|4|Pour Le Premier

7 1 0
                                    

Selagi bisa kenapa harus bergantung pada yang lain?

•°•°•

"Shhhh ...  Ka ... Akh ... Pelanh ... " Racau Silfa yang sesekali menggigit bibir bawahnya menahan sakit yang luar biasa.

"Tahan dulu Sil, bentar lagi... " balas Angkasa seolah sebagai mantra yang mampu menenangkan.

Peluh membasahi sekujur tubuh Silfa dan. "Kak Angkhasahh ... Shhhh ... Ahhhh ... Sa ... Kit ... "

"Iya-iya, kakak tau Sil. Diem donk! " Akhirnya Angkasa berseru tidak tahan dengan racauan adik angkatnya yang manja sekaligus sedikit sulit diatur.

"Akhhhh ... SAKIT! " desisnya sembari memukul kuat bahu sang kakak.

"Auwh ... Sakit Sil! " Keluh Angkasa sambil melotot tak terima. "Lain kali kalau jalan hati-hati, jangan mikirin orang yang nggak pernah mikirin kamu. "

"Aish, suka-suka Silfa donk. Dasar. Udah tua juga masa belom pernah jatuh cintrong. " Dengus Silfa memalingkan wajahnya sembari bersidekap.

"Heh! Anak kecil kalau ngomong nggak pernah mikir ya, " ujar Angkasa setelah menegakkan tubuh atlentisnya. "Berdiri! "

"Nggak! Masih sakit tauk! " Ia memutar bola mata malas melihat kelakuan Silfa.

"Coba buat berdiri dulu, Sil." Lagi-lagi Silfa menggeleng hingga Angkasa pun menggeram marah. "Berdiri Silfa! "

Dengan berat hati Silfa menuruti kemauan Angkasa, dan, yeah. Tanpa sadar Silfa melenggang pergi begitu saja karena sudah muak dengan kakaknya.

Dua puluh empat detik kemudian ...

Silfa menghentikan pergerakannya lalu berbalik menatap Angkasa yang menyambutnya dengan senyuman, kemudian ia berteriak histeris  dan menghampiri Angkasa.

"Wuah! Kak Angkasa! Kaki Silfa udah nggak sakit lagi! Makasih kak. " Ketika Silfa sangat bahagia ia akan spontan memeluk orang yang ada di dekatnya, seakan dengan pelukan itu bisa menyalurkan rasa bahagia.

"Iyah, Sama-sama, " balas Angkasa tak kalah eratnya memeluk si mungil Silfa.

***

"Lagi nunggu siapa Ta? "

Letta terperanjat kaget saat suara itu terdengar didekat telinganya. "Eh, kak Gavin! Kirain siapa? Ini aku lagi nunggu ojek online kak. "

"Batalin."

"Hah?! " Letta membelalak tidak mengerti maksud ucapan Gavin.

"Batalin. Kamu, aku antar pulang. "Ulang Gavin sembari menarik pergelangan tangan Letta.

"Kak... Emh... Itu ojek online yang aku pesan tadi udah datang kak, " ujar Letta menepis lembut cengkraman Gavin.

Dan memang Letta tidak bohong, Gavin tersenyum tipis. "Yaudah, hati-hati dijalan. "

Usai mengucapkan kalimat tersebut Gavin mengacak-acak rambut legam Letta sejenak. Lalu Gavin beranjak sedangkan Letta sesaat terbuai oleh perilaku manis Gavin.

Disisi lain, Rayshiva tengah membersihkan meja. Sudah lama Rayshiva bekerja paruh waktu di cafe Rembulan Bintang untuk memenuhi kebutuhannya dan mamanya.

Tring ...

Suara lonceng berbunyi yang bertanda ada pelanggan datang kalau tidak begitu pelanggan telah selesai menikmati menu yang ada di Cafe ini.

Rupanya ada pelanggan baru, dia mengayunkan kaki jenjangnya menuju meja dekat jendela kaca yang tampak luas.

"Selamat datang di Cafe Rembulan Bintang, ini buku menunya kak. " Dengan ramah Rayshiva memberikan buku menu yang dipegangnya.

"Terimakasih, " ucapnya menerima buku menu dan ia pun mulai membalikkan satu per satu halaman buku yang tidak terlalu tebal.

Tidak lama kemudian, si pelanggan menyuarakan apa yang akan ia beli. "Silahkan tunggu sebentar ya, kak. "

Dalam benaknya selalu bertanya-tanya, ia memijat pelipisnya pelan. Pening. Satu kata untuk mendeskripsikan keadaan Evan kali ini. Evan tau kalau Rayshiva pasti mengenalinya dan ia sangat mengagumi keprofesionalannya dalam bekerja.

Tidak terlalu lama Evan menunggu pesanannya datang, kali ini bukan Rayshiva yang mendatanginya sebagai pelayan Cafe, melainkan pelayan lainnya yang tak ia kenal.

Pelayan setengah bayar itu tersenyum ramah usai menaruh semua pesanannya di meja kaca, kemudian sang pelayan tersebut meninggalkan Evan sendiri.

Ia tidak langsung menyantap langsange tersebut, justru Evan masih saja asik mengetikkan sesuatu di layar benda pipihnya dan sesekali ia pun menggulir-gulirkan layar tersebut.

Devanagar

Lo dimana?

Gavin

Jln
Knp?

Devanagar

Please 🙁, lo harus kesini. Cafe Rembulan Bintang. Garcep 😡 awas lo sampai nggak nongol

Gavin

2 jam, gw ksna

Devanagar

Bangsat! Lumutan gue nungguin lo

Gavin

Canda😁

Devanagar

Tai lo. Yadah deh hati-hati di jalan awas kesandung semut😅

Usai berchating ria dengan Gavin, dia memanyakukan ponselnya disaku celana jeans bluenya bagian kiri sembari melihat gelagat setiap gerakan Rayshiva.

Ternyata Evan tidak sia-sia pergi jauh mencari Cafe Rembulan Bintang  yang kata orang  pelayannya  cantik dan ramah tamah kepada pelanggannya.  Dan ia membenarkan hal itu. Satu lagi,ia mendapatkan fakta baru tentang Rayshiva-gadis yang telah lama sahabatnya cari.

Ray memang cantik, anehnya, Gavin hanya menganggapnya sebagai adik yang harus dilindungi. Batin Evan menilai sesudah beberapa menit yang lalu memandangi Rayshiva.

"Dasar, Gavin bodoh!" Desisnya memaki sahabat dekatnya itu.

"Lo ngatain gue bodoh? Lalu lo apa? Huh! "Sembur Gavin sembari mengambil tempat duduk.

Evan mencengir. "Pinterlah. "

***

"Kak, aku takut."

Leo menaikkan sebelah alisnya. "Takut kenapa? "

"Kakak nggak akan meninggalkanku, kan?" ujarnya sembari lebih dalam menyelusup dalam dada bidang suaminya.

Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja aku tidak akan meninggalkanmu. "Kenapa bertanya seperti itu? Kamu sudah tau jawabannya, sayang. "

"Dia kembali, kak," gumam Ave gemetar.

Leo membelai puncak kepala sang istri tercinta dengan sayang, seakan menenangkan. "Kamu akan selalu percaya kepadaku, bukan?"

Ave menganggukkan kepala dengan lesu. "Apapun yang terjadi nanti,tetaplah  disisiku."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Elang PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang