Seperti tangkai dandelion yang kehilangan bunga nya

32 3 4
                                    

Setelah pulang kerumah. Ivan tak seperti biasanya. Ia tak kirim pesan, ia tak menelpon.

Lagi lagi aku bertanya pada diriku.
Ada apa dengan Ivan?

Aku ambil handphone ku,
"Van, kamu kenapa? Kok gak kabarin aku?" aku tekan tombol send.

Tak ada balasan sama sekali.

Sudah beberapa hari Ivan tak kunjung terdengar kabarnya.

Aku telpon Jono teman futsal Ivan. "Jon, lagi sama Ivan gak?" tanya ku.
"Enggak. Semenjak hari kelulusan beberapa hari yang lalu Ivan gak pernah muncul lagi di grup WA" jawab Jono.

Lagi lagi. Aku bertanya dengan diriku.
Ada apa dengan Ivan?

Sudah 2 minggu berlalu, namun Ivan tak kunjung memberi kabar. Pesan singkat ku tak pernah dibaca, telpon ku tak pernah diangkat. Hari ini aku putuskan untuk kerumah Ivan.

"Van. Ivan..." aku ketuk pintu rumahnya. Namun tak ada siapapun.

Dia tidak di rumah. Bahkan tak ada tanda-tanda berpenghuni dalam rumahnya.

Aku pulang dengan perasaan tak menentu. Sedih, kecewa, gelisah semua nya bercampur menjadi satu.

Aku masuk kekamar, membaringkan tubuhku di kasur tempat ternyaman bagi diriku sebelum bertemu Ivan.

Tak terasa air mata mengalir begitu saja membasahi pipi chubby ku, "Kamu kemana Van" ucapku.

Hari demi hari, minggu demi minggu. Semua tempat yang biasanya aku datangi bersama Ivan aku telusuri kembali untuk sekedar melepas rindu yang menggebu.

Hingga aku terhentak untuk berhenti di halte bus tempat pertama kali kami bertemu. Ku lihat rerumputan di samping  tempat duduk ku penuh dengan warna putihnya bunga dandelion. Ku lihat angin menerpa dengan manja sehingga membuat beberapa bunga dandelion tersebut terbang melambung ke angkasa.

"Hmmm.. Jahat sekali bunga dandelion ini terbang menghilang ke angkasa hanya diterpa semilir angin yang menyapa" gumam ku dalam hati. Tak terasa air mataku kembali menitik perlahan membasahi pipi.

"Van, seperti tangkai dandelion ini lah aku, yg kehilangan bunganya dan perlahan mati dalam kerinduan" tambahku dalam isak tangis yang hampir terdengar.

Beberapa bulan telah berlalu. Musim hujan kembali menyapa alam semesta.

Kulihat dari balik jendela kamarku, terlihat dedaunan masih menitikkan air sapaan hujan.

Suara hujan pun terdengar begitu syahdu. Seakan mengerti dengan hati ku yang telah lama terbelenggu rindu.

Hujan, jalan, perkenalan,dan.....

Kenangan...

Kini tak lagi bisa memecahkan tembok rindu yang telah terbangun kokoh dan keras membeku..

Entah kemana, dimana dan mengapa dia meninggalkan ku tak lagi mengganggu.

Yang aku tau.. Hanya...

Aku rindu dan ingin segera bertemu..

~Ending

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Terhalang tembok rinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang