Brak
Re memasuki mobil kakaknya dan menutup pintunya sedikit keras.
"Wes, santai neng." ujar Eno. Re hanya mendesis pelan. Eno tidak berniat untuk menjalankan mobilnya, ia masih memperhatikan Re. Tak lama kemudian, Re baru menyadarinya.
"Apa?" tanya Re sinis.
"Uta saha?"
"Gatauuu, baang. Udah gue bilang minuman gue ketuker ish! Cepet pulaangg. Cape!" rengek Re.
"Kalo cape tuh pulang jam 9, bukan jam 1! Gue bilangin bapak lo ye!" omel Eno sembari menyentil jidat Re.
Re hanya mendengus pelan dan mengusap-usap jidatnya. Ia tidak bisa membalas ucapan Eno, karena ucapannya benar.
"Bapak lo juga anjir." desis Re.
>>>×××<<<
Pukul 06.00 pagi, Re berjalan di koridor sekolahnya dengan wajah kusut. Semalam ia sampai dirumahnya pukul 2 malam karena Eno membawa mobil dengan sangat pelan dan malah memilih jalan memutar. Padahal jarak Cafe itu ke rumahnya tidak terlalu jauh. Re juga tidak bisa tidur karena Macchiato yang ia minum.
"Pagi beb." sapa Kino
"Hoh."
"Mata lo bengep amat,"
"Biasa lah."
Kino adalah teman dekat Re. Mereka sudah menjadi teman sejak Re dan Kino belum memasuki dunia pendidikan. Kino sudah menganggap Re seperti adiknya, begitupula Re. Karena Eno sudah lulus SMA, maka Kino lah yang menjaga Re selama disekolah.
Ketika mereka sedang berjalan menuju kelas, mata Re menangkap seseorang. Re segera mengusap-usap wajahnya, membenarkan pakaian dan rambutnya, lalu mengeluarkan senyumannya.
Kino yang melihat tingkah Re hanya bergidik ngeri.
"Nih anak kepribadian ganda kali ya."
Lalu dari arah yang berlawanan, seseorang menyapa mereka berdua.
"Pagi Re, Kino."
"Pagi, Juna." jawab Re dengan lembut.
"Hohoho, ternyata ada mas Juna. Pantesan Re-"
bug
"Sakit ya gusti, Re!" keluh Kino setelah perutnya dihantamkan tonjokan dari Re.
Juna yang melihat itu hanya terkekeh lalu pamit pergi ke kantin. Setelah Juna menghilang dari pandangan, mereka melanjutkan pertengkarannya.
"Neomu neomu bacot lo!"
"Neomu apaan lagi anjir!"
"Belajar bahasa Korea makanya!"
"Bahasa Indonesia aja gue remed, ini lagi Korea!"
Pertengkaran mereka berlanjut hingga mereka memasuki kelas.
"Klean kenapwashi?" tanya Ana sambil mengunyah permen mentos, kebiasaannya setiap pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chesgy Cafe
Novela JuvenilIni bukan hanya tentang pertemuan, tetapi juga enigma yang muncul di dalamnya. Manis pahit nya yang mau tak mau harus diterima. | Chesgy Cafe |