1

44 1 3
                                    

Assalamu'alaikum!
Welcome to my new story, I dedicate this story for duo Maknae, Chenle and Jisung🐣🐣

Jamet memasang tampang masamnya di teras rumah, pasalnya sudah hampir sore, tapi Cio tidak juga datang untuk menjemputnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jamet memasang tampang masamnya di teras rumah, pasalnya sudah hampir sore, tapi Cio tidak juga datang untuk menjemputnya.

Dua remaja labil itu janjian ingin mengunjungi toko pernak-pernik game, mereka ingin membeli beberapa yang sudah mereka idamkan sejak lama.

Bahkan mereka menabung untuk mendapatkan apa yang ingin mereka beli, karena harganya yang tak sesuai dengan kantong anak SMA, apalagi mereka baru kelas X yang uang jajan bisa terbilang cukup, alias pas-pasan.

Sesekali Jamet menghentakkan kakinya pada keramik-keramik yang tak bersalah, ia kesal. Tahu begini lebih baik dirinya saja yang menjemput Cio.

Dasar, Ciozie Zindane, kau selalu saja tak tepat waktu.

"Jamet!"

Awas aja lo Cina kebun udah bikin gue lumutan nungguin, lo. Batin Jamet.

"Jangan teriak, rumah gue bukan hutan!" Jamet menghampiri Cio yang tetap di atas motor Scoopy dark brown nya.

"Hayu cepetan, ntar tokonya tutup." Kata Cio tak tahu malu, dia yang di tunggu sejak tadi, tapi dia yang seakan tak menyadari.

"Gara-gara lo, siniin helmnya!" Jamet menerima helm lalu duduk di jok belakang, biarkan saja Cio yang mengendarai motornya, Jamet tak mau bertukaran. Huh! Siapa suruh ngaret.

"Lo habis masak, makanya lama?" Sambung Jamet.

"Biasa, Jono belum gue mandiin tadi." Cio menyengir sambil terus mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, semoga saja jalanan tidak sesak, karena jika jalanan ramai mereka akan memakan waktu lebih lama untuk sampai ke toko itu.

"Cuma gara-gara Jono lo ngebiarin gue lumutan? Lo berubah semenjak kenal Jono." Sedih Jamet dengan ekspresi dibuat-buat membuat Cio bergidik ngeri. Menjijikan, batin cowok itu.

"Si anjir! Jijik tahu nggak lo, lagian Jono adalah hidup dan mati gue," Kata Cio penuh drama, "Tapi, jodoh gue adalah Lia!" Sambungnya, sontak perkataan Cio membuat Jamet memukul kepalanya yang tertutup helm.

"Lia punya gue, kampret!" Protes Jamet tak terima.

"Eitsss, jangan lupa kalau kita udah buat perjanjian, siapapun yang di pilih Lia harus ikhlas Lillahi ta'ala." Ujar Cio masih dengan cengiran bodohnya.

Tak terasa obrolan unfaedah membuat perjalanan mereka terasa menyenangkan, kini Cio dan Jamet telah sampai di toko yang tadi mereka ingin kunjungin.

Seharusnya Cio tidak memelihara Jono, benar, Jono adalah peliharaan Cio yang katanya merambah menjadi hidup dan mati cowok itu.

Jono merupakan burung Bayan yang sebulan lalu Cio temukan di pekarangan rumahnya, waktu itu Jono tengah terluka. Sayapnya patah dengan tubuh yang letoi karena tak makan.

Ciozie & JametTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang