"Telat! Telat! Telat! Aduh gimana ini, telat!" Aku mengemudikan sepeda motor terbangku dengan kecepatan penuh, berharap sepuluh menit akan berubah menjadi seratus menit. Okay, sepeda motor terbang itu cuma harapanku, yang sayangnya sulit terealisasikan.
Pagi ini aku terbangun dari tidur cantikku lebih awal dari hari biasanya. Aku terbangun dengan tersenyum cerah yang tersemat diwajahku karena mimpiku semalam. Bertemu pangeran berkuda laut, --berkuda laut? Pangeran yang sedang melamar kekasih hatinya, --oh so sweet, kalau kalian bisa melihatnya pasti ketagihan. Dia lah seekor putri duyung dari kerajaan bawah laut. Sang putri duyung itu sangat cantik dengan sirip dan ekornya yang berwarna merah muda metalik, sangat berkilau apalagi saat terkena sinar matahari. Memancarkan kemilau lembut yang sangat manis dan indah. Dengan mata bulat besarnya yang berwarna kebiruan dan bulu mata lentiknya yang panjang, dia sungguh amat sangat cantik alami,--tanpa pengawet, perwara sintesis, dan yang paling penting seratus persen terbebas dari boraks.
Dan kabar gembiranya, putri duyung tersebut adalah aku. Sungguh luar biasa bukan?
Mimpi indahku seketika pudar menjadi petaka buruk rupa saat aku teringat akan pekerjaan rumahku yang sama sekali belum aku kerjakan bahkan sama sekali belum aku sentuh. Boro-boro sentuh, ingat ada tugas aja, tidak sama sekali, --aimnesial. Padahal yang sebenarnya aku ingat betul, mata pelajaran geografi itu hari Kamis bukan hari ini. Kenapa tiba-tiba sekarang ada mata pelajaran geografi? Apakah ada jin yang memiliki dendam kesumat terhadapku, sehingga dia dengan seenak jidatnya merubah jadwal hari Selasaku? --jin punya jidat? Hmm Atau ada seorang pesulap yang tiba-tiba muncul di dalam kamar tidurku, dia memanipulasi pikiranku sehingga aku melupakan jadwal pelajaran geografi? Kemungkinan lainnya, yang lebih masuk akal adalah jin dan pesulap itu bekerja sama untuk menambah daftar kesialanku yang tertunda minggu lalu, karena seminggu kemarin aku bahkan tak mendapatkan kesulitan apapun, --yang aku kira cobaan hidupku telah berakhir. Dan akhirnya kepahitan melanda, aku baru tersadar kalau cobaan hidup ingin berakhir, harus gugur terlebih dahulu, --mati.
Tapi, oh ayolah ini tidak adil. Aku rasanya ingin mengutuk sekeras-kerasnya, sebrutal-brutalnya dan seganas-ganasnya sesosok jin dan seseorang pesulap itu sekarang juga. Berani-beraninya mereka melakukan hal kejam ini padaku. Hal ini lebih menyakitkan daripada tertembak senapan peluru nyasar dari seorang sniper tapi asalkan tidak kena. Kalau kena pasti sangat sangat sakit, sakitnya bisa sampai berpangkat bintang lima dan mungkin parahnya aku akan tewas, --the end.
Tapi akhir dari kehidupan tak sesingkat makan mie duapuluh tusuk pakai sedotan, --bisa?
Aku masih hidup kawan, tenang saja. Gak tau lima menit yang akan datang.
"Aaaaaaaaaa! Ini gimana tugas geografinya huweee! Aku mati! Mati! Matiii!" Aku menjerit-jerit sambil nangis sesenggukan, berharap tugas geografiku bisa terjawab dengan sendirinya.
Kali aja ada malaikat baik hati yang lewat, mau membantuku mengerjakan tugas geografi ini. Sehingga, tadaaa tugasku udah selesai dengan bantuan gaib.
Ayolah siapa pun, tolong bantuannya untuk wujudin harapanku kali ini.
Tapi apalah daya, kekuatanku tak sebanding dengan pesulap yang merubah jadwal pelajaran hari Selasaku, dan akupun tak sehebat jin yang telah memanipulasi pikiranku sehingga aku melupakan pelajaran geografi. Oh apakah kalian sadar, kalau yang aku katakan itu terbalik? Okay, itu tidak penting. Sekarang ini yang lebih penting adalah memenuhi lembar kertas folio yang lebarnya melebihi batas standar ketentuan SNI. Apasih ini?
"Hah apa?! Kurang seribu sembilan ratus dua puluh tujuh khathaaa! Wasssssalam ooteweh menuju pintu gerbang dunia bawah tanah!"
Secepat kekuatan cahaya aku menulis, bahkan aku sampai tak memperdulikan apakah tulisan tanganku bisa terbaca atau tidak, yang terpenting kertas folio ini penuh dengan tulisan dan aku mengerjakan tugas. Walaupun jawaban yang kutulis tak tau benar atau salah, itu urusan belakangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
lil flavor
Humorsebuah rasa penuh kesederhana yang dibalut dengan keistimewaan Genre humor, tapi buat yang humornya setinggi luar angkasa bisa tuh sekalian pindah ke Neptunus -aku pengen beteweh Aku mau bilang maaf humorku cuma setinggi pohon toge, kalau ada yang t...