Kuatkanlah hatimu dahulu sebelum memilih bersamaku. Karena aku, suatu saat nanti akan memilih pergi.
•°•°•
"Apa tujuan kita memilih bersama? "
"Untuk saling melengkapi, " jawabnya ringan.
"Salah, " balas gadisnya menerawang jauh. "Kita ditakdirkan bersama hanya untuk berpisah, dan hanya sekedar merelakan kenangan indah yang pernah terjadi diantara kita. "
Secepatnya ia menatap gadis disampingnya, pikirannya menjadi kacau balau hanya karena apa yang telah gadis itu ucapkan padanya. "Kenapa tiba-tiba bicara seperti itu? "
Gadis tersebut mengedikkan bahu acuh lalu bangkit meninggalkan sosok laki-lakinya. Ia memberikan waktu untuk lelaki itu berpikir. Kehidupan yang penuh luka, mungkin. Ketika ada yang memberikan cinta yang tulus, rasa takut akan kehilangan begitu mendominasi disaat dia tidak ingin melepas.
Grep ...
"Jangan tinggalin aku! Aku janji akan lakuin apapun asalkan kamu tidak pergi dariku. " Pelukannya menghantarkan kehangatan, menyerbu tubuh si gadis yang telah beranjak tidak jauh dari tempatnya semula.
"Semudah itu? Jangan berharap aku akan luluh, " jawaban tanpa ekspresi mampu mengendurkan pelukan lelaki itu.
Ia berbalik, kemudian menangkup paras rupawan yang senantiasa dipuji oleh kaum hawa seantero sekolahnya. Satu tangannya jatuh pada dada bidang sang lelaki. Entah kenapa keraguan menyeruak saat telapak tangan kanannya mulai membelai pipi tirus tersebut.
Matanya menjadi sendu kala menatap intens manik hitam kecoklatan gadisnya. "Lalu, aku harus apa? "
"Ikuti takdir. "
"Jika aku mengikuti takdir, semuanya tak akan pernah bisa berubah apabila aku tak pernah mau berusaha. " Gadisnya diam membeku karenanya.
"Apa kamu bisa merubah kematianku? " Tanpa sadar gadis itu menyuarakan isi hatinya. "Tidak-tidak, tidak akan pernah bisa, kamu hanya bisa berharap pada Tuhan agar supaya kematian tidak menjemputku terlebih dahulu. "
"Stts ... Kenapa menjadi seperti ini? Seolah-olah waktumu didunia ini akan berakhir dengan cepat. " Lelaki itu menepis darah bening yang keluar dari pelupuk mata gadisnya.
"Bu ... Bukan ... Mak ... Sutku ... "
"Aku tau, masih ada aku. Jangan sedih. " Ia berniat akan memeluk kekasihnya lagi namun, gadis tersebut menahan gerakan laki-laki tersebut dengan kedua lengannya yang berada di dada bidangnya. "Jangan peluk. "
***
Mama merawatku seorang diri tanpa kehadiran sosok papa. Banyak yang bilang, aku anak haram, anak yang tidak pernah dinginkan kehadirannya. Tapi ... Apa aku boleh berkata bahwa Tuhan menginginkanku ada? Jawab! Jawab pertanyaanku sekarang! Kenapa diam?! Tidak bisa menjawabnya, huh?! Apa kalian tau? Lelah, aku sangat lelah. Kalian tidak akan pernah kuat menjadi aku, merasakan sakit yang tak kasatmata.
Mama, aku menyanyangimu.
Aku akan jadi anak yang baik, jika itu membuatmu bahagia.
Mama, apa aku pantas memanggilmu dengan sebutan itu?
Tolong, jangan membenciku mama.
Cukup mereka yang tidak menginginkanku.
Jangan mama.
Love you mama.
Sekali lagi untuk yang kesekian kalinya aku menghela napas. Mama masih saja menunggu papa Leo untuk menikahinya, oh ralat, maksudku om Leo. Aku tidak pantas memanggilnya dengan sebutan papa, karena aku bukan anak kandungnya. Aku cukup tau diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elang Putih
Teen FictionBukan kesalahannya tetapi, kenapa dia yang harus dibenci? Kisah keluarga impian hanya menjadi angan. Dia tetap mempertahankan senyumannya sebagai topeng. Tidak semua tau tentang dia, mereka sekedar singgah lalu memberi luka sebagai balasan. Satu de...