Ch 19

1.7K 97 2
                                    


Ting Tong~

Ting Tong~

Ting Tong~

Suara bel rumah megah keluarga Shimura berbunyi berkali-kali membuat sang pemilik rumah keluar ingin menemui siapa yang datang ke Rumahnya, pemuda berkulit pucatlah lebih dulu membuka pintu besar itu. tampak dari bola mata pemuda tampan ini membelalak, dia kaget dengan kedatangan wanita paruh bayah yang berdiri didepan pintunya, wanita itu memberi senyuman manis mewakili salamnya pada pemuda itu. tangan wanita itu dengan cepat ingin memeluk Sai, tapi tidak seperti yang dipikirkan, pemuda itu malah menjauh tak ingin memeluk wanita itu. wajah Sai seakan membenci wanita cantik itu, dia merasa jijik. kenapa wanita itu harus datang disaat dia harus segera kembali ke Rumah Sakit, dia merusak mood baik Sai saat ini.

"kalau ingin bertemu dengan ayah, dia ada di kamarnya. tapi, kalau ingin bertemu denganku. maaf, aku sangat sibuk hari ini,"Jawab Sai datar. Sai hari ini harus kembali ke Rumah Sakit karna mendapat jadwal operasi dadakan. 

Sai melangkahkan kakinya setelah mngucapkan apa yang ingin dia katakan pada wanita itu, membuat wajah wanita itu bersedih, "aku akan tinggal disini beberapa minggu,"ucap wanita itu otomatis membuat Sai menghentikan langkahnya sebentar dan tak mengatakan apa-apa lalu pergi meninggalkan wanita itu yang masih menatap kepergiaan Sai dengan senyuman kecilnya.

Skip>>>

"dia masih belum ramah padamu?"tanya Danzo pria paruh bayah yang berstatus sebagai ayah Sai.

"sepertinya begitu"jawab Wanita yang tidak beda jauh dari umur Danzo

"maafkan aku Yami, dia adalah tipe orang yang keras kepala."

"tak masalah, aku kan sudah berjanji padamu, aku akan berusaha keras untuk mendapat kepercayaan Sai,"ucap Yami dengan penuh semangat.

"terima kasih sayang, aku tak salah memilihmu sebagai pasanganku,"ucap Danzo sembari mengecup lembut pungung tangan Yami.

.

.

.

Pukul 16:45

 Ino merangkai bunga Tulip menjadi beberapa buket bunga tulip yang berawarna-warni, mulai dari warna putih, kuning, merah muda, unggu, orange dan ada juga merah tua. seseorang telah memesan lewat online.

"kak abis ini aku sudah bisa pulangkan?"tanya Ino pada Lusi pemilik tokoh bunga

"Iya"jawab Lusi. Lusi masih sibuk merangkai bunga Mawar.

Ino tersenyum dan segera bergegas mengantarkan bunga itu mengunakan sepeda tidak perlu naik angkot karna dilihat dari alamatnya jaraknya masih bisa dijangkau dengan tenaga Ino memedal sepeda pink nya.

tidak perlu beberapa jam, sudah Ino pastikan dia bisa sampai dengan tepat waktu dan tak menguras tenaga, dirinya meminta satpam untuk membukakan pagar rumah megah milik pemesan dengan senyuman manis nya. Satpam itu pun dengan ramah membantu Ino membawakan bunga tidak lupa mempersilahkan masuk Ino.

"bagaimana kabarmu nona?"tanya satpam itu, membuat Ino bingung, jelas saja ino bingung satpam itu menanyakan kabar Ino? seakan mereka sudah pernah bertemu.

menyadari raut wajah bingung Ino satpam itu hanya bisa mengerutkan dahinya bingung juga, "ayo masuk nona,"ajak pak satpam dan melupakan pertanyaannya.

Ino berjalan masuk dengan santai. sungguh rumah ini sangat besar, jalannya saja untuk sampai di depan pintu rumah lumayan jauh. seketika Ino membelalakkan matanya kaget saat sudah melihat rumah ini dengan sangat jelas. tunggu-tunggu dia sepertinya pernah melihat rumah ini. Ino menelan ludahnya dengan susah payah, bagaimana bisa dia baru sadar dengan alamat yang diberikan sang pemesan yang dia tidak tau siapa. Ino berhenti tidak lupa menepuk jidatnya sesekali dia berkata kasar pada dirinya sendiri karna kebodohannya, "Ino bodoh! dimana otakmu sekarang? ini kan rumah dokter Sai, bagaimana bisa kau tidak sadar! apa kau melupakannya Hah?!"batin Ino. raut wajah menatap rumah itu dengan tatapan lesu dan panik, tentu saja kalau dia bertemu dengan ayah nya Sai, bagaimana? apa yang harus dia lakukan? dia tidak mau diberi kopi pahit lagi.

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang