Breathless 3 End

30K 1.5K 324
                                    

Entah bagaimana yang dipikirkan oleh pria bersurai hitam tersebut hingga Haechan terkapar dengan bekas sperma yang mengalir di pahanya.

Haechan terisak pelan sambil menahan rasa nyeri yang ditumpahkan padanya terus menerus tanpa henti. Dia ingat saat Mark mengeluarkan benihnya ke dalam lubang Haechan, tapi pria itu malah menggigit telinganya sebelum menghantam lubangnya lagi.

"H-hiks.." lirihnya sambil meringkuk di atas ranjang. Lain dengan pria surai hitam yang tengah terduduk di pinggir ranjang sembari menyesap rokok, lalu membuang asapnya keluar.

Pria itu mengambil nafas sebelum berbalik menuju lantai. Dia mengambil selimut yang terbuang lalu menyelimuti tubuh telanjang yang penuh akan mahakarya-nya. Mark mematikan rokoknya ke dalam asbak di nakas lampu tidur. Mendekat, mengecup pucuk kepala dan mengelus Surai lembut si cantik.

"Terimakasih Haechan, Aku mencintaimu" -lalu mengecup dahi Haechan sebelum Mark keluar sambil memakai kemejanya dari ruangan itu.

Haechan menangis tanpa suara. Dia benar-benar merasa sangat kotor dan hina lebih dari dirinya dulu.

Bagaimana mungkin seorang istri membiarkan tubuhnya dilecehkan orang gila seperti Mark?

Sungguh dia merasa tak pantas bertemu sang suami. Tapi disisi lain dia ingin kembali pada Yukhei karena pria itu adalah malaikatnya.

---

Berhari-hari Haechan di sekap dalam ruangan tak berkunci itu. Walaupun dia mempunyai banyak kesempatan untuk kabur. Lagi dan lagi Mark kembali memberikan ancaman jika dia berani berbuat seperti itu, bayi-nya akan dalam bahaya.

Bukan hanya karena ancaman, di sisi lain tubuhnya tak kuat untuk sekedar berdiri karena pria itu terus menggempurnya tak kenal siang dan malam. Tak lupa memasang dildo di lubang anal Haechan yang sudah memerah.

Seminggu lamanya hingga Haechan dapat berdiri meski butuh bantuan dari barang-barang di sekitar. Selama itu pula Haechan tak pernah melihat matahari langsung. Pasti kaca jendela akan menghalaunya. Juga pakaiannya yang selalu disobek Mark saat akan menggempur Haechan membuat laki-laki terpaksa telanjang.

Haechan menatap tubuh polosnya.

Begitu banyak bekas yang Mark buat. Puting kanannya saja terdapat luka kering dan beberapa bekas ungu di daerah atas dada serta perutnya. Ingin menangis lagi juga percuma. Air matanya saja telah kering.

Usai dari sana, dia perlahan berjalan keluar wastafel menuju Mark yang tampak tertidur di ranjang sisi lain.

Melihat Mark yang tertidur nyenyak mengingatkan Haechan pada bayi-nya.

Ah iya, dia melupakan Yucha gadis kecilnya akibat Mark yang membuatnya berantakan seminggu ini.

Pikiran Haechan berkecamuk, memikirkan keadaan Yucha.

Tak tahan, Haechan berjalan menuju ranjang. Menaikinya lalu menyentuh lengan Mark yang berada di dahinya.

"Mark.." panggilnya lirih.

Pria itu tersentak lalu terbangun dari tidurnya, "Hm? Ada apa, Haechan" tanya Mark dengan suara serak khas bangun tidur.

Haechan menatap sayu pada pria itu. Dia menunduk sebelum menatap pada Mark lagi.
"Aku rindu anak-ku.." pintanya.

Alis Mark terangkat, "Lalu?"

"Biarkan aku bertemu Yucha, Mark. Aku ibunya" ujar Haechan kembali.

Mark menatap datar laki-laki itu, "Kita bisa membuat anak, Haechan. Lupakan saja bayi-mu dengan pria itu"

Hati Haechan tersayat mendengarnya. Mark benar-benar pria brengsek.

"M-mark hiks.. kau telah menyentuhku, kau telah mendapatkanku.. jadi biarkan aku bertemu anak-ku hiks.. aku tak masalah kau memperlakukan tubuhku seperti apa tapi jangan jauhkan Yucha dariku. A-aku tak bisa hidup tanpa anak-ku, Mark hiks.." Lirih Haechan. Dia menangis frustasi saat ini.

[Series 3shot] BreathlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang