, terutama saat dia tersenyum dan tertawa. Saat itu aku baru berusia tiga tahun, dan adikku baru beranjak satu tahun. Ketika dia tertawa aku menjilat pipinya karena ingin tau apakah dia benar benar manis.

Aku selalu memantau pertumbuhannya, dia tumbuh dengan baik dan kuat. Adikku menyukai segala macam olahraga dan mengikuti karate. Sejak aku kecil tubuhku ini memang sudah lemah, aku sudah terbiasa keluar masuk rumah sakit. Alasan kenapa adikku ikut karate, karena ketika aku dirawat di rumah sakit dia merasa sedih. Dan berkata padaku, "Aku akan belajar karate agar dapat melindungi kakak, sehingga kakak tidak perlu masuk rumah sakit lagi."

Aku tertawa mendengar perkataannya yang sangat polos itu, sejak saat itu aku berusaha sekuat mungkin untuk tidak menjadi lemah. Lalu aku pun mulai menyadari bahwa aku jatuh cinta pada adikku sendiri.


Namaku Vito Azusagawa, aku memiliki dua adik. Adik laki laki ku bernama Yuno dan yang perempuan Yuki. Perbedaan usia ku dengan Yuno hanya dua tahun, sedengkan dengan Yuki empat tahun. Kita bertiga satu sekolah, aku dikelas 12 Yuno kelas 10 sementara Yuki kelas 8. Awalnya kita sangat dekat, tapi sejak malam itu Yuno jadi membenciku.




Author pov

"Kak aku butuh bantuanmu..." Seru Yuno yang membuka pintu kamar Vito tanpa mengetuknya terlebih dahulu.

"Apa yang kau lakukan dengan baju ku?" Lanjut Yuno yang saat itu melihat sang kakak sedang melakukan masturbasi dengan memeluk bajunya yang baru saja dia pakai untuk olahraga tadi.

Vito memeluknya dan mencium aroma tubuh Yuno pada bajunya dengan memikirkan Yuno yang sedang menjamah dirinya.

Yuno segera merebut baju miliknya dari tangan Vito dan pergi keluar kamar dengan membanting pintu. Vito segera keluar dan menghampirinya.

"Yuno keluar lah, aku akan menjelaskannya padamu. Aku juga minta maaf atas apa yang ku lakukan tadi." Seru Vito dengan mengetuk pintu kamar Yuno.

Yuno pun keluar menemui Vito tanpa mengatakan apa pun. Wajahnya terlihat sangat jelas bahwa ia marah bahkan lebih dari itu.

"Yuno maafkan aku." Ucap Vito kembali.

"Sudah lama aku suka merasa heran, entah kenapa baju ku suka hilang dari keranjang cucian. Rupanya kau yang melakukan itu." Ujar Yuno.

"Maafkan aku. Yuno sebenarnya sejak dulu aku sudah menyukaimu, aku mencintaimu."

"Kau jatuh cinta pada adikmu sendiri? Kau homo sialan! Kau bedebah! Kau benar benar sampah kak! Kenapa aku harus memiliki kakak sepertimu? Kau sungguh memalukan, mulai saat ini aku tidak akan pernah menganggap kau sebagai kakak ku lagi!"

"Braaak..." Yuno membanting pintu kamarnya.

Yuki keluar dari kamarnya karena mendengar suara ribut ribut.

"Ada apa kak? Apa kau bertengkar dengan kak Yuno?" Tanya Yuki.

"Dia membenciku, dia tidak menganggapku lagi sebagai kakaknya. Aku benar benar sampah." Seru Vito dengan menahan rasa sedih.

"Apa kak Yuno sudah tau dengan perasaanmu padanya?"

"Iya dia tau. Memang tidak seharusnya aku mencintai adikku sendiri, aku tau aku salah. Aku memang pantas mendapatkan cacian dari Yuno. Tapi aku tidak ingin Yuno membenciku, meski dia tidak mau lagi bicara denganku. Aku tidak apa, asalkan dia mau memaafkanku."

"Jangan sedih kak, aku yakin kak Yuno akan kembali seperti semula. Dia pasti sangat terkejut mengetahui kenyataan ini."

Yuki sudah lama tau bahwa Vito menyukai Yuno, entah darimana dia bisa tau.

Seketika dia berkata, "Kau suka dengan kak Yuno? Aku dapat melihat itu dari matamu."

Lalu Vito pun jadi jujur pada Yuki dengan perasaannya itu. Yuki dapat menerimanya dan selalu mengatur agar Vito dapat berdua dengan Yuno.


Keesokan harinya, Yuno melewati sarapan paginya dan meninggalkan kotak makan siang. Vito membawanya dan menyerahkan pada Yuno saat jam makan siang.

"Yuno ini bekalmu, kau lupa membawanya." Ujar Vito.

Namun Yuno memandang sang kakak dengan rendahnya dan menepis tangan Vito sehingga bekal tersebut terjatuh kelantai.

"Aku tidak sudi makan dari masakan homo sampah sepertimu." Ketus Yuno.

Vito menjulurkan kotak makan miliknya kepada Yuno. Seakan hal tadi itu bukan suatu masalah sama sekali.

"Ini bekal milikku ambilah, tadi pagi kau juga tidak sarapan. Kau harus makan agar tidak sakit." Ucap Vito dengan putus asa.

"Plaaak..." Yuno menampar Vito.

"Homo sialan, tidak mengerti apa yang ku katakan sebelumnya, hah?!" Bentak Yuno.

Hidung Vito mengeluarkan darah, Yuno yang melihat itu jadi semakin jijik melihat sang kakak.

"Kau menjijikan, dasar sampah." Seru Yuno dan pergi meninggalkan Vito seorang diri.


Dan hal ini terus berlangsung lama, Yuno masih membenci Vito dan menganggap Vito sebagai sampah yang menjijikan. Setiap kali Vito mencoba mendekatinya, dia selalu melakukan kekerasan pada Vito. Sang kakak tidak bisa melawannya, karena ia merasa bahwa dirinya lah yang bersalah. Vito menghampiri Yuno yang baru saja pulang dari latihan baseball.

"Yuno bisakah kita bicara?"

Yuno yang melihat Vito menghalangi jalannya, dengan segera memukul Vito dengan tongkat baseballnya ke arah tangan Vito. "Aah sakit sekali..." Keluh Vito.

"Yuno... Kalau aku bukan kakak kandungmu, apa kau akan bersikap sama seperti ini?" Lanjut Vito ketika ia melihat Yuno yang hendak pergi meninggalkan nya.

"Tentu saja! Aku sangat membenci laki laki homo. Sangat menjijikan! Lihat saja dirimu sekarang, lebih menjijikan dari sebelumnya. Badan semakin kurus dan wajah selalu pucat, kau sangat menjijikan. Kau sama seperti sampah." Ketus Yuno.

"Kau sangat membenciku ya? Apa karena aku kakakmu dan aku mencintaimu?"

"Itu benar karena kau homo."

Vito menggigit bibir dalamnya sebelum ia berkata. "Yuno maafkan aku, aku sungguh minta maaf. Kau mau memaafkan ku kan?"

"Baik aku akan memaafkanmu tapi dengan satu syarat."

"Apa itu syaratnya? Aku akan melakukan apa pun asal kau memaafkanku." Ucap Vito dengan penuh harap.

"Enyah dari pandanganku. Baik itu di rumah atau pun sekolah, kau harus enyah. Karena aku tidak mau melihat homo berada disekitar ku."

"Itu sangat berat." Cicit Vito.

"Kalau kau ingin aku memaafkan mu maka lakukan saja itu."

"Yuno ada satu hal lagi yang ingin ku katakan padamu, baik kau ataupun Yuki, kalian tidak tau kenyataan ini."

"Apa lagi? Apa ada hal menjijikan lainnya selain kau seorang homo dan brocon?"

"Ada dua hal lainnya, tapi aku hanya akan mengatakan salah satunya. Sebenarnya, aku bukan kakak kandung kalian. Aku hanya kakak sepupu kalian, ibu kandungku yang merupakan kakak dari ayah kandungmu meninggal setelah melahirkan ku. Dan ayahku meninggal karena penyakitnya saat aku berusia satu tahun."

Tanpa berkata apa pun Yuno meninggalkan Vito begitu saja. Dan Yuki yang sejak tadi mengintip datang menghampiri sang kakak.

"Apa itu benar kak? Kak Vito bukan kakak kandungku?" Tanya Yuki yang masih tidak dapat percaya.

"Itu benar, maafkan aku yang selama ini menutupinya. Ayah dan ibu mungkin lupa untuk mengatakannya pada kalian karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya."

Lagi lagi hidung Vito mengeluarkan darah di saat ia sedang bicara serius dengan adik bungsunya.

"Kak kau mimisan." Seru Yuki dan segera mengambilkan tisu untuk Vito.

Sayounara (Threeshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang