Corvus

88 22 3
                                    

"Hei, hei.., bahkan mesin itu.. mesin itu belum di produksi.." Profesor mengelak. Wajahnya terlipat. beranjak dari duduknya. Menatap pembawa acara, memastikan bahwa pria berpakaian serba hitam itu membual."Mesin itu baru saja dicanangkan hari ini"

Demi mendengar ucapan itu, pria berjanggut lebat giliran menatap tajam profesor lantas menyambar kerah kemejanya, mencengkram kuat-kuat. Mendengus, wajahnya merah padam. Jemarinya mengepal. "Kau tak hanya menciptakan mesin teleportasi prof. Lebih dari itu, Kau telah menciptakan mesin yang membuat manusia dapat menjelajah waktu!. Dengan mesin itu Kau membuat kerusakan dimasa depan. Kau menghancurkan hidupku. Kau harus bertanggung jawab atas semua ini" Rahang pria berjanggut lebat mengeras. "Kau harus bertanggung jawab prof!" Berseru galak, menghardik profesor yang menelan ludah melihat wajah seram Pria berpakaian serba hitam itu dari dekat. Mata mereka bersitatap satu sama lain.

Anastasya patah-patah bergegas menjauhi panggung, Ia tak mau terlibat dalam pertengkaran. Lebih tepatnya menyelamatkan diri sebelum terjadi sesuatu yang tak di inginkan.

Tak berapa lama, petugas sekuriti memasuki studio setelah salah satu kru mendesak agar mereka segera mengamankan panggung, sebelum situasi semakin pelik dan bertambah keruh. Sementara itu produser acara terpaksa memindahkan tayangan ke program acara lain, kejadian ini tak layak disiarkan dihadapan publik.

Tanpa disuruh, dua orang dari delapan petugas sekuriti dengan tongkat listriknya gesit menerobos ke atas panggung. Melangkah hati-hati. Tongkat tongkat listrik bergemeretuk, teracung. Siap kapan saja menyengat tamu tak di undang itu bila Dia menyerang secara tak terduga. Beberapa kru dan staf lainnya yang menyaksikan didepan panggung menggigit bibir, menatap cemas. Suasana tegang merahap sudut sudut studio.

Profesor melambai. Menyuruh petugas sekuriti segera meringkusnya. "Hei cepat tangkap orang gila ini sebelum Dia meracau yang tidak-tidak"

Pria berjanggut lebat mendorong profesor, membuat profesor terbanting ke sofa. Menyeringai, Dia sudah terbiasa dengan momen-momen seperti ini. Matanya tajam melirik tongkat tongkat listrik dua petugas sekuriti yang merangsek, menyuruhnya untuk tetap diam ditempat tak boleh bergerak. Jarak mereka dua langkah lagi. Matanya beralih mengarah enam petugas sekuriti di luar panggung yang membidiknya dengan senjata laser. Membaca situasi. Entah apa yang sedang Dia rencanakan.

Delapan lawan satu. Baginya Itu bukan masalah yang berarti. Tapi bagaimana jika tiba-tiba dari balik punggung, Profesor memukul tengkuk lehernya. Serangan itu diluar perhitungannya. Pria berjanggut lebat melenguh, terjatuh di lantai. Dalam posisi terduduk, dua sekuriti mengambil kesempatan emas itu, mengirim pukulan tongkat listrik ke arahnya. Namun Pria berjanggut lebat lebih dulu melempar bola-bola logam kecil sebesar gundu, itu senjata paling mematikan yang pernah ada.

Bola-bola kecil itu Melesat cepat menembus dada dua petugas sekuriti. Bola itu menari di udara, kembali melesat secepat angin. Berpilin, meliuk-liuk menembus leher 6 petugas sekuriti sekaligus yang berada diluar panggung. Delapan petugas sekuriti luruh di atas lantai serempak.

Orang-orang berseru ngeri, sebelum menjadi korban selanjutnya mereka berusaha kabur menyelamatkan diri, meninggalkan studio. Beberapa ada yang sempat merekam dengan telepon genggamnya. Anastasya yang masih berdiri di depan panggung berteriak panik, Dia baru saja melihat pembunuhan secara "Live" didepan wajahnya. Sebelum terjatuh pingsan melihat darah segar membanjiri sekitar, Dia cekatan menghubungi polisi.

Belum sempat pria berjanggut lebat bangkit, profesor menyeruduk tubuhnya, melakukan kuncian leher. Mereka berdua berguling-guling diatas panggung. Pria berjanggut lebat meringis kesakitan. Peluh menetes dilehernya. Tak ingin kalah, Dia balas menyikut perut profesor. kuncian lengan dilehernya belum terlepas, lengan profesor kuat sekali. sekali lagi, sikutnya mendarat di perut profesor, lebih keras. profesor masih tak mau melepasnya. Baiklah, mungkin untuk yang ketiga kalinya upaya pria berjanggut lebat akan berhasil.

Im is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang