Sekolah itu tidak penting

127 12 6
                                    

Melody sangat kesal sekali, dia mengumpulkan niat untuk pergi ke sekolah, tapi selalu saja, tak bisa.

Dia menghindari tatapan tatapan iri teman temannya, dan juga..

SIDANG...
LPJ...

itu adalah salah satu alasan dari beribu alasan mengapa dia tak masuk sekolah.

Ya dia pintar, dan dia baru saja memenangkan juara 1 olimpiade fisika, dia telah membuat beberapa guru bangga sekaligus takjub, karna dia mampu mendongkrak nama sekolah ini, ya sekolah luar negeri, (swasta)
namun mewah (mepet sawah).

Ini telah masuk H-2, tapi dia belum saja masuk, entahlah dia sekarang tak menghiraukan sekolah, karna setelah apa yang diusahakannnya sia sia.

Dia kehilangan 3 besar, dan berganti masuk 5 besar, ya itu seakan alarm untuk dia bekerja keras lagi.
Tapi apalah saingannya terlalu buas, dan punya ambisi tinggi mengalahkannya

"Dunia terlalu kejam, untuk kita  yang hanya bisa mengandalkan kecantikan..."
    "Kecantikan itu tidak berarti apa apa, selama orang itu melukai hati banyak orang ..."

"Bukankah begitu dek?"

"Hm"

"Jadi aku jadi orang tak perlu mengdepankan kecantikan, toh laki laki suka dengan cewek natural"

"Hm"

"Lalu apa kabar dengan cowok yang sukanya ganggu cewek cewek?"

"Hm"

"Bisakah kau berhenti berucap kata selain HM !!"

"Kau tak lihat diriku sedang nonton oppa kai!"

"Dirimu pun sama saja, pengangguran setelah lulus SMA, hanya menjahit gombal gombal dan pergi kumpulan tak berguna"

"Hei, bulan dekat ini aku akan pergi dari rumah.kursus ke pare, 3 bulan.jadi jangan salahkan bila kau yang merindukan aku"
Seringainya lebar.

"Ah, masih lama bukan, lagipula nanti aku akan disibukkan dengan beragam les sekolah"

Ah dia baru ingat sekolah lagi, tapi kalo masalah ujian, dia antusias, tapi rasanya dia ingin privat sendiri ke sekolah mengambil waktu yang berbeda sendiri dari teman temannya, dia muak melihat wajah muna teman temannya.

Disinilah mereka sekarang kamar willa, ponakannya, tapi justru lebih tua 1 tahun darinya,

FREE WIFI..

CEMILAN..

KIPAS ANGIN..

STOK FILM BANYAK..

DAN JUGA INI JANGAN LUPA..

REBAHAN...

"Benar benar penganguran sukses"

"Siapa yang sukses?"

"Wak sunari"

"Hah?"

Seketika mereka pun tertawa terbahak bahak, mereka sudah terbiasa membawa nama orang tersebut menjadi bahan candaan mereka, kenapa tidak? .

Wak sunari adalah tetangga belakang rumah mereka, yang kerjaanya hanya didepan rumah duduk, tidur, makan dan meminta minta sesuatu ke rumah mereka, tapi orang tua mereka justru kasihan melihat dia, karna dia sudah tua,dan jauh dari cucu cucu mereka, jadi, orang tua mereka memaklumi tingkah wak sunari.

Tapi, jangan salah, dia itu pedes omongannya, jadi tak ada satupun dari mereka berani padanya, kecuali ngomongin dari belakang.

"Gua heran aja sama wak sunari gais, setiap dia kerumah gua, dia minta kopi sesendok katanya, tapi nyatanya dia ambil lebih seplastik coba bayangin"

"Bilang nya gimana "

"Will, minta kopi ya sesendok, sesendok aja kok iya sesendok, ga lebih lebih kok. Dia ga ngrasa apa yang disendok udah berapa, untung orang tua ku gaada dirumah, klo ada gua udah laporin ke papa"

"Mintanya emang bener sesendok, kan emang dengan sendok, bener bener tu wak sunari"

Seketika mereka pun mulai ngakak lagi, entah kelakuan wak sunari pun bisa membuat mereka receh. Walaupun tidak lucu sama sekali.

"Itu masih mending"

"Apa coba"

"Kemarin, wak sunari pergi kerumahku, bilangnya minta sampo, eh malah sekalian juga dia ambil tu sabun dirumah gua, dasar orang tua plin plan."

"Jibang banget"

"Gua mau nyanggah, itu yang wak sunari pegang apa aja, tapi gua udah dibalas tatapan menghujam dia"

"Weesshh... edan"

Melody pun kembali mencomot mangga yang ada dipiring. Rakus.

"Eh mba, emangnya ga takut apa bolos sekolah, kamu udah kelas dua belas loh"

Willa memang sudah terbiasa memanggil melody dengan sebutan mbak, karna memang seharusnya gitu.

"Gak. Gua kan masih ijin sakit sejak hari pertama"

"Oh"

"Kenapa lo!"

"Engga, lo itu terlihat terlalu santuy, dirimu itu butuh dirukyah"

"Gak gabutuh"

"sepertinya aku mencium aroma aroma pelarian disini"

"Sok tai loh"

"Ah mbak jahat"

"Lebih jahat mana, ditinggal pas lagi sayang sayangnya atau Bar ditinggal ilang"  seringainya kini pun melebar.

"Jancok lo! Sini"

Willa tanpa berfikir dua kali ingin membunuh orang yang ada didepannya, dia menerjang melody sekuat tenaga dengan disambut bantal yang ada ditangan melody, akhirnya pun terjadi perang bantal diatas spring bed yang sekarang tak terbentuk itu, terlihat seperti kapal pecah.

***
HAHA Wak Sunari ada ada aja ya gaiss

AwesomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang