Aku..
Aku..
Aku sama seperti mu.
Iya, kau tidak percaya? Aku sama seperti mu.
Manusia lemah yang memiliki keterbatasan.
Jangankan ragaku, hatiku pun begitu.
Sama seperti mu..lemah.Mungkin saat ini nalar kalian akan bekerja.
Memikirkan bahwa aku.. sedikit aneh mungkin.
What ever, aku hanya menyampaikan rasaku.
Bahwa rasaku kini sensitif,
Oh tidak bukan kini, namun sejak lama.Nurani ku begitu perasa.
Boleh aku jujur pada mu? Aku tak ingin sendiri,
Aku tak ingin kau pergi, tolong jangan lagi!
Jangan bersikap seperti itu lagi padaku, ayolah.
Cobalah untuk melunakkan hatimu.
Aku terlalu memaksamu yah? Maafkan aku,Tapi sungguh, ayolah jangan begitu acuh padaku.
Karena aku takut..
Takut jatuh pada titik dimana, "terserah" keluar dari lisanku
Aku tak ingin itu, ayo bantu aku untuk bangkit.
Sungguh itu titik terseram, aku tak sanggup membayangkannya.Rasa asa hampir menghampiri nurani ku,
Terkadang aku menolaknya dengan nalar ku.
Apa aku salah? Tolong katakan...
Maafkan aku, jika sebabku tidak masuk dalam akal mu
Atau bahkan akal mu yang menolak masuk sebabkuSeperti yang ku katakan,
Bahwa aku sama seperti mu, manusia.
Tidak berubah, masih tetap sama.Aku masih ingin membahasnya, mengenai titik itu,
Titik terseram yang aku katakan tadi.
Jangan biarkan aku jatuh, cobalah perlahan melirik ke arah ku.
Mataku tertuju padamu,
Maukah kau membantu ku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepenggal Rasa
PoetryPeristiwa yang te(R)asa tidak disimpan semata, namun disusun oleh kata yang kemudian terlihat oleh mata.