Bagian 8

5.9K 515 31
                                    

Semua tampak berjalan seperti biasa. (Namakamu) yang menjabat sebagai sekretaris sahabatnya pun ia bersikap profesional, begitupun dengan Iqbaal. Ya walaupun kadang kadang pria itu sering bertingkah saat dikantor.

Sampai saat ini juga Rike masih berada di Apartment Iqbaal. Walau beberapa kali Rike ingin kembali kerumah nya dulu, tetapi Iqbaal tetap melarangnya karena takut terjadi apa apa dengan Bundanya itu. Untung sampai saat ini, Herry tidak tahu menahu tentang letak Apartment Iqbaal. Jangan sampai tahu kalau bisa.

Seminggu pun berlalu, hari ini (Namakamu) akan pergi ke Bandung untuk menemui Mama nya. Karena sudah lama juga ia tidak pulang kerumahnya, belum lagi beberapa hari ini kantor sangat sibuk. Ia tidak menginap disana nanti, mungkin lain kali. Karena tugas tugas kantor yang menumpuk, membuat (Namakamu) tidak bisa menginap dirumah kedua orang tuanya.

Gadis itu pergi ke Bandung tentu ditemani oleh Iqbaal. Pria itu menepati janjinya untuk ikut kerumah kedua orang tuanya. Ah, belum lagi beberapa hari ini Iqbaal sangat protektive padanya. Entahlah, (Namakamu) hanya menerimanya saja dan menanggapinya dengan sabar.

"Kamu gak nginap disana nanti?" Tanya Iqbaal sambil menyetir mobilnya, kini mereka baru sampai di daerah Tambun. Beruntung keadaan jalanan sedang tidak macet, dan itu membuat Iqbaal dengan bebas mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata rata.

(Namakamu) menggeleng. "Enggak dulu. Tugas kantor numpuk." Jawabnya.

Iqbaal menoleh sebentar. "Aku bisa kasih kamu cuti kalau kamu mau." Lagi lagi ini yang di ucapkan oleh Iqbaal.

(Namakamu) mendengus. Iqbaal sudah sering sekali mengucapkan kalimat itu. "Aku gak mau. Lain kali mungkin aku nginap disana, hari ini aja beruntung bisa kesana." Balas gadis itu. (Namakamu) hanya mau dirinya bersikap profesional pada sahabatnya kalau sedang membahas kantor.

Iqbaal menghela nafas. "Iya iya, lagian aku gak maksa kok. Gak usah marah gitu."

"Aku gak marah, Iqbaal."

"Tapi tadi kamu ngomongnya ngegas." Balas Iqbaal ketus.

(Namakamu) mengusap wajahnya dengan kasar. Huh, efek dia sedang datang bulan sangat menyebalkan sekali ya?

(Namakamu) meraih tangan kiri Iqbaal yang nganggur itu, lalu menggenggamnya dengan lembut. "Maaf, aku lagi datang bulan. Jadi ya gini, suka badmood sendiri." Gumam (Namakamu) pelan sambil menunduk. Walau begitu, Iqbaal tetap mendengar ucapan dari sahabatnya.

Iqbaal yang mendengar itu pun sudah menduganya. Ah, ia sangat peka sekali kalau perempuan itu sedang marah.

Iqbaal tersenyum penuh arti, dia melepaskan tangannya dari genggaman (Namakamu). Kemudian dia pun mengambil sesuatu pada saku jaketnya lalu memberikannya pada (Namakamu). "Nih buat kamu." Ucapnya sambil memberikan coklat itu pada sahabatnya.

Seketika mata (Namakamu) berbinar bahagia. Dia langsung menerima coklat itu dengan semangat. Benar kan, Mood cewek itu kalau sedang datang bulan cepat sekali berubahnya.

"Bilang apa hayo?" Goda Iqbaal saat melihat gadis itu yang sudah memakan coklatnya.

(Namakamu) menoleh pada Iqbaal dengan senyuman yang semakin melebar. "Makasih Ale!!" Dan setelah itu, (Namakamu) menangkup pipi Iqbaal dengan satu tangan dan menggesekkan hidungnya pada pipi tegas pria itu dengan gemas.

Iqbaal tertawa. "Cium dong!" Godanya lagi.

(Namakamu) menggeleng sambil tersenyum, tak lama ia pun mengangkat tangannya untuk menyuapkan sepotong coklatnya pada Iqbaal. Iqbaal pun menerimanya dengan senang hati, dan membalasnya dengan mengacak rambut (Namakamu) lembut.

Husband [IDR]Where stories live. Discover now